20. Morning Kiss

11.9K 832 157
                                    

Sinar yang semakin terik itu menembus celah gorden jendela yang masih tertutup, mengakibatkan wanita yang terlelap pulas di kamar itu perlahan mengerjap berat.

Wonwoo sedikit terlonjak mendapati seluruh kancing kemejanya tanggal, setelahnya mengeluarkan napas lega di kala kesadarannya pulih, sehingga ia baru dapat mengingat jelas semua kejadian malam itu. Malam yang membuat dirinya acak-acakan seperti saat ini.

Mingyu tak ada di sebelahnya, dan hal itu membuat Wonwoo sedikit kecewa, sampai akhirnya ia mendudukkan dirinya kaget ketika jarum jam di dinding menunjukkan waktu siang hari. Ia bangun sangat sangat terlambat.

Wonwoo meringis seraya memegang keningnya yang sakit. Bergegas ia mengaitkan beberapa kancing kemeja, beranjak turun dari tempat tidur dan--

"Akk!"

--terjatuh.

Terasa seperti sesuatu yang tak asing. Wonwoo lagi-lagi mengalami ini.

Oh, semua ini salah Mingyu. Pria itu dengan tak ingat waktu terus menghajarnya hingga melewati pagi buta.

"Mommy~ Ommi pulang--"

"Ssh! Wonmi-ya, Mommy masih tidur. Jangan diganggu. Ayo, turun saja ke bawah."

Lamat-lamat Wonwoo mendengar suara ayah dan anak tepat di luar pintu kamar yang tertutup. Seketika wanita itu panik, bergegas berusaha berdiri sebelum Mingyu membuka pintu. Karena sungguh, jangan sampai suaminya itu mengetahui hal memalukan ini, lagi.

Ah, terlambat.

Pintu dibuka, menampakkan sosok Mingyu dengan kemeja putih dan celana hitam yang biasa ia kenakan. Wonwoo mendengus kecil, menujukan tatapan memelas pada Mingyu yang menemukannya terduduk memegangi nakas.

Mingyu tertawa kecil menyadari apa masalah yang saat ini istrinya hadapi, melangkah menghampiri lalu seketika mengangkat Wonwoo ke dalam gendongan bridalnya, persis seperti beberapa tahun lalu. Hanya saja kali ini wanita itu tak meronta, hanya mengatupkan bibirnya yang melengkung ke bawah, meluruskan tatapan merengut sepanjang Mingyu melangkah ke kamar mandi.

"Aku bisa jalan sendiri."

"Oh, maaf." Mingyu berhenti di ambang kamar mandi dan nyaris benar-benar menurunkan Wonwoo di sana. Tetapi istrinya itu bertingkah sebaliknya, justru mengalungkan tangan di lehernya dan mengeratkan pegangan dengan tautan kesal.

"Turunkan di bak mandi!"

Rengutan itu membuat Mingyu mengulas tawa gemas, kemudian mendekatkan wajah untuk menempelkan hidung mereka berdua. "Kau benar-benar ingin ku--"

"Cukup. Cepat turunkan aku di sana." Wonwoo meletakkan telunjuknya di bibir Mingyu dan mendorongnya sebelum pria itu menciumnya, menahan Mingyu agar tak menerkam kembali karena sungguh, suaminya adalah penyebab utama sekujur tubuhnya sakit saat ini.

"Aku meloloskanmu kali ini."

Mingyu menurunkan Wonwoo di bathup, berjongkok di sebelahnya seraya membentuk senyum manis. "Apa lagi yang bisa kubantu, tuan puteri?"

"Nanti letakkan handukku di gagang pintu."

"Kau tidak ingin aku temani di sini?"

Wonwoo menatap Mingyu penuh waspada, menyalang sengit dengan mata tajamnya yang sontak membuat suaminya itu tergelak kecil. "Kau lebih baik pergi dan masakkan aku sesuatu."

Mingyu teringat ia juga bangun terlambat tadi pagi dan harus segera mengantar Wonmi ke playgroup sehingga tak sempat membuat sarapan. Oh, kalau saja ia tak mendengar suara tangisan kencang putrinya dari kamar sebelah, mungkin saat ini ia juga masih terkapar di dalam selimut bersama Wonwoo. "Ah, baik, baik. Ada lagi?"

The Sweetest Disaster • meanie gs [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang