Aku ingin.
Bersandar pada pohon beringin.
Yang tengah dihembus angin.
Mengenang Jatiwaringin.Aku rindu.
Kenangan manis seperti madu.
Indah bagaikan lagu.
Ku ingin tinggalkan namun ragu.Mata ini memandang.
Lurus tak mau dihalang.
Melewati elitnya Kemang.
Lalu sampai di Jatipadang.Baju putihmu tak terlupa.
Kacamata bulatmu seolah berupa.
Manismu tak ada dua.
Dikala berjumpa di Mangga Dua.Sempat aku lesu.
Lidah terasa kelu.
Kau bertanya lalu tersipu.
Melengkapi nikmatnya geprek bensu.Pedih terus mengiring.
Rasa yang cukup membanting.
Rapuh bak pecahnya piring.
Luka Serpong yang takkan kering.Aku menanti.
Bersama udara sejuk Karawaci.
Kau yang tak kunjung kemari.
Lekuk senyum pun membasi.Duduk diam membisu.
Kau tak peduli kesana kesitu.
Malam berakhir seru.
Bahagia raga ini memelukmu.Cabuti bulu merak.
Lihat kulitnya yang berkerak.
Air mata hingga suara serak.
Karena hari spesialku kau rusak.Menyantap pisang hijau penuh kasih.
Ditambah biji selasih.
Perjalanan jauh tak letih.
Berjumpa lagi di Jatiasih.Kau mau kemana ?
Tega buatku terlena ?
Apa aku ada salah ?
Atau kau yang tak berarah ?
Aku siap menuntun.
Menuntunmu, gadis chunchun.Kau penyihir terbaikku.
Ledakanmu cukup menggoyahkanku.
Tingkahmu menggemaskanku.
Chunchunmaru-mu melepas tawaku.
Jangan mencuri bekal temanmu, jangan.
Menjadikanmu milikku, itu angan.Kau berucap padaku, janganlah pergi.
Apa telinga ini bisa mendengarnya lagi ?
Suara hangat sejukkan pagi.
Membawa sejuta harapan tinggi.Aku harap kau peduli.
Atau membuatku tertawa geli.
Lengket denganmu bak tumpahnya oli.
Erat ikatan bagaikan tali.Menerjang hilir.
Kuharap kau tak ada selir.
Ataupun mengusir.
Aku takkan pernah bisa rela.
Pasti sakit hingga ujung kepala.Ingin bercerita, malas menulis.
Tulis puisi, namun melankolis.
Tak pandai dalam berkata manis.
Tak bisa aku romantis.
Apalagi berceletuk humoris.
Yang kubisa hanya ke Bekasi.
Untuk memberikan sebuah hati.Agenda berenang, kau ikut.
Ingin datang, tapi ku takut.
Nanti senangmu ku renggut.
Bisa-bisa kita bergelut.Sampai kapan aku harus berduka ?
Ingin rasanya ku sampaikan luka.
Kau tau ? Rasanya hampa.
Aku ingin kita kembali berdua.
Seperti di Arion pada kalanya.Bulu mata yang tak lentik.
Jari-jemari yang cepat mengetik.
Dilan 1990 novel antik.
Kau yang di pikiranku yang tercantik.Aku tak pernah berlari.
Terpaku, masih disini.
Kerjaanku hanyalah menanti.
Tak bisa pergi.
Karena kau bilang demikian, aku merasa kau butuhi.
Aku takkan gantung diri.
Seperti yang kau ingati.Sinyal awalmu sehangat mentari.
Berujung sekeras biji kenari.
Kenapa kau selalu berlari ?
Aku terus melambaikan tangan padamu: kemari.Di bawah teduhnya rumah.
Wajah ini tampak basah.
Hati gundah, pikiran resah.
Selalu terbilang salah, sampai ingin marah.Petualang ini bukanlah seorang emosi.
Jauh dari kata obsesi.
Hanya manusia normal pemakan nasi.
Bisa sakit dikala tertimpa besi.Banyak yang ingin kusampaikan.
Tapi ku paham kau peduli setan.
Berpikir pun tampak enggan.
Hanya diam tak berlisan.Aku terus menunggu.
Terjebak seolah terbelenggu.
Kepala mendongak, mengangkat dagu.
Ingin ku sampaikan lantunan lagu.Tak lihai dalam berkata, padamu.
Berawal aku menyukaimu.
Hingga aku menyayangimu.
Bahkan aku cinta denganmu.
Sulit rumit melepasmu.
Rupawan bak angsa Eropa, begitulah aku memandangmu.
Sehangat dekapan, begitulah aku merasakanmu.
Setinggi Skypiea, begitulah harapanku padamu.
Sedalam Pulau Fishman, begitulah perasaanku padamu.
Terbentang bak Grand Line, jauhnya perjalananku menggapaimu.
Nami, Robin, Vivi, ataupun Boa, tak sepadan denganmu.
Kupersembahkan asaku hanya padamu.
Haruskah ku ucap ? Maya Amelia Dewi, itulah nama elokmu.3 Desember 2017, ku pandang kau hingga malam.
27 Maret 2018, kau berikan ku luka mendalam.-Vinsmoke-
28/03/18.Halo! Ini pertama kalinya untukku menulis secuil pesan di akhir postinganku. Aku akan jelaskan langsung saja. Jadi kemungkinan ini adalah puisi terakhirku. Puisi pertama yang kubuat, namun kurencanakan untuk jadi puisi penutup. Ya, dari nama itu. Ia adalah orang yang entah kenapa bisa mendorongku untuk menulis puisi-puisi yang melankolis. Semua puisiku bermakna, jauh lebih indah dari hidupku yang tanpa warna. Hahahaha, jadi, apa kalian menyukai puisi-puisiku ? Memang sih ada beberapa yang bukan tentang "dia-yang-namanya-tercantum-di-puisi-ini". Namun, hampir semua puisi ini aku buat untuk dia. Walaupun dia tak menggubris, atau mungkin dia tak peduli hehe. Aku tak bisa berharap dia mengerti perasaanku, bahkan dia membacanya saja rasanya tak mungkin. Ini puisiku yang paling blak-blakan. Saat itu, apa yang di pikiranku, aku tumpahkan hingga jadi puisi terakhirku ini. Ingat puisiku yang "Teruntuk Kamu yang Besok UN"? Itu dengan jelas juga aku menyebutkan namanya. Dan sebelum kuposting disini, aku terlebih dulu memberikan ke orangnya via WhatsApp. Yah, tragisnya berujung hanya diread hahaha... Ah maaf, tampaknya aku jadi curhat. Aku tak tau apakah setelah ini aku masih bisa menuliskan puisi ringan lagi. Terimakasih yang sudah mendukung dan membaca puisi-puisiku yang terbilang ringan ini. Jika memang ada kesalahan, aku hanya bisa minta maaf (-/\-). Sekali lagi, terimakasih untuk semuanya ! Puisi Vinsmoke ini, telah selesai ! :3
Tertanda
Vinsmoke.

KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Vinsmoke.
PoetryAku hanya ingin menyalurkan bakat melankolis dadakanku lewat puisi-kata bersajak-masih terlalu ringan untuk disebut puisi. Aku berharap kalian suka membaca puisi-puisi ringanku :> Kenapa dinamakan Vinsmoke ? Karena aku sangat menyukai karakter Sanji...