Enam Belas

119 15 0
                                    

"Ken kayaknya kita jaga jarak dulu deh," ucapku di depan rumahku. Beberapa detik setelah aku turun dari motor Ken.

Dia menautkan alisnya. "Kenapa?" tanyanya. Belum sampai aku menjawabnya, dia sudah menjawabnya terlebih dahulu. "Karena gosip di sekolah?" tanyanya dengan santai.

Aku memandangnya tajam. Dia masih bisa menanggapi gosip itu dengan santai? Oh ya, kan yang kena dampak paling buruk itu aku!

"Gosip kayak gitu lama-lama juga akan hilang dengan sendirinya," katanya.

"Karena lo nggak ada di posisi gue," sahutku.

Ken mendesah dan turun dari motornya. Dia berdiri tepat di depanku dan perlahan menyibak poni yang menutupi mataku. "Yang penting kita nggak seperti yang mereka katakana, Man. Yang jalani kan kita," jawabnya.

Aku menaikan pandanganku dan saat itu Ken menatapku.

"Mereka mengira kita pacaran," ucapku yang membuat Ken mengangkat alisnya sebelah. Aku menarik napas cukup panjang dan membuangnya perlahan. "Mereka bilang gue pernah dipake sama lo," tambahku dengan sinis.

Aku mengibaskan tangan Ken dari depan wajahku dan cepat-cepat masuk ke dalam rumah.

***

Aku mengenal Ken. Berteman dengannya selama empat tahun membuatku tahu seperti apa dirinya. Ken bukan tipe cowok yang ketika diminta menjauh dia akan langsung menjauh. Bisa dibilang ketika diminta untuk menjauh, dia malah semakin penasaran. Aku sudah bilang ke Ken agar kami jaga jarak, tapi kenyataannya dia malah semakin intens menghubungiku. Dia menghubungiku empat kali dalam sehari dan setiap kali dia menelponku, dia cuma bilang, "oh, lo masih hidup, Man." Atau sekadar bilang, "Man, gue baik-baik aja. Jangan mengkhawatirkan gue ya!"

Dia juga menjemputku lebih awal dari biasanya dan menungguku di depan kelasku beberapa detik setelah guru meninggalkan kelas.

"Lo sama Ken jadian?" tanya Mita ketika melihat Ken sudah ada di depan kelas kami begitu bel pulang dibunyikan.

"Enggak."

"Masih belum jadian?" tanya Mita heran.

"Gue bilang ke Ken buat jaga jarak sama gue tapi dia malah kayak gitu," jawabku.

Mita memandangku. "Gue rasa Ken emang beneran cinta sama lo, Man," ucap Mita.

Aku melengos dengan tersenyum tipis. "Apaan sih!"

"Nggak percaya! Cowok ya kalau diminta buat menjauh dari cewek yang dia cinta malah makin penasaran dan makin deketin," Mita menjelaskan.

Aku hanya mendesis tidak jelas dan segera meninggalkan kelas. Di depan kelasku, Ken sudah menyambutku dengan tersenyum. Lengkap dengan lesung di pipi kanannya.

"Apaan sih Ken senyum-senyum gaje!" kataku.

Dia malah melebarkan senyumannya. "Lo terpesona ya!"

"Hiss!!!" aku mempercepat langkahku, namun langsung disejajarkan oleh Ken. Ken sedang menanyaiku tentang pelajaran di kelasku hari ini yang kujawab dengan singkat, saat itu juga ada anak kelas IPA 2 yang meneriaki kami.

"Pasangan serasi SMA 18 ya! Langgeng terus ya!" teriak mereka yang membuatku langsung memandang mereka.

"Tapi harus hati-hati, Ran!" sahut cewek di sebelahnya.

"Kenapa?"

"Nanti nabrak terus kecelakaan. Mending kalau lukanya berdarah, lukanya bikin perut buncit!" jawab cewek itu dengan tertawa.

Ken langsung mendekati mereka dan menggertak mereka. "Maksud lo apa?"

"Santai, Pak!"

"Gue bukan Bapak lo! Jelasin maksud lo apa?"

Hei Ken! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang