16. Rainy Night

7.2K 764 281
                                    

⚠️

.
.
.

Wonwoo menggeliat dalam tidurnya. Matanya kantuknya dengan berat mengerjap perlahan begitu mendengarkan suara gorden yang terbuka, sehingga silau pagi sontak menembus pandangannya. Ia seketika memutar tubuhnya, mendapati Mingyu sedang sibuk mengancingkan pakaian putri mereka.

"Pagi, Mommy!"

Wonwoo membalas senyuman cerah anaknya dengan tawa kecil, mengumpulkan tenaganya untuk beralih duduk di sisi tempat tidur. Ia kemudian meregangkan bahu dan lehernya, masih dengan rasa kantuk yang mengitar.

Dan tiba-tiba, bunyi aneh dari dalam perutnya terdengar begitu nyaring, membuat Wonwoo seketika memegang perutnya dengan melirik canggung ke arah Mingyu yang menatapnya heran.

Seperti biasa, Wonwoo kerap mengalami gejala lapar sebangunnya ia dari tidur ketika pagi. Ia bersyukur telah sembuh dari sakitnya sehingga tak harus menelan makanan hambar lagi mulai minggu ini.

"Kau lapar? Aku belum sempat memasak."

Mendengar Mingyu berucap demikian, Wonwoo lantas memalingkan pelan wajahnya dengan sedikit gusar. Ia tidak suka Mingyu mengatakan itu, terlebih dengan raut bersalah yang sama sekali tak berdasar. Sebab, Wonwoo yang sejatinya bertanggung jawab di bidang itu, bukan Mingyu. Wonwoo lah yang sepatutnya merasa menyesal. Seharusnya, ia yang meminta maaf untuk ini.

"Aku... akan membuatkan sarapan."

Perkataan yang keluar dengan nada pelan itu, otomatis mengalihkan atensi Mingyu yang diam-diam merasa terkejut dalam batinnya. Arah pandangannya mengikuti Wonwoo yang mengambil langkah gontai keluar tanpa merapikan dulu rambut kusutnya, masih penuh kantuk yang luar biasa.

"Daddy... lapar..."

Mingyu kembali beralih memandang Wonmi. Gadis kecil itu rupanya sedang mengalami hal serupa dengan ibunya. Lantas Mingyu memberi senyum kecil, mengangkat sang anak ke dalam gendongannya kemudian pergi setengah berlari keluar kamar. "Kita memasak!"

Tentu saja. Mingyu harus mengawasi Wonwoo agar alat dapur mereka tak hangus seperti yang pernah terjadi kapan hari silam.

"Mingyu? Ka-kau duduklah di sana. Aku akan mengurus ini."

Mingyu tertawa kecil, memandangi semua bahan yang Wonwoo kumpulkan di atas meja. Bahan makanan yang tidak padu. Sama sekali bukan kombinasi yang akan menghasilkan makanan wajar.

Usai mendudukkan Wonmi di kursi, Mingyu datang menghampiri, melirik kembali pada bahan-bahan makanan itu lalu menggeleng pelan. "Permulaan yang buruk."

"Y-yak. Apa maksudmu?" Wonwoo menyentak kecil dengan penuh keraguan, ikut memandangi apa saja yang telah ia siapkan. Pikirannya berputar keras, sekiranya apa yang salah sehingga Mingyu berlagak demikian? Tidak ada yang aneh, ia rasa.

Mingyu mengerti, sama sekali paham dengan maksud dari ekspresi Wonwoo saat ini. Pun ia meraih salah satu sayuran di atas meja. "Kau tahu ini apa?"

"Apa?! Jelas itu tomat."

Mingyu mengambil yang lain. "Ini?"

"I-itu... Hm... brokoli?"

"Yang ini?"

Wonwoo tersendat, memandang Mingyu dengan kerjapan canggung. Terlihat sekali dari tutur bibirnya yang membuka dengan ragu. "Se-- seledri..."

Mingyu sontak memukulkan ikatan sayur di tangannya ke kening wanita itu, lalu mengacungkannya. "Ini parshley."

"Pa-- pashel... apa?"

Mingyu menyunggingkan tawanya melihat Wonwoo tanpa sadar memperlihatkan raut bingung yang bodoh. Pria itu meletakkan kembali apa yang ada di tangannya, memperhatikan seksama pada semua bahan material di atas meja lalu menatap Wonwoo lagi. "Jadi, mau kau apakan tepung roti dan semua sayuran ini?"

The Sweetest Disaster • meanie gs [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang