Empat Belas

134 18 0
                                    

Aku menatap langit-langit kamarku yang entah kenapa saat ini tampak penuh bunga. Pasti hanya bagian dari imajinasiku. Aku menggeleng-gelengkan kepala untuk menghancurkan khayalanku. Saat bunga-bunga tersebut hilang, wajah Ken malah menggantikannya. Dengan tersenyum pula!

Aku bangkit dari tempat tidur dan duduk di depan cermin rias. Aku memandangi wajahku di sana. Mataku, hidungku dan bibirku. Aku langsung menutup bibirku dengan tangan. Wajah Ken kembali hadir. Kali ini dia keluar dari cermin dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Tidak!!!

Dengan cepat aku berlari keluar kamar dan di luar aku hanya mendapatkan tatapan aneh dari Bapak dan Ibu, jadinya aku masuk kamar lagi. Aku berjalan ke dekat jendela dan membuka gorden. Saat itu juga aku melihat Ken duduk di atas motornya dan ketika aku mengucek mataku, Ken menghilang.

Aku bisa gila!

Aku menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur dan meraih ponselku yang ada di sampingku. Aku membuka google dan berpikir sejenak sebelum mencari sesuatu di sana. Setelah ketemu, aku mengetiknya "teman menciummu" namun belum sampai aku sentuh icon searching aku segera menggantinya "jatuh cinta dengan teman" baru saja aku akan mengaksesnya, aku kembali menggantinya "bolehkah teman mesum".

Tidak!!!

Akhirnya aku letakan ponsel di sampingku dan aku memejamkan mata.

Ken membuatku gila!

***

Pagi hariku dimulai dengan chat dari Ken. Kurang lebih seperti ini.

Man, gue di depan rumah lo! Sekarang!

Aku melihat jam yang tertera di bagian atas layar ponsel. Masih jam setengah enam. Ken sudah di depan rumahku? Aku menyibak selimut dan berjalan mendekati jendela, kubuka gorden dan tak melihat siapapun di sana.

Ponselku kembali berdering. Aku cepat-cepat meraihnya. Satu chat dari Ken.

Gue bohong! Segitu pengennya lo ketemu sama gue.

Anjir. Aku mengumpat dalam hati dan kulemparkan ponsel di atas kasur. Aku segera ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah aktivitas sehari-hari sebelum berangkat sekolah selesai, ponselku kembali berdering. Satu chat lagi dari Ken.

Man, gue di depan rumah lo!

Bodoamat, Ken! Aku meneriakinya, tapi sayangnya cuma di dalam hati. Aku memandang wajahku di depan cermin dan kupoles sedikit dengan bedak dan lipthin. Belum sampai aku selesai dengan rutinitas merapikan diri, ibu sudah masuk ke kamarku.

"Ada Ken di luar, Man," kata ibu.

Aku menaikan alis. "Beneran, Bu?" tanyakua tidak percaya.

"Udah dari tadi. Katanya dia udah WA kamu," jawab ibu.

Aku mendesah. Kemudian kuintip depan rumahku dari jendela kamar dan benar saja, ada Ken di sana.

"Kasihan Ken nunggu dari tadi!" lanjut ibu.

"Ya, Bu."

Tak lama kemudian aku keluar rumah dan langsung disambut senyuman oleh Ken. Tuhan, kenapa senyumannya itu membuat jantung berdetak lebih kencang?

"Gue pikir lamanya lo dandan bakal bikin lo jadi bidadari ternyata sama aja," ucapnya.

Aku memandanginya dengan cemberut, meski sebenarnya lumayan sulit menahan perasaan di dada yang meledak-ledak. "Manusia itu kalau di bohongi sekali, kedua kalinya dia sulit buat percaya," sahutku.

"Maksud lo manusia itu lo?" tanyanya dengan diakhiri senyuman meledek.

Aku mengepalkan tangan dan bertambah kekesalan di wajahku. "Mau berangkat nggak nih?" tanyanya.

Hei Ken! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang