Tujuh

181 22 0
                                    

"Man, lo tau nggak kalo Virza dan Ken nyalon ketua OSIS?" tanya Mita ketika aku jam pertama selesai.

Aku membulatkan mata. Oke, kalau Virza mendaftarkan diri menjadi ketua OSIS masih diterima oleh akal sehat. "Ken?"

"Iya. Kemarin sepulang dari tanding dia mendaftarkan diri jadi ketua OSIS."

"Jangan milih dia!" sahutku cepat.

Mita yang mendengarnya malah tertawa. "Terus milih Virza pacar lo?" tanyanya.

Sekarang aku bingung menjawabnya. Nggak gitu juga sih.

"Ken kemarin dapat juara ya?" tanya Tiara yang berdiri di depan bangkuku.

"Katanya sih gitu," jawabku.

Tiara tersenyum. "Keren ya dia. Kalo dia beneran daftar ketua OSIS gue bakal milih dia."

Aku mendengus. "Cinta emang membutakan segalanya."

Sedangkan Mita di sampingku masih senyum-senyum nggak jelas. "Jadi yang bikin lo buta Virza atau Ken?"

Aku mengeleng-gelengkan kepala pelan. Selalu saja Mita seperti ini. Aku segera beranjak dari tempat duduk. Aku ada janji ketemuan dengan Virza.

***

Virza sudah menunggu di gazebo dekat kelas 11 IPA2 dan seperti biasa, kedatanganku selalu disambut oleh senyumannya. Aku melambaikan tangan sembari tersenyum.

"Udah dari tadi?"

Dia menggeleng. Dia mengatakan padaku untuk diajari pelajaran Ekonomi, jadinya kami janjian di sini. Dia meletakan buku Ekonomi yang dia bawa di atas meja gazebo.

"Za, emang bener ya Ken daftar ketua OSIS?" tanyaku.

Virza mengangguk. "Kemaren sepulang dari tanding dia daftar."

Aku mendesah.

"Kamu dukung aku kan?" tanyanya. Ya, sejak pacaran memang Virza selalu menggunakan bahasa 'aku-kamu' yang bagiku cukup menggelikan.

"Ya," jawabku ragu.

Aku membuka buku Virza dan mencoba mengalihkan pembicaraan ke tujuan awal kami ketemuan siang ini. Aku menanyakan bagian-bagian yang tidak Virza mengerti dan aku mencoba menjelaskannya. Tapi bukannya memperhatikan apa yang kujelaskan, Virza malah memandangiku. Aku mencoba membuyarkan pandangannya dariku tapi dia tidak juga berhenti.

Dia kembali mengusap rambutku dengan tangannya.

"Semakin kupandangi, kamu semakin cantik, Man."

Ah, gombal lagi!

Aku mencoba tersenyum. Kaku. Entah kenapa gombalannya kali ini bagiku sangat garing. Kubuang pandanganku ke sisi sebelah kanan dan tanpa sengaja kulihat Ken ada di sana. Tengah memandangiku.

Aku kembali menjelaskan pelajaran Ekonomi kepada Virza dengan sesekali melirik Ken. Dia masih ada di sana. Dengan pandangan yang sama.

"Man, nanti pulang bareng ya!"

Aku menaikan wajahku dan mengangguk pelan.

Kami mengakhiri belajar Ekonomi setelah terdengar bel tanda masuk pelajaran ke empat. Kami kembali ke kelas masing-masing.

"Aku tunggu di parkiran ya nanti!" ucap Virza.

Aku kembali menganggukan kepala.

Sekitar empat jam kemudian, setelah guru meninggalkan kelas, aku segera bergegas ke tempat parkir. Virza sudah mengirimkan pesan dia sudah berada di tempat parkir. Menungguku. Aku berjalan dengan lebih cepat melewati koridor sekolah, namun ketika berada di depan kelas 11 IPA3, seseorang menarik tanganku.

Hei Ken! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang