Abi

1.1K 63 0
                                    

  Paginya, aku beserta Pak Rezfan dan Ibu bersiap untuk mengantar Keluarga besar pulang. Katanya, jarak rumah Ibu dan Kakek ga terlalu jauh, paling makan waktu lima jam perjalanan itu pun ngebut. Satu kota cuma banyak cabang perjalanan.

  Di perjalanan, kami tak bisa menahan tawa karena tingkah Afika dan Paman Robi. Paman Robi itu adiknya Ibu. Orangnya humoris dan sangat baik. Istrinya bernama Tante Ica, beliau tidak datang karena profesi menahan, dia seorang Dokter Bedah.

  Mobil terhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah. Ku edarkan pandangan di sepanjang jalan, kebetulan aku duduk di jok kedua pojok kiri, sampingku adalah Ibu. Pak Rezfan sudah tentu menyetir. Dari tadi, Pak Rezfan curi-curi pandang ke belakang, takut aku hilang mungkin.

  Adinata?

  Mataku berkedip beberapa kali. Aku yakin itu Adinata. Dia sedang duduk di motornya yang terparkir di samping jalan. Ada seorang gadis di hadapannya, sayangnya aku tidak melihat wajah perempuan itu karena dia membelakangiku.

  Tapi dari belakang, seperti aku kenal. Rambutnya panjang sepinggang dengan balutan dress santai dan sepatu kets.

  Mereka sepertinya pacaran, karena mereka tertawa bahagia. Sekarang Adinata berdiri dan memutar balik badan perempuan itu.

  Angel?

  Mereka pacaran?

  Mobil kembali berjalan. Aku masih mematung di dekat kaca. Sekelebat ingatan tentang Adinata bermunculan di kepalaku. Jadi, cewek yang Adinata maksud itu adalah Angel?

  Astagfirullah..

  Mataku tak sengaja bertemu dengan mata Pak Rezfan yang melihat ke arah kaca depan. Agak lama. Dari sorot matanya, dia mengkhawatirkan aku. Ku pijat keningku yang rasanya pening.

  "Tante Syiffa? Sakit?"

  "Hn? "

  Aku menggeleng pelan.

  Tatapan mereka semua langsung ke arahku. Aku mengulang jawaban bahwa aku tidak apa-apa.

  "Udah ada calon mungkin"celetuk Paman Robi.

  Seketika aku terhenti dan melihat ke arah mereka semua yang sudah menatapku.

  "Ca-calon? Maksudnya?"tanyaku gugup.

  Aura Pak Rezfan langsung tidak baik. Sorot matanya mulai dingin. Ia tetap fokus mengemudi. Sedangkan Paman Robi mulai tertawa.

  "Iyalah, calon. Masa kamu ga ngerti sih"

  Aku tersenyum kikuk.

  Aku tahu maksudnya, calon bayi. Tapi, aku belum pernah melakukan itu. Aaahhh.... Aku malu!

  "Bagaimana mungkin? Mereka nikah saja belum sampai satu minggu"ucap Ibu.

  Aku menghembuskan nafas lega. Paman Robi juga tampak tidak menjawab. Setidaknya aku tidak tercekik keadaan lagi.

  Kami tiba di kediaman Kakek sudah pukul 13.00. Ada acara pamitan dulu sebelum akhirnya kami pulang kembali. Kemarin saat mereka datang, pakenya taksi, jadi sekarang Pak Rezfan nganter paks mobil sendiri.

  Aku agak ga percaya sih. Soalnya, mobil ini belum pernah aku liat. Seseorang menyadarkanku, ia memegang pundakku. Aku menoleh.

  Ku lihat sebentar sekeliling, hanya kami berdua. Ibu dan Keluarga besar sedang di dalam.

  "Pak Rezfan beli kapan mobilnya?"tanyaku sambil melirik kembali mobil berwarna putih itu.

  "Setahun yang lalu"

Tetangga Baru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang