Typo bertebaran
Lemari yang pertama kali ku lihat, aku langsung membukanya. Memilih-milih pakaian yang cocok untuk ku. Aku akan memakai pakaian yang berbeda kali ini. Bisanya aku memakiai baju kaos, celana jeans dan jaket.
Tapi hari ini adalah hari sepesial ataukah hari sial ya? Yah lupakan saja.
Aku mengambil kemeja berwarna putih polos, jeans panjang ketat dengan sedikit sobekan pada lututnya. Ku kenakan semua itu di tubuh seksiku.
Rambut, aku hampir lupa. Aku memilih gaya rambut cepak kiri. Dengan warna rambut coklatku aku mengambil pengering rambut menata rambutku dengan sempurnanya.
Setelah selesai menata rambut, baju juga sudah siap. Aku melangkah menuju cermin, terlihat semua dari ujung kakiku hingga rambut. Aku terlihat sangat tampan nan seksi. Satu lagi yang kurang.Aku melepaskan dua kancing atas pada kemeja yang ku kenakan. Dan rrrrrrrr seksi. Aku menggigit bibir bawahku.
Kau memang seksi Niel gumamku sendiri. Tak lupa ku kenakan aksesoris seperti kalung, gelang dan anting-antingku.
Setelah semua itu terpasang, aku kembali ngaca-ngaca, ku dekatkan wajahku pada cermin. Terlihat mataku yang terdapat tahi lalat di bawahnya.
Bagiku ini adalah pesonaku. Aku harus menjaganya baik-baik (Kok kayang pelet ya).
Semuanya sudah siap, aku pergi ke garasi untuk mangambil mobil. Tapi tunggu dulu, Ong tidak mengatakan jam berapa aku harus ke sana. Ahh aku memang bodoh, bisa-bisanya aku sudah berias.
Aku kembali mengambil ponselku dan ternyata Ong sudah mengirim jam nya di sana.
“Jam 11.00, kau tidak boleh terlambat aku ya” katanya.
Ahh manisnya, sekarang baru pukul…
11.30
Tinggal tiga puluh menit lagi, lagi pula mobiku. Yah aku teringat, ayah . aku harus menelponnya.
Tut
Tut
Tut
Apa yang dia lakukan, kenapa tidak mengangkat panggilanku. Aku marah-marah tidak jelas pada orang yang tidak ada di sana.
“Halo ada apa Niel” kata ayah dengan lugunya.
“Ayah dimana kau sekarang? Cepat pulangkan mobilku” kata ku kesal.
“Ayah suda berada di depan rumah sayang”
Aku langsung memutus panggilan ayah, kenapa aku tidak mendengarnya. Lalu aku berlari keluar rumah. Aku membuka pintu dan melihat ayah sudah di depanku, hampir saja kami tabrakan.
“Kapan ayah pulang?” kata ku.
“Baru saja, ngomong-ngomong kau mau perg ke mena dengan pakaian seperti itu” kata ayah.
Aku diam tidak memerdulikannya. Aku mengulurkan tanganku pada ayah untuk meminta kunci mobilku.
“Jangan-jangan kau mau kencan buta” kata ayah dengan senyum yang sangat mengganggu Moodku.
“Tidak ayah aku mau pergi ke club untuk cuci mata “ kataku ketus.
“Lihatlah mobilmu sedang sakit sekarang” kata ayah yang membuatku sangat geram.
Aku berlari menuju mobil tercintaku, terlihat sebuah paku yang menancap di ban kiri depan yang membuatnya kempes.
Pasti itu sangat menyakitkan, aku kembali menoleh pada ayah.
“Apa yanga ayah lakukan? Kenapa jadi seperti ini?”
ayah hanya menggelengkan kepalanya. Dan meninggalkanku masuk ke dalam rumah.
Percuma aku berdebat dengannya, aku kembali melihat jam tangan yang sudah menunjukan sudah pukul 10.45, tinggal lima belas menit lagi. Aku berlari keluar rumah menuju halte bis.
Sudah dekat dari halte, satu bis merheti di depannya. Penumpang yang sudah berada di depan halte masuk ke dalam bis, dan yang berada ada yang keluar.
Aku dengan cepat berlari dan masuk ke dalam bis itu. untung saja tidak terlambat, aku mencari tempat duduk kosong. Di belakang hanya tersisa satu, aku berjalan ke sana kemudian duduk.
Aku sesekali mengelus keringat yang keluar dari dahiku, dan merapikan rambut-rambut yang berantakan. Tapi aku tidak tahu arah bis ini akan pergi, aku hanya masuk saja tanpa memerhatikan rute yang akan di lalui bis.
Pas di sampingku duduk seorang nenek tua, aku akan bertanya kepadanya.
“Nenek ke mana arah bis ini?” kataku lembut agar tidak menyakiti pendengaran si nenek.
“Apa yang kau katakana, aku tidak mendengarntya” katanya dengan polosnya.
“Ke mana arah bis ini nek?” tanyaku langi dengan nada yang meninggi sedikit dari yang tadi.
“Apa nak nenek tidak mendengar” katanya lalu mendekatkan telingannya ke arahku.
“KE MANA ARAH BIS INI NENEK?” teriakku.
Semua orang yang berada di dalam bis menoleh ke arahku, aku tercyduk.
“Ohh maaf nak nenek sudah tua, makanya tidak kedengaran” kata nenek itu.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum manis ke arahnya.
“Bis ini menuju ke jalanan Gangnam” katanya singkat.
Itu membuatku sangat girang, tadinya aku berpikir bahwa aku akan tersesat. Ternyata Tuhan sangat memberkatiku hari ini, terima kasih Tuhan.
Sudah sepuluh menit berlalu, bis akhirnya berhenti di halte Gangnam, aku bubu-buru keluar dari bi situ. Berlari mencari keberadaan Ong.
Di mana dia? Aku tidak menemukannya. Aku kembali mengambil ponsel, ternyata ada sms lagi dari Ong Seongwoo. Aku membukanya.
“Aku berada di depan gedung pertama”
Aku langsung berlari ke arah yang di tunjukan oleh Seongwoo. Lalu sampailah aku di depan gedung itu, terlihat ia sedang kesal.
Aku memberbaiki ekspresiku, dan berjalan mendekatinya. Dengan memasang ekspresi yang cool nan seksi.
Tak lama kemudian Ong mulai mengetahui kedatanganku, ia memerhatikanku tanpa berkedip. Itu membuatku sangat bangga, tak percuma aku dandan dari tadi pagi.
“I’M COMING” kataku.
***
I'm coming too
Terima kasih ya sudah mau membaca sampai di Part ini, apalagi yang udah Voment.
See you next chapter
💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
My Challenge [Ongniel]✔️
Fiksi PenggemarKang Daniel pria tampan, kaya dan terpopuler di kampusnya. Berjuang untuk memenangkan hati Ong Seongwoo. Walaupaun banyak tantangan, rintangan dan hambatan yang harus dihadapinya. Bisakah Daniel memenangkan hati Seongwoo? Dan apakah Seongwoo akan m...