12. Second Daddy

7.1K 732 137
                                    

Mingyu merasa cukup dapat bernapas lega karena Wonwoo mampu menanggulangi beberapa tunggakan di rumah yang sempat mengalami kenaikan usai pemerintah menetapkan kebijakan baru sejak pergantian para menteri. Hanya saja, ibu satu anak itu masih saja latah setiap bergelut dengan peralatan dapur. Entah sudah berapa kali Mingyu memerintahkannya untuk terbiasa memasak sendiri tapi akhirnya selalu ada saja kegaduhan yang dibuat wanita itu. Meledakkan microwave, contohnya. Mingyu tak tahu bagaimana asal-usul microwave dibuatnya meledak sampai-sampai Wonmi menangis-nangis berlarian keluar ruang makan dan mengira ada bom dari penjahat.

Sudah cukup. Mingyu tak mau ada lagi barang dapur yang tewas karena ulah Wonwoo jadi mulai saat ini wanita itu tak boleh berkutat di dapur untuk membuat sesuatu yang tak bisa ia masak. Dan pagi ini, seperti biasa Mingyu yang membuatkan sarapan untuk Wonwoo dan Wonmi sebelum pergi bekerja.

Tak berbeda dari hari biasanya, lagi-lagi, selalu saja ada yang di ributkan olehnya dengan Wonwoo setiap berhadapan di meja makan. Hanya saja, mengingat sang putri kecil mereka sudah beranjak 3 tahun lebih, mereka sedikit demi sedikit mulai menjaga emosi agar tak terjadi keributan besar di rumah --walau hingga saat ini percekcokan masih saja awam mereka lakukan.

"Pasal 3. Dilarang mengusik urusan pribadi." kecam Wonwoo penuh makanan ketika sedang merapikan piring-piring kotor di atas meja.

Mingyu berdecak, berdiri lalu berjalan mengikuti Wonwoo ke dapur. "Tapi ini menyangkut Wonmi! Jika kau bekerja dan aku bekerja, siapa yang akan mengurusnya? Kau mau menelantarkan anakmu?!"

Wonwoo mendelikkan matanya sesaat usai meletakkan piring di wastafel. "Kecilkan suaramu. Wonmi akan dengar." Bisiknya tajam. Belum lama ia berbalik menghidupkan keran, tangan Mingyu meraih lengannya.

"Won--"

"Pasal 4. Jangan sentuh!"

Mingyu mendengus keras setelah Wonwoo menghentakkan lengan. "Wonwoo. Aku tak akan ikut campur kalau saja ini tak berpengaruh ke anakku. Kau mengurus lamaran pekerjaan di perusahaan Jun tanpa sepengetahuan siapapun dan tiba-tiba saja berkata bahwa kau akan mulai bekerja hari ini. Setidaknya kau harus membicarakannya denganku. Aku sedang ada proyek penting yang tak bisa ditunda. Tak ada yang bisa menjaga Wonmi jika kita sama-sama bekerja."

"Mingyu, Jun tak menawariku pekerjaan yang berat. Aku hanya bekerja sebentar sehari dan dalam seminggu aku punya banyak waktu luang. Tak ada gunanya aku masuk perguruan tinggi jika pada akhirnya tak kugunakan. Lagipula Jun hanya memintaku mengisi posisi staf biasa."

"Tak bisakah kau hanya fokus menjaga Wonmi di rumah? Dia masih kecil dan tidak bisa ditinggal orang tuanya sebentar saja. Aku sudah memberimu cukup uang, kan? Kau masih merasa kurang?"

"Iya, aku merasa kurang. Kau dan aku akan berakhir dua tahun lagi. Aku akan mengumpulkan uangku sendiri agar bisa melawanmu di pengadilan untuk mengambil hak asuh Wonmi. Aku harus memulai karirku dari sekarang untuk anakku."

Mingyu memejam geram, berjalan cepat mengikuti Wonwoo yang melangkah keluar dapur dan ruang makan, melewati Wonmi yang saat ini masih duduk diam di kursinya dengan mulut bersimbah saus tomat.

"Wonwoo! Yak!"

"Sudah berapa tahun kau hidup di rumah ini? Kau masih belum juga hapal peraturannya? Lepaskan aku!" Wonwoo menyingkirkan tangan Mingyu yang mencengkram pergelangannya.

"Wonwoo!" Mingyu meninggikan suaranya, masih tak melepaskan tangannya yang menggenggam pergelangan Wonwoo kuat-kuat seraya memberikan sorotan tajam. "Kita bisa mengurusnya nanti! Bisa kau menurut padaku untuk kali ini! Bukan demi aku! Tapi--"

"Daddy?"

Mingyu menggantung ucapannya ketika matanya menangkap sosok kecil muncul di ambang pintu ruang makan, berlari dengan manis menuju ke arahnya masih dalam keadaan mulut berlepotan sisa makanan.

The Sweetest Disaster • meanie gs [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang