Sepuluh

147 21 0
                                    

Ken menjemputku. Dengan kaos cokelat dan kemeja levis yang tidak dia kancingkan. Aku yang mendengar suara motornya segera siap-siap, tapi keluarnya menunggu di mengucapkan salam. Ken mengucapkan salam dan kupaksa Bapak untuk ke ruang tamu.

"Kenapa nggak kamu aja?" tanya Bapak.

"Bapak aja!"

Bapak menemui Ken di ruang tamu, sedangkan aku mendengarkan mereka dari ruang tengah.

"Assalamualaikum," salam Ken.

"Walaikumsallam," Bapak menjawab. "Kangen lagi?" tanya Bapak dengan menggoda.

Ken tampak tertawa kecil.

"Amanda ada, Om?" tanyanya. Aku yang mendengarnya dari ruang tengah sudah senyum-senyum sendiri.

"Oh sekarang nyarinya Amanda? Mau bilang kangen?" Bapak semakin menggoda.

Aku seketika melongo. Aku menunggu jawaban Ken dan aku hanya mendengar dia tertawa kecil.

"Amanda sudah mengunggu dari tadi. Sekarang lagi nguping kayaknya."

Bapak!!! Rasanya aku ingin menarik Bapak dan memarahinya. Gimana sih orang aku sengaja nggak mau keluar karena malu malah Bapak jelasin kayak gitu.

"Udah nanti dia kan keluar sendiri."

Aku nggak akan keluar jika tidak dipanggil. Sampai sekitar lima menit aku masih berdiri di ruang tengah.

"Amanda, Ken nunggu nih!" untung Bapak pengertian. Dengan malu-malu aku keluar dan yang kutemui di sana malah gelak tawa Ken.

"Tumben lo cantik," entah ini pujian atau hinaan, aku tidak tahu tapi aku senang mendengarnya.

"Jadi buat agar-agar?" tanyaku.

"Loh bukannya jadinya bikin jus ya?" dia bertanya balik.

Oh ya!

"Om, Ken izin pergi dengan Amanda ya! Amanda akan aman kok dan akan selamat sampai di rumah," ucap Ken meminta izin seperti biasanya. Dia kemudian masuk ke dalam dan berpamitan dengan Ibu.

"Kamu juga jaga Amanda baik-baik," sahut Ibu. Kenapa harus ngomong gitu sih? Emang aku siapanya Ken?

"Tenang saja, Tante!"

Ken keluar dan kami pergi meninggalkan rumahku dengan motor Ken. Jalanan Kota Bandar Lampung tidak terlalu padat. Minggu pagi di Bandar Lampung memang sering lengang. Orang-orang Bandar Lampung lebih suka menghabiskan hari liburnya di rumah bersama keluarga. Ken mengendarai motornya dengan kecepatan standar meninggalkan kompleks perumahan. Kami melewati jalanan yang dipenuhi oleh pedagang-pedagang boneka di pinggir jalan, melewati gedung Transmart yang belum selesai dibangun dan melewati flyover untuk sampai di rumah Ken yang berada di Sukarame.

Selama perjalanan kami diam. Aku juga sengaja tidak mengajak Ken mengobrol. Baru ketika kami sampai di depan rumah Ken, setelah Ken membuka helm, dia memandangku.

"Gue pikir setelah beberapa hari nggak liat lo, lo bakal berubah jadi cantik," ucapnya.

"Bukannya tadi lo bilang gue cantik?" sahutku.

"Bohong!"

Aku mendengus kesal.

"Ayo masuk!" ajaknya. Aku mengucapkan salam begitu berada di depan pintu rumah Ken dan langsung disambut oleh Yuda dan Yudish yang mencium tanganku. Kemudian Tante Nita keluar dan mencium pipi kanan dan pipi kiriku.

"Kamu kok nggak pernah ke sini? Tante kangen loh," katanya dengan memelukku.

"Banyak tugas, Te," jawabku yang tentu saja berbohong.

Hei Ken! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang