Tujuh

740 33 2
                                    

KIRA'S POV

Setelah semua anggota geng motor kami berkumpul di markas, kami melakukan briefing.

Aku akan berada di posisi belakang Abdi. Abdi menggantikan posisi Yudha. Dan, hari minggu nanti dia akan ditetapkan sebagai ketua geng kami menggantikan posisi Yudha yang belum lama ini kosong.

"Kira, lu harus fokus. Jangan gara-gara di depan lu gak ada Yudha, lu malah jadi gak mood terus puter balik, pulang." pesan Abdi yang kujawab hanya dengan anggukan.

Gak ada ceritanya seorang Kira melarikan diri dari medan perang.

Sebelum berangkat meninggalkan markas, kami berdoa. Jangan kira karena kami anak geng, kami jadi gak tau tentang agama. Ya memang sih, kami gak jago-jago amat. Tapi, setidaknya kami tau cara berdoa.

Aku berharap ini tawuran terakhirku dengan SMAN 78. Aku bosan melawan mereka. Kemampuan tawuran mereka begitu-begitu saja, gak ada perkembangan. Aku rasa mereka bukan orang yang rajin meng-upgrade skill berantem mereka. Tidak seperti kami yang selalu berusaha meningkatkan kualitas kami.

Makanya, hari ini, aku yakin, kami akan menang lagi.

Kami berangkat.

*****

"Udah lama nunggunya?" tanya Abdi setelah kami sampai di bawah jembatan layang dekat tukang martabak manis kesukaan geng kami.

"Belum lama." jawab Dean.

"Kalaupun lama nunggu, gua gak masalah. Apapun itu, asalkan ketemu Kira, gua mau," lanjut si playboy cap kaki tiga.

Hampir muntah aku dengernya.

"Jadi gak, nih?! Gausah pake gombalin Kira segala lu!" balas Abdi mulai emosi.

"Kuy!" ajaknya.

AUTHOR'S POV

"Seraaaaaaaaaang!" teriak Abdi dan Dean bersamaan dengan berhamburannya anggota dari kedua geng tersebut dalam sebuah pertarungan.

Mereka saling adu kemampuan bela diri. Tidak ada yg menggunakan senjata. Bagi mereka, itu adalah sebuah hal yg cupu dan melanggar peraturan.

Dalam peraturan Tata Cara Pelaksanaan Tawuran (TCPT) yg disepakati oleh seluruh sekolah yg bergabung dalam Perserikatan Tawuran Jakarta (PTJ), dituliskan bahwa penggunaan senjata tumpul ataupun tajam tidak diperbolehkan karena hal tersebut adalah perbuatan tolol. Manusia memiliki dua tangan dan dua kaki, kenapa masih butuh senjata? Begitu pikir mereka.

Abdi sebagai pemimpin geng SMAN 48 sangat mahir dalam membuat lawannya tak berdaya. Tidak perlu waktu lama, dia sudah melumpuhkan 3 orang dari geng SMAN 78.

Disatu sisi, Kira tak terkendali. Ia memukul musuh tanpa ampun. Tak ada yang menghentikannya karena yang lain pun sibuk dengan lawannya masing-masing.

Terlalu asik memukul lawannya, Kira tak sadar sudah berpisah dengan kerumunan.

Kira memukul lawannya membabi buta. Tak ada yang lolos dari amukannya. Rasa rindu dengan Yudha yang dipendamnya selama beberapa hari ini membuat dia semakin menggila.

"Kira! Kira, udah Ra!" Abdi menahan pukulan dari Kira, "Dia udah minta ampun dari tadi," lanjut Abdi.

Kira tak menggubris Abdi. Dia menarik tangannya yg ditahan oleh Abdi lalu kembali memukul lawannya yang bahkan untuk bilang ampun saja sudah tidak sanggup lagi.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang