23. Special Gift

8.4K 746 134
                                    

Umumnya, seorang anak gadis seusianya akan memilih sepaket permainan boneka bila ditawarkan satu permintaan menggiurkan dimana ia boleh memilih apa saja yang diinginkan. Tetapi Wonmi mungkin tak selamanya menjadi salah satu dari semua anak gadis cerewet di dunia ini yang sejatinya hanya terbesit kata 'mainan!' ketika sudah diiming-imingi hadiah, walaupun dia mungkin adalah yang paling cerewet diantara yang lain.

Mingyu mengusulkan untuk membeli miniatur rumah-rumahan berukuran besar yang dulu sempat Wonmi impikan bahkan sampai menangis selama dua hari karena tidak dipenuhi. Akan tetapi, kali ini Wonmi memberi penolakan. Dia tak lagi menginginkan itu, atau segala macam sejenisnya.

"Kalung kucing!"

Sekali lagi, Mingyu mengernyit heran.

"Iya, Daddy! Kalung kucing! Yang ada lonceng!"

"Untuk apa?"

"Untuk dipakai Minwoo dan Wonmi!"

Kalung kucing? Untuk apa mereka memakai itu? Mingyu kembali diam untuk mencerna. Hingga sesaat setelahnya Wonwoo menjelaskan maksud dari perkataan Wonmi, kemudian Mingyu mengangguk paham dengan kekehan kecil.

Keinginan Wonmi tentu saja merupakan permintaan yang mudah, juga permintaan yang memiliki banyak makna hangat dibaliknya yang membuat Mingyu seketika mengacak surai lembutnya dan menciumi gadis itu gemas.

Malam itu, Mingyu dan Wonwoo kembali untuk memenuhi apa yang Wonmi inginkan. Di dalam ruangan, Jeonghan sedang tertidur pulas di sofa seperti biasa, dan di tempat tidur nampak Wonmi sedang menyuapi Jihoon dengan potongan apel hijau.

Wonmi bersorak ketika mengetahui orang tuanya kembali. Ia membuka plastik yang dibawa oleh Wonwoo, yang berisi dua buah kalung kucing dan beberapa makanan kucing yang terbuat dari olahan tuna.

"Mommy, Daddy, ayo main dengan Minwoo!" seru Wonmi setelahnya.

"Sudah malam, Wonmi. Besok saja, ya?" Bujuk Wonwoo.

"Mau sekaraaang!"

"Wonmi..."

"Sekarang!"

Lengkingan memekik itu ampuh membuat Wonwoo dan Mingyu terpaksa mengiyakan keinginan Wonmi daripada harus kerepotan menghentikan rengekan kencangnya yang bahkan dapat terdengar hingga keluar ruangan. Tentu saja itu cukup mengganggu, terutama pada seorang kakek penderita asam lambung di kamar sebelah yang cukup pemarah pada anak-anak.

Dalam gendongan Mingyu, Wonmi panjang lebar berkisah segala hal tentang Minwoo kepada sang ayah sepanjang mereka bertiga menyusuri koridor. Entah itu tentang kepala Minwoo yang botak, kantung matanya yang bak panda kurang tidur, kulit pucatnya yang seperti hantu, atau hal lainnya tentang Minwoo.

Wonwoo hanya menyembunyikan senyum tipis di belakang mendengarkan Wonmi yang begitu bersemangat pada sahabat barunya. Hingga kemudian ia berhenti melangkah ketika di seberang sana seorang wanita paruh baya nampak keluar dari pintu. Itu ibunya Minwoo.

"Selamat malam, bibi." Wonwoo mempercepat langkah untuk menghampiri, tanpa lupa untuk memberi salam menunduk dengan sopan.

"Ah, ya. Kau..."

"Aku ibunya Wonmi."

"Oh, kau? Minwoo sudah mengatakan tentang Wonmi pada kami. Apakah ini Wonmi? Dia cantik sepertimu."

Wonwoo tertawa kecil. "Sebenarnya, Wonmi memaksa untuk bermain dengan Minwoo sekarang. Maaf mengganggu. Apakah ada waktu? Sebentar saja."

Ibu Minwoo terdiam, melirik sebentar ke dalam ruangan selepasnya tersenyum kembali. "Dia tiba-tiba drop dan harus lebih banyak istirahat. Mungkin, kalian bisa menemuinya lagi besok."

The Sweetest Disaster • meanie gs [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang