Enam Belas

569 31 0
                                    

AUTHOR'S POV

Setelah menerima tawaran ta'aruf Gaza, Kira kini lebih nyaman berada di pondok. Memang, masih banyak santri yg sering menyindir, tapi, sekarang Kira menjadi lebih kalem menghadapinya. Mungkin, karena sudah mendapat teman yg mengerti, makanya beban yg Kira bawa jadi lebih ringan.

Tapi memang Kira masih susah bangun untuk sholat tahajud, dan tertidur ketika belajar di kelas dan saat ta'lim. Namun, setidaknya kini Kira sudah tidak bolos lagi.

*****

"Bahagia banget keliatannya, udah nyaman nih, di sini?" tanya Abdi. Geng mereka sedang menjenguk Kira. Mumpung, hari ini hari jumat, jadi seluruh santri libur dan boleh dijenguk oleh keluarga dan teman.

"Lu utang cerita sama kita, bayar sekarang!" tambah Joni.

Kira tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Gue ketemu cowok, namanya Gaza," ucap Kira lalu menceritakan segala sesuatu yg terjadi pada dirinya selama ini.

"Kami dukung aja, sih, kalau lu sama si Gaza, yg penting lu bahagia. Tapi, kita, khususnya gua, berharap lu pertimbangin tentang Yudha juga." respon Abdi setelah Kira menceritakan tentang Gaza panjang lebar.

Kira lalu menjelaskan mengenai apa sebenarnya hubungan Kira dan Gaza, yg mereka sekarang sedang ta'aruf.

"Dan, jangan omongin Yudha dulu, boleh? Gue lagi males sama dia." kata Kira. Kira memang sedang malas membahas Yudha karena pacarnya itu tidak pernah mengabari lagi setelah waktu itu menelpon Abdi untuk menanyakan dirinya.

"Kalau nantinya dia nanya lagi ke gua kenapa lu gak bisa dihubungi, jangan salahin gua kalau gua ngasih tau tentang lu masuk pondok, ya?"

Kira mengangguk, "Ya, terserah lah. Paling dia ngehubungin gue 3 tahun lagi." jawab Kira santai.

Kira bukannya sudah tak sayang dengan Yudha, Kira sayang, tapi, bukan begini caranya. Kira juga punya hati, ia sakit bila harus berjauhan seperti ini tanpa saling mengabari. Jadi, setelah Kira pikir-pikir, ia memilih untuk mencoba menikmati hidup di sini. Kalaupun nanti Yudha kembali, ya, Kira akan menyambut kedatangannya dengan bahagia. Karena sakit untuk Kira jika harus terus berharap pada Yudha yg entah di sana memikirkan dia atau tidak.

*****

Hari telah sore, Akira duduk di bangku depan lapangan sambil membaca buku tajwid. Ia sesekali melayangkan pandangan ke para santri yg sedang bermain basket.

"Assalamualaikum," Perhatian Kira beralih pada seseorang laki-laki yg sekarang dekat dengannya, Kira lalu menjawab salamnya.

"Masih bingung?" ucap Gaza sambil menunjuk buku yg dipegang Kira.

"Mm.." gumam Kira mengiyakan.

"Mau di ajarin?"

"Jangan dong.. Perjanjiannya kan gue bisa tanpa lu ajarin." ucap Kira.


Kira dan Gaza memang kemarin memiliki perjanjian. Perjanjiannya adalah Kira harus sudah paham tentang tajwid, bagian hukum nun dan mim sukun, tanpa diajari oleh Gaza. Jika Kira berhasil, Gaza harus meneraktir Kira makan mie ayam kesukaannya. Jika Kira gagal, Kira yg harus meneraktir Gaza.

"Gak apa-apa, kok," Gaza menaikkan salah satu alisnya lalu tersenyum, meyakinkan Kira.

"Gak boleh gitu, dong. Janji ya janji, Gaza Alghifari," ucap Kira yg hanya direspon tertawa kecil dari Gaza.

"Gue ceritain lu ke Ibu. Dan, Ibu mau ketemu lu, jum'at ini," ucap Kira lagi, "Gak terima penolakan!"

Mulut Gaza terbuka, pupil matanya membesar, ia kaget, ia tak menyangka Kira menceritakan dirinya ke mamanya, sampai mamanya ingin bertemu langsung dengan Gaza. Apa ini berarti Kira dan orangtuanya sudah membuka diri secara penuh kepada Gaza?

"Gak usah mikir macem-macem!" ucap Kira mengetahui pasti kini Gaza sedang sibuk dengan khayalannya.

"Hehe, iya." Gaza tertawa sambil menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

"Ini berarti Ibu kamu ngasih restu kalau kamu sama saya?" ucap Gaza hati-hati, takut wanita di depannya berpikiran macam-macam. Gaza memang selalu berhati-hati ketika berbicara dengan Kira, karena takut Kira merasa tidak nyaman, padahal Kira sudah biasa dihina, jadi dia tidak akan mudah tersinggung.

"Gak!" balas Kira cuek, "Gue bilang ke Ibu kalau elu abang-abang yg sering godain gue di sini. Mampus lu, bakal diomelin!" ucap Kira mengintimidasi, tetapi tak lama setelah itu Kira tertawa, "Bercanda, elah.." katanya.

"Kamu mah gitu, suka nakutin,"

"Gue bukan hantu, ngapain takut,"

"Kehilangan kamu lebih nakutin dari hantu apapun di bumi ini," ucap Gaza serius.

Kira menutupi mukanya dengan buku yg dipegangnya tadi, mencoba menyembunyikan wajahnya yg memerah.

------------------------ZedHa-----------------------

Hai, aku kembali lagi setelah sekian lama tidak mengupdate. Ternyata di tempat KKN gak bisa nulis, banyak kegiatan lurr.

Tenang, setelah ini aku akan berusaha update konsisten. Doakan saja gaes.

See ya!

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang