Tujuh Belas

609 28 0
                                    

AUTHOR'S POV

Semakin kesini, Kira semakin menikmati kehidupannya di pesantren. Ia berusaha lebih mengikuti aturan-aturan di pondok pesantrennya. Contohnya hari ini, Kira bangun dan bersiap-siap sholat tahajud sebelum para sie keamanan membangunkan. Sungguh prestasi yg luar biasa, pikir teman sekamarnya.

Kemarin juga, Kira tidak lagi tidur ketika ta'lim berlangsung. Ia memang masih tidak mengerti apa yg diajarkan oleh ustadz dan ustadzahnya, tapi Kira tetap berusaha untuk memperhatikan ketika diberi penjelasan.

Kira seperti ini karena dukungan dan pengertian dari Imah, dan juga dari Gaza. Gaza tak pernah memarahi Kira ketika Kira melakukan kesalahan. Gaza selalu dengan santai memaklumi dan memberi pengertian kepada Kira. Itulah yg membuat Kira tak merasa selalu salah dan memotivasi dia menjadi lebih baik.

"Cie, yg lagi kasmaran, rajin banget PR nya dikerjain semua," goda Imah sambil duduk di samping Kira yg sedang mengerjakan PR matapelajaran Fiqih.

"Kasmaran bapak lu naik haji! Gue sedang mencoba menikmati kehidupan pondok nih," ucap Kira, "dukung kek," lanjutnya sambil tetap mengerjakan PRnya.

"Aku selalu support kamu, apalagi kalau masalah nikah sama Kak Gaza, hehe,"

Kira menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nikah, nikah... Gak ada akhlak banget lu kalo ngomong, ye." ucap Kira.

Imah tertawa keras mendengar ucapan Kira. Bahkan sumpah serapah Kira sekarang sudah berbau agama, pikirnya.

"Ah, elu Im, Gaza terus yg diomongin, jadi pengen ketemu nih, gue," ucap Kira lagi sambil menopang wajah dengan tangannya.

"Cie.. Udah sayang, nih?" ucap Imah sambil menyenggol-nyenggol pelan lengan Kira.

"Gak sayang-sayang amat, sih. Tapi, dia cukup bikin gue deg-degan dan merasa nyaman secara bersamaan pas ngobrol," jawab Kira salah tingkah, "Eng.. Sama cemburu kalau dia ngobrol sama cewek-cewek yg lebih solehah dari gue, sih. Dan masalahnya, semua cewek di sini lebih solehah daripada gue," jelas Kira yg diikuti dengan cengiran khasnya.

Imah tersenyum, "Itu namanya udah sayang pake banget, Ra. Kamu cemburu kalau Kak Gaza ngobrol sama cewek lain, posesif dasar!" Imah tertawa.

"Biarin, wle." ucap Kira menjulurkan lidahnya.

*****

Hari ini adalah hari jum'at, ya, hari dimana para santri boleh dijenguk oleh keluarganya.

"Ibu kamu jadi kesini?" tanya Gaza disela-sela ia mengajari Kira tentang tajwid. Ya, akhirnya Kira menyerah untuk belajar sendiri. Mereka sepakat membatalkan perjanjian, dan menganggap Gaza kalah sehingga harus meneraktir Kira sabtu nanti. Memang, wanita selalu menang.

"Jadi kok. Kamu gak sabar ya, ketemu Ibu?" ucap Kira terkekeh.

"Bentar, kamu ngomong pake aku-kamu ke saya?" respon Gaza dengan ekspresi kaget.

Kira juga kaget, karena ia pun baru sadar jika tadi dia menggunakan aku-kamu ketika berbicara dengan Gaza. "Em.. anu.. Aneh, ya?" kata Kira gugup.

"Gak, gak aneh sama sekali. Ngomong gitu aja, saya senang," ucap Gaza semangat. Kira merespon dengan terkekeh sambil menggaruk tengkuknya.

"Nih, lanjut ngajinya, biar cepet bisa tajwid,"

Kira pun kembali membaca Qur'an-nya.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang