in a call: keterima?

1.3K 209 13
                                    

selasa, 17 april 2018
05.03 p.m.
di depan meja belajarmu


"JIIIII GA KEBUKA BUKA WEBSITENYA, MASAAAA?!" teriak kamu ke jihoon lewat sambungan telepon gratis dari handphone kamu.

jihoon ketawa doang. sementara kamu masih gigih mencet-mencetin ikon retry tanpa peduli mouse komputernya papamu yang mungkin bisa rusak.

"jiiiiiiii! jangan ketawa dong! ini beneran gabisa, ini."

"iya, iya, percaya."

"bantuin, jihuuuun."

"iya, ini juga udah di depan komputer, lagi nungguin websitenya kebuka. percaya?"

kamu nggak jawab. soalnya heboh sendiri begitu websitenya ternyata bisa kebuka.

"jiiiii berdoa dulu ini tinggal pencet enter!"

"udah bisa, kebuka?"

"iya, udaaaaaaaah."

"cek dulu, nomor pendaftaran-nya bener apa nggak."

"udah, jihoon."

"berapa nomornya? biar aku buka juga dari sini."

jari kamu yang udah siap-siap mencet tombol enter di keyboard, jadinya bangkit lagi buat ngambil selembar kertas yang ada di samping mouse.

"nih, nih."

"berapa?"

kamu nyebutin beberapa digit angka yang jadi nomor pendaftaran kamu, terus diulangi sama jihoon sekali buat mastiin nomornya bener.

"bareng, ya."

"iyaaaa."

"emang udah siap?"

"jiiii, jangan nyebelin!"

"hahahahaha. yaudah, berdoa, berdoa."

"iyaaa."

kamu nutup mata kamu, narik nafas panjang, berdoa dalam hati, sampai suara jihoon nggak lama kedengeran lagi.

"siap?"

"siap."

"aku hitung ya?"

"hmmmm," jawab kamu sambil siap-siap mencet tombol enter di keyboard komputer.

"satu..

dua....

tiga!"




barengan sama jihoon, kamu mencet tombol enter pake jari telunjuk kamu. layar komputer di hadapan kamu seketika nunjukin tanda loading yang bikin jantung kamu deg-deg-an lagi.

tapi cukup dengan setengah menit, layar komputer di depan kamu nunjukin latar warna putih dengan tulisan yang bikin kamu refleks turun dari kursimu.


kamu nangis sambil sujud syukur. nggak peduli sama jihoon yang ribut banget di telepon. nggak peduli sama jari kelingking kakimu yang sakit karena sempet nyangkut di kaki meja waktu turun dari kursi tadi.

kamu sujud agak lama sampai sempet ngerasain sekitarmu semuanya hening. kamu nggak bisa mikir apapun, ngomong apapun, bahkan ngebantin buat bersyukur di dalem hati.

sampai akhirnya, punggung kamu ditepuk dari belakang. pundak kamu ditarik, dan kamu terpaksa ngebuka matamu lagi.

ternyata itu seungcheol. kayanya kakakmu itu panik dan buru-buru kesini karena ngedenger suara ribut kamu waktu buru-buru turun dari kursi, tadi.

[C] i. chocolatte; wooziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang