Lima

890 47 7
                                    

YUDHA'S POV

Akira Salsabila Abimanyu. Wanita itu sudah kucintai sejak pertama kali Abdi mengenalkannya pada geng kami. Dan aku tau saat itu, pasti dia akan jadi milikku. Dan benar saja, dia setuju menjadi pacarku setelah dia pindah ke sekolahku.

Duniaku berubah karena dia. Aku yg awalnya gak terlalu perduli siapapun yg menjadi sasaran pukulanku, kini menjadi lebih memilih. Dia membuatku sadar, gak boleh memukul cewek, gak boleh memukul guru/orang tua, dan gak boleh memukul tanpa sebab. Singkatnya, kebengisanku sedikit terkontrol karena ada dia di hidupku.

Senyumnya memesona, memabukkan. Lebih memabukkan dari minuman yg sering aku minum di club malam. Dan karena senyumnya lebih bikin candu dari wine, vodka, dan minuman hayuk lainnya, aku berhenti ke club. Daripada rusak karena miras, lebih baik liat senyumnya, toh efeknya sama.

Kemarin, aku datang ke rumahnya untuk bertemu Ayah dan Ibunya, tentu membicarakan hal yang serius.

Flashback on

"Maaf Yah, Ibu,"

"Gak apa-apa Yudha, kami mengerti, kamu harus ikut kemauan orangtua kamu. Nanti setelah lulus kan bisa kembali ke Indonesia." kata Ayah Salsa.

Aku masih menunduk, malu. Aku yg pernah bilang kepada mereka kalau aku akan menjaga Salsa seterusnya, sekarang malah meminta maaf karena sudah tak bisa bersama anak mereka.

"Kami berterima kasih kamu sudah menjaga Salsa. Sekarang kamu harus kejar masa depanmu. Kami juga gak mau Salsa jadi alasan kamu gak pergi, kami mau kamu sukses. Salsa, biar kami yg jaga, karena dari awal itu tugas kami," sambung Ibu Salsa.

"Yudha usahakan sering pulang ke Indo,"

"Iya, yg penting jangan dipaksakan ya, takutnya kamu capek."

Flashback off

Iya, masalah datang mengganggu kebahagianku. Aku harus pindah ke Amerika, karena orang tuaku akan pindah kewarganegaraan dan aku juga harus ikut keputusan mereka.

Jangan ditanya kenapa pindah, yang jelas, alasannya gak jauh dari bisnis mereka. Semua bisnis yg dijalankan mereka ada di Negeri Paman Sam itu. Jadilah, mereka harus tinggal disana.

Untuk aku, aku gak akan pindah kewarganegaraan. Aku ikut mereka supaya bisa lebih mudah belajar merintis bisnis.

Aku ikut juga karena Ibu sudah menangis meminta aku untuk ikut. Beliau minta aku langsung belajar dengan Ayah tentang bisnis. Aku gak bisa melihat beliau menangis. Aku gak mau jadi anak durhaka yg kena azab, kayak di sinetron Indosiar.

Sebelumnya juga aku sudah bicara dengan anggota geng tentang kepergianku dan meminta Abdi buat ngejaga Salsa selama aku gak disini. Aku gak mau dia kenapa-napa.

Tiket pesawat, pasport, dan keperluan lainnya sudah disiapkan orangtuaku jauh-jauh hari. Aku tinggal berangkat saja, kata mereka.

Aku belum pernah bilang tentang ini ke Salsa. Karena, aku takut dia sakit. Aku tau dia sangat benci LDR. Fakta kalau kami harus LDR pasti bikin dia kecewa. Aku gak siap liat dia kecewa.

Aku gak takut dia mutusin aku karena dia benci LDR. Aku percaya diri, dan percaya sama Salsa. Cinta kami gak sebercanda itu. Jadi, gak akan mudah untuk pisah. Bahkan, diam-diam aku sudah mulai nabung untuk nikahin dia. Bukan. Ini bukan karena fase remaja yg bikin aku jadi ngerasa dia jodohku. Aku bisa jamin, bukan. Aku beneran mau sama Salsa. Dengan semua buruk baikku, dan buruk baik dia, aku mau bareng sama Salsa.

Makanya, aku takut nyakitin dia. Aku takut ngecewain dia. Karena, dia itu bagian dari diriku. Kalau dia sakit, aku lebih sakit.

Malam ini aku akan pamit ke Salsa. Berat, tapi harus kulakukan. Penerbanganku dijadwalkan besok pagi. Cuma malam ini aku punya kesempatan buat pamit.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang