27. Fifth Year

7.4K 668 78
                                    


Mingyu menyesali kelalaian bahwa ia tak dapat pulang sesuai waktu yang ia janjikan hari ini.

Beberapa saat lagi jarum jam mendekati larut malam. Orang-orang yang menemani Wonwoo di rumah mungkin sudah pulang sejak beberapa jam lalu. Terlihat dari lantai teras yang bersih dari sepatu para tamu, juga lampu ruang tengah yang nampak padam.

Di ambang pintu kamar, sejenak Mingyu termenung. Perasaan tak karuan yang mengusik benaknya seharian ini seketika berangsur tenang. Senyuman kecil sontak terulas saat matanya tak bosan menjatuhkan pandangan pada wajah-wajah damai yang lelap di depan sana.

Dua bocah kecil yang menciptakan kebisingan sepanjang waktu itu kini tertidur dengan dengkuran pulas. Membuat Mingyu tak hentinya merasa beruntung, serta tak pernah menyangka akan menikmati pemandangan manis itu saat ini.

Dan juga.

Jangan lupakan keberadaan wanita itu. Istrinya.

Orang lain mungkin tak akan dapat menerka bagaimana cerita mereka berdua bisa bertemu, bahkan menikah, lalu memiliki dua anak yang menggemaskan.

Yang jelas...

"Aku bahagia menikah denganmu."

Wonwoo membuka mata, melihat Mingyu berbaring di hadapannya, menyapa dengan senyum hangat di sela bisikan itu.

"Aku juga..."

"Kenapa masih belum tidur?" Mingyu mengusap surai istrinya dengan halus.

Wonwoo menggeleng. "Aku sedikit pusing."

Mingyu mengulurkan tangannya, memeriksa kening dan leher wanita itu, kemudian menatap cemas. "Badanmu hangat. Kau kelelahan?"

Wonwoo mengangguk dengan gumaman pelan, lalu mendekatkan tubuhnya untuk memeluk pria itu. "Katamu kau pulang lebih cepat."

"Maafkan aku."

Dalam pelukan Mingyu, Wonwoo mengangguk kembali. "Aku mengerti."

"Sebagai gantinya, bagaimana jika besok aku menemanimu di rumah?"

Wonwoo mengangkat wajahnya, sejenak termenung menatap Mingyu yang tak bosan mengusapkan jemari di keningnya disertai senyum hangat. Terdiam beberapa saat, setelahnya Wonwoo mengangguk senang.

Ibu jari Mingyu turun mengusap pipinya. Dan seperti yang wanita itu tahu, jarak antara mata mereka semakin dekat. Mingyu menyapu bibirnya dengan lembut sembari merengkuhnya erat. Wonwoo meremas kerah kemeja pria itu, lalu di detik berikutnya melenguh ringan ketika kecupan Mingyu berpindah menyambar tengkuknya.

Deru tak biasa mulai menyerang di balik rusuk wanita itu. Walau hampir setiap hari Mingyu selalu memanjakannya dengan perlakuan halus, rasanya Wonwoo masih belum bisa mengendalikan jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat tiap kali berada di dekat pria itu. Seluruh tubuhnya akan menegang setiap Mingyu memberi sentuhan yang candu walau hanya membelai dengan ujung jemarinya.

"Mingyu--" Napas Wonwoo terjeda, seraya kedua tangannya menahan dada Mingyu ketika sadar bahwa pria itu telah menanggalkan hampir seluruh kancing pakaian tidurnya.

Mata cantik Wonwoo yang menatapnya pasrah adalah hal yang membuat Mingyu menggila beberapa waktu ini. Kalau saja Wonwoo tak memanggil, mungkin Mingyu saat ini sudah meloloskan semua kain yang menutup tubuh wanitanya itu.

Wonwoo tak perlu bertanya mengapa, sebab mengerti bahwa Mingyu memang seperti itu jika sedang penat. Ia tahu waktu milik mereka berdua banyak tersita karena pekerjaan, sehingga mungkin Mingyu tak dapat menahan rindunya.

Sesaat kemudian Wonwoo menangkup wajah pria itu dengan kedua tangannya. Lalu mempertemukan hidung mereka berdua, tersenyum, kembali membuat Mingyu terperdaya.

The Sweetest Disaster • meanie gs [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang