Bagian Darimu [3]

78 7 0
                                    

Ada apa dengan dia sih. Semakin hari semakin aneh saja. Begitu juga dengan diriku ini juga. Mengacak - mengacak rambut dan mendumal sendiri. Membuka pintu kamar melihat wajah ibu yang khawatir dengan ayah memeluk belakang ibu. Ibu melepas pelukan ayah dan memelukku dengan wajah penuh khawatir.

"Oh.. ki.. kamu tak apa sayang." Menangis memegang pipi mungil ku. Namun ku lepas pegangan ibu begitu saja.
"Aku tak apa.. mana adik." Ibu terdiam dan tersenyum.
"Ada dia sudah tidur."
"Hari sudah malam tak terasa lagi." Mengambil apel yang ada di kulkas melewati ayah.

"Kau yakin tak apa anakku ibu mu sangat khawatir sekali." Ayahku menyambung.

"Kalian pikir aku baik saja." Meneriak orangtua ku.
Plakkkkk....
Ayahku menamparku dan aku hanya terdiam kujur kaku. Ibu ku meraihku dan menangis.

"Sayang... apa yang kau lakukan." Memelukku dan meneriak ayah ku.

"Kamu tak lihat dia kurang ajar sekali kepada kita."
"Tapi tidak begini sayang."
"Aku... takut...." aku menangis ke menunduk wajah.
"Aku telah menggigit teman ku sendiri. AKU BENCI DIRIKU." Melepas pelukan ibu dan berlari ke kamar melempar apel yang ku pegang.

Orang tuaku hanya diam dan ayah ku tampak bersalah begitu ibu ku.

"Sayang... seharusnya kau tak menikahi ku. Aku memang makhluk yang seharusnya tak ada disini." Menangis terduduk di lantai.

"Tak apa... hal ini juga pernah terjadi kan. Waktu itu kau tergila - gila padaku dan tak sengaja menggigit ku." Memeluk ibu dengan penuh iba.

"Maafkan aku....." menangis menarik baju ayah.

Semuanya membuatku lelah. Bahkan orangtua ku. Apa yang salah dengan ku. Aku tertidur tanpa sadar dan mulai bermimpi kembali.

~~~~~

Musim Gugur berdatangan membuat suasana menjadi penuh dengan warna oren dan kemerahan pantulan warna dari dedaunan sekitar. Berdiam diri merasakan hembusan angin dan dedaunan berterbangan menyiapkan diri untuk musim dingin sesunggunya. Duduk diam di pepohonan sakura yang menggugurkan dedaunan. Kehangatan seseorang kembali muncul. Merasakan hangatnya tubuh seseorang di kakinya. Memandang langit buram.

"Sudah bangun ki..." aku kaget mendengar suara seseorang dan membuat keningku terpentuk dahinya.

"Sakit ki...."
"Kekenapa... kau tumben sekali memanggil ku dengan sebutan ki."
"Aku mendengar ibu mu memanggil begitu di rumah saat tau yah sudah aku ikut juga." Aku menunduk kepala dan diam bahwa belum ada kata maaf untuk ibu selama ini. Sano menaruh kepalaku lagi ke kakinya.

"Santai saja aku tau kok. Aku liat kamu sangat susah sekali tidur sampai hampir ketiduran di kelas bahkan guru menyuruhmu ke uks dan kau lari ke pohon ini. Dasar.." Sano mengomel dan mencubit hidungku.

"Aih... sakit tau dan bau sekali."
"Mulai mulai.... lagian seharusnya kamu sudah terbiasakan baunya masa sampai sekarang kamu tal bisa menahannya. Aku saja demi bertahan hidup memakan sayuran tak ada rasa enaknya." Melirik awan dan mengelus rambut ku.

"Aku cuma takut kalau aku menggigit mu lagi itu saja." Menutup mata dengan lengan. Sano memegang lengan yang akan ku tutup mataku.
"Itu saja khawatir kau pikir aku apa. Aku kekasihmu pacar paling tampan di sini. Pertama kamu salah paham aku dengan alice kedua kamu takut padaku ketiga kau ingin pergi begitu saja. Kau membuat anjing kecil mungil ini sedih tanpa tuannya."

"Apa maksudmu tuan.."
"Lambang ini artinya kita tak boleh terpisah dan kau sudah memperbudakku."
"Kalau begitu aku lepaskan." Sano menutup lehernya dengan tangannya.
"Biarkan begitu aku ingin lebih lama denganmu apa tidak boleh." Aku melepas tangannya yang memegang lehernya itu.
"Dasar kepala batu. Biarkan begitu."
"Tapikan aku gak mau kau jadi budakku dan harus mengikuti ku."
"Bukannya bagus begitu agar aku bisa melihat mu sepanjang saat." Aku tersenyum kearahnya dan dia membalas senyumku dengan hangat. Sekarang aku mengerti kenapa dibalik kaum wolfer dan vampir bersatu menyatukan kehangatan dan kedinginan menjadi kenetralan. Aku menyadari saat ini. Seharusnya aku tak membuang Sano dan menjauhinya.

"Romantis sekali seandainya aku punya pacar daripada menjomblo begini melihat saudara begitu serasi dengan yang lain." Alice menyambung dari balik pohon.

"Sejak kapan kau jadi saudaraku setelah berselingku dengan pacarku." Alice membuat wajah datar dan menginjak jari ku yang tergelentak di perumputan.

"Aduh maaf gak sengaja soalnya rumput disini menggangguku."
"Kamu tak apa ki..." sano memegang jariku dan meniupnya.

"Sakit tau......" Aku meneriak Alice. Alice hanya tertawa kejam dan meninggalkan kami lagi.

"Da.. da.. pasangan setengah." Dia melambai kearah kami dan mengejek.
"Aaapa sesesetengah.... ALICE......" Aku kesal dan mengeluarkam teriakan. Sano menjitak kepalaku.
"Berisik ih.. dasar.. " Sano mengomel. Aku diam dan membuat wajah sedih dengan gaya so imut. Sano mecubit kedua pipi ku.

Hai hai... reader maafkan mimin yang menghilang tiba - tiba membuat kalian penasaran akan cerita. Mimin seharusnya tidak menunda postingan tapi yah taulah anak sekolahan yah mana saat ini progam FULLDAY bisa gila mimin. Megang hp aja jarang hikss (:(: tapi ini sepesial buat kalian sudah mimin publikasikan 4 atau 5 cerita sebisa mimin hihihi. Happy read yeah reader love yu...

GIVE ME YOUR BLOOD 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang