Selasar depan ruang kelas 10 IPA 1 siang ini terlihat begitu ramai dengan kerumunan murid - murid.
Mereka berkumpul karena penasaran tentang jawaban seorang gadis perihal pernyataan cinta yang di terimanya hari ini.
Akankah jadi sebuah cerita baru atau berakhir dengan kata - kata penolakan yang sama?
Jo Yu Ri.
Yaa, itulah nama gadis yang saat ini sedang berada di tengah kerumunan.
Nama itu sudah santer terdengar di kalangan murid SMA National 48, layaknya seorang penyanyi kondang tanah air.
Bagaimana tidak?
Hampir setiap hari, terhitung sejak ia resmi menjadi salah seorang murid sekolah itu, para lelaki dari kelas, jurusan bahkan angkatan berbeda selalu datang hanya untuk menyatakan perasaan mereka.
Entah itu betul perasaan tulus, kagum atau bahkan hanya sekedar untuk mencoba memenangkan sebuah pertaruhan bodoh, dimana mereka semua sudah tau jawabannya.
" Yur, gue udah lama suka sama lo. Lo mau ngga jadi cewek gue? ".
Kali ini pertanyaan tersebut di lontarkan oleh Rival, kakak kelasnya dari jurusan IPS.
Gadis itu menatap lelaki yang di sinyalir bernama Rival ini tengah berlutut dengan sebuket bunga mawar berwarna pink yang khusus ia bawa sebagai persembahan cinta untuk Yuri.
Mawar pink?
Yang bener aja?
Ngakunya suka. Masa bunga favorit gue aja gatau?, batinnya.
Bukannya tidak menyukai mawar.
Ia menyukai mawar, bahkan sangat amat menyukainya.
Hanya saja yang merah.
Bukan pink.
Mawar pink memberinya kesan ngeri karena identik dengan bunga untuk nyekar ke makam.
" Jadi gimana, Yur? Lo mau jadi cewek gue? "
Pertanyaan itu kembali di lontarkan.
Yuri beralih menatap pada murid'murid lain layaknya semut yang mengelilingi tumpahan sirup.
" Ayo tarohan, kali ini di bakal nerima apa nolak kek biasanya? "
" Pasti di tolak lah. "
Sayup - sayup, bisikan itu terdengar sampai di telinga Yuri.
Kalimat itu menjadi begitu akrab karena sudah sering ia dengar.
Dimana sebagian orang hanya menjadikan dirinya sebagai bahan taruhan setiap ada yang melakukan 'insiden penembakan' seperti saat ini.
Ia menghembuskan nafas berat.
Kembali menatap Rival yang sebenarnya tidak bisa di katakan jelek.
Ia cukup tampan dengan kulit putih dan perawakan yang atletis.
Reputasinya sebagai kapten team futsal pun menjadi nilai tambah untuk bahan pertimbangan menerima pernyataan cinta ini.
Sungguh jika Yuri adalah gadis lain, mungkin akan mudah baginya untuk menerima.
Namun Yuri bukanlah mereka yang mementingkan popularitas seseorang.
Lagipula, ia tidak mengenal betul siapa si Rival ini?
" Mm, Rival maaf g--- "
" Gue ngga bisa. Tapi kita masih bisa temenan kok. "
Bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YenYul | dopaMINE • 도파민
Fanfiction[ END - TAMAT ] [ GENDER BENDER ] [ SEASON 2 • dopaMINE II ] " Gue bakal buktiin ke lo, kalo ga semua cowo dunia ini brengsek. " - Choi Yena.