"Hyung" terdengar teriakan Jihoon yang mendekat menghampirinya.
"Kenapa dengan bajumu?" Jihoon menoleh ke arah baju Seongwoo yang terkena noda.
Seongwoo tidak merespon pertanyaan dari Jihoon, matanya terus menatap kepergian pria tadi sampai akhirnya sang pria tersebut lenyap dari pandangannya.
"Awas yaa, kau akan menderita" ujar Seongwoo dengan mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya berwarna putih.
Jihoon menolotot mendengar itu, ia mengguncang-guncangkan tubuh Seongwoo yang menatap kosong ke depan.
"Sadar Seongwoo, ada apa denganmu?" Jihoon cemas melihat keadaan temannya. Lalu Seongwoo memalingkan wajahnya menatap Jihoon yang sedang cemas akibat ulah darinya.
Senyum mengembang di bibir Seongwoo membuat Jihoon semakin terkejut.
"Mungkinkah Seongwoo sudah mulai kehilangan kewarasannya?" batin Jihoon.
Kemudian Seongwoo menepuk pundak kiri Jihoon, membuat Jihoon semakin syok.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh, aku masih waras kau tenang saja" menenangkan temannya yang kelihatan sangat ketakutan.
Jihoon sangat lega karena Seongwoo ternyata masih waras, tadinya ia sempat berpikir bahwa temannya yang berkacamata itu sudah mulai gila.
***
Daniel membersihkan kemeja putih yang terdapat noda cokelat sangat mencolok jika dilihat. Pakaian itu adalah pemberian dari mendiang ibunya, ia menjaganya sama seperti menjaga ibunya.
Setelah menurutnya sudah lumayan bersih, ia keluar dari toilet mewahnya tersebut lalu membaringkan badan kekarnya pada kasur super empuk dan jumbo miliknya.
Ia memandang langit-langit kamarnya tersebut, memikirkan kejadian-kejadian indah yang dia lakukan dengan mendiang sang ibu saat masih hidup.
Suara deringan ponselnya membuyarkan pikirannya, ia mengambil ponselnya lalu sekilas melihat sang pemanggil.
"Dasar wanita keras kepala" gumamnya lalu menjatuhkan ponselnya di atas dada tanpa menjawab panggilan itu.
Waktu berlalu dengan cepat, kantuk mulai menyelimuti. Ia mulai memejamkan matanya dan memasuki alam mimpi.
***
Seongwoo memegang dada mengatur napasnya yang terengah-engah akibat mimpi buruk yang ia alami. Tangannya gemetar saat mengambil segelas air di atas meja samping ranjang tidurnya. Perlahan ia mulai meneguk segelas air tersebut, dan tubuhnya mulai tenang kembali.
"Ini hanya mimpi tidak mungkin menjadi nyata" gumamnya pada diri sendiri.
Ia bangun dari ranjang, sambil melirik jam dinding yang terpasang pada ruangan kamarnya. lalu pandangannya terpusatkan pada jam weker digital yang menunjuk pukul 7.00 AM.
"Waah aku lupa, sekarang kan ada kelas pagi" gumamnya dan ia langsung mempersiapkan untuk mengikuti kelas pagi di Universitas.
***
Angin berhembus membelai rambut Seongwoo yang sedang berlari menuju universitas, di depan lampu merah ia melihat Jihoon yang sedang merapatkan kedua tangannya di depan dada menahan dinginnya pagi.
Kedua pria tersebut berhadapan saling menatap dari kejauhan, tapi pria yang bernama Jihoon tersebut mulai melambai-lambai kepada temannya Seongwoo.
Sambil menahan dingin Seongwoo mempercepat langkah kakinya untuk berlari menghampiri pria yang berambut pirang tersebut.
"Kebetulan sekali" kata Seongwoo peda temannya tersebut dengan napas yang masih tidak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Challenge [Ongniel]✔️
Fiksi PenggemarKang Daniel pria tampan, kaya dan terpopuler di kampusnya. Berjuang untuk memenangkan hati Ong Seongwoo. Walaupaun banyak tantangan, rintangan dan hambatan yang harus dihadapinya. Bisakah Daniel memenangkan hati Seongwoo? Dan apakah Seongwoo akan m...