ENAM BELAS

602 62 1
                                    


Betulkah mereka semua hantu?

Atau mereka hanya sekedar hayalanku?

Tapi mengapa mereka terlihat begitu nyata?

Aku bahkan dapat mencium aroma rambut William saat itu

Begitu nyata

***

Mataku sama sekali tak bisa terpejam, aku masih saja merasa heran dengan apa yang terjadi pagi tadi. Semuanya terasa begitu nyata, namun juga terasa begitu palsu secara bersamaan.

"Apa ini maksud dari apa yang waktu itu dikatakan tante Suria?" gumamku.

Sesekali aku masih mencuri pandang pada gadis manis di seberang selku. Sebenarnya, aku ingin bertanya lebih banyak lagi tentang apa yang sebenarnya terjadi padaku. Tentang apa yang bisa aku lihat, tapi tak bisa dilihatnya. Tapi, kata-katanya tadi pagi ketika aku tiba di sel ini, benar-benar menunjukkan jika ia tak menyukaiku.

Udara malam ini jauh lebih dingin dibandingkan terakhir kali aku di sini. bahkan terlalu dingin untuk mencairkan otakku agar dapat mencerna semua yang terjadi.

"Ibu, ayah" gumamku menatap sisi luar ventilasi di seberang ranjang tidur. Aku menatap langit gelap. Sama sekali tak ada bintang malam ini. "Aku iri pada kalian"

Hangat air mataku berjatuhan. Rasanya seperti air mendidih yang mengikis balok-balok es. Ya, wajahku terasa beku. Tapi air mata ini terasa begitu hangat. Dalam tiap bulirnya, aku merasakan kekesalan dan lelahku untuk keluar dari kasus ini tercurahkan.

Andai saja aku bisa, inginku menjerit sekencang-kencangnya. Setidaknya sampai sampah-sampah kekesalan di dalam hati ini hilang dan bersih. Dulu aku sangat percaya bahwa hati yang kosong itu sungguhlah berbahaya. Tapi nyatanya, lebih berbahaya lagi jika hati manusia penuh sesak dengan pikiran buruk.

Tetapi, meskipun sudah tahu, aku sama sekali tak punya daya untuk melepaskan diriku sendiri dari kondisi ini. Rasanya seperti aku terkurung di dalam penjara yang aku buat sendiri. Kunci di tangan, tapi aku tetap tak bisa untuk membukanya, entah karena apa. Aku tak tahu.

Kusandarkan belakang kepalaku ke dinding. Sementara mataku tetap saja menatap ke luar. "Andai kalian mengajakku juga" gumamku lagi. "Mungkin, sekali lagi kita bisa berbahagia di sana"

***

"Hei bangun!!!" bentak seorang sipir. Mataku seketika saja terbangun. Aku merasakan mulutku seketika terkatup. Entah sejak kapan aku terbiasa tertidur dengan mulut menganga. Kebiasaan yang bahkan tak pernah terpikirkan akan kumiliki.

Hidupku benar-benar berubah menjadi kekacauan setelah kejadian itu

"Hey !!!" suara itu terdengar lagi. Lebih keras daripada sebelumnya.

aku menoleh ke arah sipir yang mengesalkan itu. Bahkan tanpa melihat wajahnya pun aku sudah tahu betapa tak menyenangkannya menatap wajahnya.

Jari telunjukku sibuk membersihkan kotoran di pinggir mata ketika pegawai sipir itu akhirnya berkata "ada yang ingin menemuimu"

"Siapa?" tanyaku tiba-tiba.

"Seorang wanita" jelas sipir itu.

***

Dua orang sipir memegangi tanganku yang masih diborgol, menelusuri lorong yang mengerikan ini. Aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana masa depanku nanti, jika memang harus berakhir di sini.

Ku lihat seorang wanita berambut sebahu duduk memunggungi pintu masuk ruangan itu. Aku dilepaskan tanpa penjagaan setelah masuk ke dalam ruangan. Mataku memastikan tiap detil gambaran tubuhnya. Begitu tak asing buatku. Kemeja pink muda bermotif bunga-bunga kecil dan celana dasar itu, membuat wanita di depanku terlihat jauh lebih muda dari umurnya.

SNEAK A PEAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang