Sembilan Belas

575 30 0
                                    

AKIRA'S POV

Senyum tak luntur sejak pagi dari wajahku. Ya, bahagia lah... Yudha di sini, demi aku. Udah gilak kali lu kalo gak bahagia.

Eh, aku belum sempat nyapa kalian nih, setelah sekian lama author yg nyeritain kisahku, aku berhasil merebut kembali hak penyampaian cerita. Haha.. Aku berhasil mengalahkan author. Untuk saat ini dan mungkin selamanya, aku yg bakal ceritain kisah ini. Kalo ada yg gak terima, sini berhadapan sama gua!

Oke, lanjut ke cerita. Tapi aku punya masalah. Di sisi lain hatiku, sudah ada Gaza yg menempati. Tapi aku juga gak bisa menyangkal kalo aku masih sangat sayang Yudha. Dan untuk saat ini, aku berusaha untuk tetap berhubungan dengan keduanya. Aku mepet-mepet Yudha kalau lagi gak ada Gaza, dan aku deketin Gaza kalau Yudha lagi gak ada.

Hey, aku gak selingkuh, kok. Aku sama Gaza kan gak pacaran. Em, tapi, apa iya aku gak selingkuh?

"Imah, ini namanya selingkuh, gak?"

"Hem.. Gimana ya," ia terlihat berpikir, "Kamu masih pacar Yudha, tapi kamu sudah sayang sama Gaza. Selingkuh hati, gak sih?"

"Waduh.. Kayaknya iya deh, Mah... Gimana dong?"

"Ya gimana, putusin lah.."

"Hah? Putusin? Yudha? Ogah!" kataku cepat dengan nada ngegas.

"Putusin buat milih maksudnya. Dengerin aku, kalau kamu maksain dapet dua-duanya, bisa-bisa kamu malah kehilangan keduanya, Ra." ucapnya serius.

Yg bener? Ah, tapi kan selama kita nyaman-nyaman aja, gak mungkin ada masalah lah. "Lu mikirnya kejauhan, Mah. Gak bakal lah kejadian kayak gitu, aman kok,"

"Kamu belum bisa milih?"

"Nanti gue pikirin, oke?"

"Jangan lama-lama, lho.."

"Iya, bawel."

*****

"Kamu cepet belajar, ya," ucap Gaza setelah mengajariku tajwid.

FYI aja, aku bukan cuma sudah bisa hukum nun dan mim sukun, tapi bisa juga lam dan ro' tarqiq dan tafkhim. Siapa dulu, dong, Kira.

"Oh iya Salsa, saya cuma pengen kamu tau, kalau saya semakin kesini semakin yakin sama kamu," katanya menunduk.

"Ngapain nunduk?" Dia memang sering seperti ini, nunduk pas ngomong sama aku, aneh.

"Saya gak mau tatapan sama kamu terus, takut zina mata," jawabnya sambil menunduk.

Akupun tertawa, "Really? Gemes banget sih, kamu, Za," aku menopang wajahku dengan tangan kanan.

"Nikah sama saya," ucapnya, kali ini menatapku.

Aku terdiam menatap dia, berusaha menganalisa ekspresinya. Tapi, aku tak bisa. Tatapannya susah diartikan.

"Za.." ucapku dengan suara pelan.

"Masih belum punya jawaban?"

Aku diam, bingung mau jawab apa. Aku bahkan belum memikirkan ini semua.

"Aku bakal nunggu, kok," ucapnya lagi.

Aku tersenyum, "Makasih ya, Za, udah ngerti,"

Dia mengangguk pelan.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang