Dua Puluh Empat

593 26 21
                                    

AUTHOR'S POV

Imah menghampiri Yudha yg tengah duduk disalah satu bangku perpustakaan. Ia sedang membaca buku Fiqih.

Imah mengucapkan salam yg kemudian langsung dijawab oleh Yudha.

"Barang yg gua titip, udah lu kasih?" tanya Yudha.

Imah mengangguk, "Tenang aja, paket sampai dengan selamat,"

Yudha tersenyum lalu menghadiahi dua jempol tangannya kepada Imah.

Imah mendudukkan dirinya di kursi di depan Yudha.

"Oh ya, Yura masih disimpan, gak?" Sudah lama ia tidak mendengar kabar boneka yg ia berikan pada Salsa. Takutnya boneka tersebut dibuang karena pertengkaran mereka kemarin.

"Yura?" tanya Imah tak mengerti. Imah diam sebentar mencoba me-recall memorinya, "Oh, boneka?"

Yudha mengangguk antusias.

"Ada, kok. Kira peluk terus waktu tidur,"

Hati Yudha menghangat mendengar ucapan Imah. Pasti Salsa gemas sekali tidur sambil memeluk Yura. Yudha semakin mendalam, ia membayangkan ia yg dipeluk oleh Salsa.

"Sadar, Yudha! Gak usah mikir yg aneh-aneh!"

Yudha langsung tersadar dari pikirannya yg iya-iya tersebut.

"Nih ya, Kira ngajak kamu ketemu, nanti setelah sholat ashar di masjid," ucap Imah.

Alis Yudha menyatu, "Kenapa dia gak bilang langsung?"

"Ya gak apa-apa, biar surprise aja,"

"Oke. Bilang sama Salsa, cincinnya harus dipake terus."

*****

"Gimana maksudnya, Ustadzah?" tanya Kira memastikan apa yg barusan ia dengar benar adanya.

"Ya, kan bacaan ngaji kamu sudah bagus. Suara kamu kalo tilawah juga bagus. Makanya saya mau kamu jadi salah satu perwakilan pesantren," jelas Ustadzah Aisyah.

Kira merasa insecure dan bahagia bersamaan. Ia bahagia karena perubahannya sudah sampai terlihat oleh Ustadzah. Itu artinya, perubahan Kira sangat signifikan. Tetapi, ia merasa masih sangat kurang dalam hal tilawah. Ia masih tergolong baru. Rasanya, belum pantas untuk mewakili pesantren.

"Apapun jawaban kamu, saya tetap akan daftarin kamu, ya. Kamu sudah pantas buat mewakili pesantren, percaya sama Ustadzah. Kami gak sembarangan pilih orang," ucap Ustadzah lagi seolah mengerti apa yg sedang menjadi keresahan Kira.

"Baik Ustadzah, saya akan mengusahakan yg terbaik."

Ustadzah Aisyah pun tersenyum.

*****

Yudha tersenyum berjalan ke arah Kira yg tengah berdiri di tangga terakhir masjid, tangan kanannya membawa mukenah. Sungguh, ia sangat rindu Salsa-nya. Yudha bahkan tidak ingat berapa lama mereka tidak bertemu seperti ini. Pokoknya, terakhir kali bertemu, mereka berantem di depan anggota geng.

Semakin dekat, Yudha menyadari bahwa Kira tidak sendiri. Ada sosok yg ia benci di sana. Oh, shit. Kenapa ada Gaza di pertemuan spesialnya dengan Kira? Wajah bahagia Yudha berganti dengan wajah malas.

"Kok mukamu kecewa gitu?" tembak Gaza ketika Yudha berhenti di dekatnya.

"Diem lu!" ucap Yudha dengan tatapan tajam. Yudha mengalihkan pandangannya pada Kira, "Kenapa ada dia, sih?" tanya Yudha yg sepertinya lebih cocok disebut protes.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang