Dua Puluh Enam

284 15 1
                                    

Di sebuah kafe yang langsung menghadap ke laut, aku mengadakan pertemuan dengan Mita, Tiara dan Haikal. Mereka memandangku dengan penuh penasaran karena saat mengabarinya aku mengatakan akan mengatakan hal penting.

Mita meminum cola pesanannya sebelum bertanya. "Hal penting apaan sih, Man?" tanyanya.

Bukannya menjawabnya, aku malah tersenyum.

"Malah senyum," sahut Tiara.

Sedangkan Haikal menatapku cukup tajam seolah di sana ia bisa menemukan jawaban untuk rasa penasaran mereka. "Kayaknya kabar bahagia," kata Haikal.

Kemudian aku mengeluarkan tiga undangan dari dalam tas dan meletakannya di atas meja.

Sontak mereka membelalakan mata dengan sempurna.

"Lo nerima lamaran Mas Zaki?" tanya Tiara.

"Berani juga lo ya padahal lo sama Mas Zaki baru kenal," sahut Mita.

"Lo aja belum ngenalin Mas Zaki ke kita-kita loh," tambah Tiara.

Dibandingakan berkomentar, Haikal lebih memilih mengambil undangan itu dan menjadi orang pertama yang membacanya. Saat itu juga matanya membulat.

"Bukan sama Mas Zaki," ucap Haikal yang membuat Mita dan Tiara ikut meraih undangan tersebut.

Kedua sahabatku itu juga melakukan hal sama. Mata membelalak dan menatapku dengan tidak percaya.

"Nggak mungkin."

"Lo pasti salah nulis nama," tambah Mita.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan mereka, yang akhirnya membuat mereka terdiam dan mau tidak mau harus mempercayainya. Mita dan Tiara kemudian berdiri dan memelukku dari samping. Mengatakan ungkapan-ungkapan yang bisa disebut dengan ketidak percayaan mereka. Dari tempatku duduk aku memandang undangan yang ada di atas meja. Dua nama tertulis dengan jelas di sana.

drh. Kenan Dirgantara & Deane Amanda, S.Pd.

Bandar Lampung, 22 Juni 2026

Hei Ken! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang