17. Yours

7.4K 791 173
                                    

Wonwoo, dimana kau sekarang?

Wonwoo, tunggu di depan kantor. Aku akan menjemputmu.


Mingyu meninggalkan beberapa pesan setelah berulang kali gagal menghubungi kontak istrinya. Kepadatan lalu lintas di malam yang dingin itu benar-benar menyulitkan Mingyu untuk menyusul Wonwoo yang pikirnya saat ini mungkin sedang meneduh di suatu tempat. Berulang kali Mingyu menekan klakson dengan resah, tak hentinya gusar mengetahui deretan mobil yang berdesak itu tak juga ada habisnya.

Mingyu menyadari dirinya tak dapat dibuat menunggu lebih lama dari ini. Kunci mobil diputar, dicabut dan sang pemilik setelahnya bergegas keluar dari mobil tanpa hirau pada barisan kendaraan di belakang mobilnya. Ia tahu ini sedikit bodoh, karena pada ujungnya Wonwoo akan tetap diguyur hujan deras jika ia tak menyusul wanita itu dengan mobilnya. Tapi setidaknya jarak kemacetan dengan kantor sama sekali tak jauh, dan Wonwoo tak akan dibuatnya menunggu.

"Kau melihat istriku?"

Mingyu bertanya pada petugas yang berjaga pada pos di gerbang gedung perusahaan. Guratan wajahnya sangat menunjukkan bahwa ia sedang terburu-buru, membuat sang petugas sedikit cemas terlebih ketika melihat pria itu basah bermandikan hujan.

"Ah, Wonwoo-shi? Setengah jam yang lalu ia berlari masuk ke kantor saat hujan mulai deras. Aku belum melihatnya pulang, mungkin menunggu hujannya reda."

Mingyu berterima kasih sebelum mempercepat langkahnya untuk berlari, tak mengindahkan seruan petugas yang menawarinya jas hujan.

Berada di kawasan parkir, ia berhenti dengan pandangan mengedar, mencari-cari sosok wanita yang memenuhi isi pikirannya. Lalu langkahnya bergerak kembali, menuju gedung kantor tempat Wonwoo bekerja, menduga bahwa Wonwoo mungkin telah membaca pesan singkatnya dan menunggu di depan sana.

Dan dugaan itu memang benar adanya. Wonwoo berdiri di depan kantor, tak sendirian, dipeluk oleh seorang pria berpayung putih yang membelakanginya.

Jun. Perawakannya sungguh mudah dikenal. Mingyu tak pernah menyukai pria itu, dan semakin tak menyukainya hari ini. Melihat bagaimana cara Jun mengusap pipi istrinya, Mingyu tak senang sama sekali.

Atensi Mingyu tak hentinya mengarah lurus, memerhatikan kedua orang itu dengan sorotan dingin. Tetapi waktu setelahnya, sepasang mata redup itu tiba-tiba sedikit terangkat lebar. Pria itu termangu melihat Jun mencium istrinya dengan lancang. Langkah Mingyu yang lambat otomatis berhenti.

Di bawah hujan ia membeku, bahkan tangannya kepayahan hanya untuk sekedar mengepal marah. Sepasang kakinya pun tak mampu untuk bergerak mendatangi dua orang yang meneduh di bawah payung di sana.

Mingyu bisa melihat tatapan itu, bahkan dapat melihat kilau mata istrinya yang berlinang. Wonwoo mengetahui kehadirannya, menyapa netra dengan pandangannya yang begitu lemah, terluka.

"Aku akan mengantarmu."

"Tidak. Aku... aku akan pulang dengan suamiku."

Perbincangan kedua orang itu dapat Mingyu dengar dengan baik walau hujan-hujan yang mengantam keras itu menggemuruh. Wonwoo masih menjatuhkan pandangan ke arahnya, membuat Jun turut mengikuti pandangan wanita itu lalu bertemu tatap dengannya.

Jun menarik senyum simpul pada Mingyu yang enggan menunjukkan ekspresi apapun, lalu beralih memandang Wonwoo kembali dan memberikan payungnya ke genggaman wanita itu. "Kita bicara lagi nanti."

Beberapa saat setelahnya Jun pergi dengan mobil yang ia tumpangi, meninggalkan Wonwoo berdua dengan Mingyu.

Wonwoo tak bergerak dari posisi ia berdiri, tetap melekatkan tatapan bersalah pada suaminya yang melangkah mendekat dengan pelan. Sekujur tubuh suaminya yang basah membuat Wonwoo cemas, cemas dan takut, takut Mingyu meluapkan amarah setelah ini. Walau masih memberanikan diri untuk menatap mata pria itu, sejujurnya Wonwoo diliputi kegelisahan amat dalam.

The Sweetest Disaster • meanie gs [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang