Tiga

248 32 2
                                    


Agustus 2017.

Sore ini saat aku sedang mencuci piring di dapur, Ibu memanggilku dan mengatakan Ken ada di depan rumah. Aku langsung melirik jam yang menggantung di dinding dapur. Hampir jam 6. Ngapain Ken ke rumahku sore-sore begini?

"Ken sama siapa, Bu?" tanyaku.

"Lagi sama Bapak kamu di teras."

"Maksud Amanda datangnya sama siapa ke sini?"

"Sendiri."

Aku segera menyelesaikan cucian piring dan segera bergegas ke depan rumah. Di sana kulihat Ken dan Bapak sedang asyik mengobrol. Saking asyiknya Bapak tampak tertawa, Ken juga.

"Hai, Amanda!" sapanya begitu melihat kehadiranku.

Aku tersenyum. "Lo ke sini nyariin gue apa nyariin Bapak gue?" tanyaku.

Ken memandang Bapak sebentar, kemudian beralih padaku. "Maunya sih nyariin Om Dika tapi kenyataan gue nyariin lo."

Bapak tersenyum dan beranjak dari kursi. "Om tinggal ya! Mau mandi dulu, bilangin ke Amanda buat mandi," ucap Bapak sebelum meninggalkan kami berdua.

"Iya, abis ini Amanda mandi kok."

Ken senyum-senyum mendengar ucapan Bapak. "Sering ngejekin gue jarang mandi sore, ternyata lo juga jarang mandi sore."

"Eh jangan asal ya! Gue selalu mandi sore, Bapak aja yang nggak tau," aku tidak terima.

Aku mendekati kursi yang tadi diduduki Bapak dan duduk di sana. "Jadi ngapain lo ke sini hampir Maghrib gini?"

Ken membenarkan posisi duduknya. Dia memandangku cukup lama, namun tidak juga mengucapkan sepatah kata. Hisss... Kenapa sih manusia satu ini?

"Gue baru jadian sama Dini," ungkapnya setelah menarik napas panjang.

"Dini teman sekelas lo?" tanyaku. Aku mengenal Dini. Dia cantik. Teman sekelas Ken yang juga menjabat sebagai wakil ketua ekskul karate dimana Ken menjabat sebagai ketua. Beberapa bulan ini mereka memang dekat, jadi aku tidak begitu kaget ketika Ken mengatakan mereka jadian.

"Ya udah gue pulang ya!" pamitnya.

"Lo ke sini mau bilang itu doang?"

"Iya."

Dia sempat masuk ke dalam rumah untuk berpamitan dengan orang tuaku. Kemudian keluar lagi, tersenyum padaku sebentar lalu bersama dengan motornya ia meninggalkan rumahku besarta aku yang masuk mematung di teras rumah.

Ken jadian dengan Dini. Dini yang cantik. Aku harus siap-siap kehilangan dia.

***

"Man, Ken jadian sama Dini ya?" tanya Tiara yang tanyanya seperti orang sedang menodong. Dia mencegatku di depan pintu kelas dan menanyaiku dengan suara tegas.

Aku menganggukan kepala.

"Hisss..." ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Dia berbalik badan dan berjalan menuju bangkunya. Saat aku masuk ke dalam kelas, kulihat dia sedang menangis.

"Beneran Ken jadian sama Dini?" kali ini Mita, teman sebangkuku yang bertanya.

Aku kembali mengangguk. Kemudian aku mengeluarkan buku-buku pelajaran dan mencoba mengalihkan pembicaraan dari berita jadiannya Ken dengan Dini. Aku mengajak Mita untuk membicarakan buku, film sampai gosip artis terbaru. Kami bersenang-senang dengan obrolan tersebut sampai guru pelajaran Ekonomi masuk ke dalam kelas.

Harusnya aku sudah terbiasa dengan Ken yang tiba-tiba jadian dengan cewek lain. Sejak pertama kali Ken pacaran dengan Bella, sampai saat ini Ken sudah lima kali ganti pacar. Bella, Latifa, Eva, Sekar dan Dini. Aku sudah terbiasa menjadi saksi kisah percintaannya dengan cewek lain. Seperti saat pacaran dengan Bella, aku yang mendukung dia untuk mempertahankan hubungan mereka dan saat mereka putus, aku yang menemani Ken.

Hei Ken! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang