Prolog

552 37 2
                                    

Teman itu...

Kenan Dirgantara. Panggil saja Ken. Empat tahun yang lalu dia sangat beruntung. Pagi itu hari dimana calon murid baru SMP mengikuti tes masuk dan Ken duduk satu bangku denganku. Aku masih ingat betul bentuknya pada saat itu. Rambut berantakan, badan kecil dan kulit sawo matang. Pokoknya nggak bisa disebut sebagai cowok keren deh.

Kami tidak berkenalan. Sama sekali. Setidaknya sampai waktu mengerjakan soal hampir selesai. Tanpa ada basa-basi terlebih dahulu, tiba-tiba dia memutar kepalanya dan mengarahkan senyumannya padaku.

"Gue Ken. Boleh nyontek jawaban lo nggak?" tanyanya polos. Entah karena dia benar-benar polos atau emang nggak tau malu.

Aku menaikan alisku sebelah.

"Boleh ya?"

Aku memandangnya dengan heran. Tapi karena saat itu aku masih bocah banget dan masih malu-malu sama cowok yang baru dikenal, aku hanya menggelengkan kepala.

"Please! Kakek gue baru meninggal jadi gue nggak sempet belajar," Ken memohon dengan wajah super menyedihkan dan entah kenapa hal itu berhasil membuat hatiku luluh. Mungkin kalau kamu melihat wajah Ken pada saat itu, kamu bakal melakukan hal yang sama. Kubuka kertas yang menutupi lembar jawabanku dan dengan cekat dia menyalin jawabanku.

Satu minggu kemudian, tepat di hari pengumuman nama-nama siswa yang lulus tes, dia menemuiku. Dengan membawakan es krim rasa cokelat. Dia berdiri tepat di hadapanku dan menyodorkan es krim tersebut.

"Terima kasih karena lo, gue bisa masuk SMP ini," ucapnya memamerkan lesung di pipi kanannya yang terbentuk ketika dia tersenyum.

Aku menerima es krim tersebut dengan ragu-ragu.

"Deane Amanda, lo mau jadi teman gue?" tanyanya.

"Lo tau nama gue?" tanyaku dengan heran.

"Tau. Dari lembar jawaban lo," jawabnya. "Lo mau jadi teman gue?"

"Ya," jawabku. "Panggil saja Amanda."

Namanya Kenan Dirgantara. Seorang teman yang kukenal di hari tes masuk SMP yang kemudian menjadi teman satu kelasku selama kami duduk di bangku putih biru. Percayalah, dia seorang teman yang baik. Jika tidak percaya, silahkan baca ceritaku ini tapi dengan satu risiko: kamu akan jatuh cinta padanya!

Hei Ken! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang