-FN#21-

54.6K 4.2K 180
                                    

Saya akan mempertahankan kamu, apapun yang terjadi

👑

Malam ini Thomas meminta Alex untuk bicara empat mata, ayah dua anak itu tampak lebih serius dari biasanya.

Thomas memilih ruang kerjanya untuk dijadikan tempat perbincangan. Di dalam hatinya terselip rasa khawatir yang amat besar.

Thomas bingung harus memulai darimana, ia hanya takut salah bicara dan membuat anak bungsunya kecewa.

"Alex, ada yang mau papa bicarakan," Thomas menatap lurus ke netra Alex, pikirannya terus mengarah tentang penolakan keras dari sang anak.

"Kamu tahu Om Vernon?" Alex mengangguk ragu. Pikirannya terus mengingat-ingat.

"Tahu anaknya? Sahila? Satu sekolah sama kamu," Sahila si ketua padus, Sahila yang membuat Alea left dari groupchat karena cemburu. Hei! Tentu saja Alex mengingatnya.

Alex sedikit terkejut, bagaimana mungkin papanya tiba-tiba membicarakan Sahila disaat serius begini.

"Papa terikat perjanjian dengan Om Vernon, Papa harus menjodohkan kamu dengan Sahila. Papa tahu kamu sudah dengan Alissha, tapi Sahila juga anak baik-"

"Tidak ada orang yang tepat untuk Alex kecuali Lissha." Alex berdiri dari duduknya. Matanya memanas, tangannya mengepal kuat.

Thomas tersentak, dari awal ia tahu Alex tidak akan setuju.

"Alex, dengarkan Papa, Papa sudah terikat perjanjian ini nak, kamu bisa melepaskan Lissha, hubungan kalian belum terlalu jauh, ini yang terbaik nak." Thomas ikut berdiri.

"Papa egois, Papa nggak memikirkan perasaan Alex, gimana kalau Papa dan Mama akan Alex pisahkan dengan alasan Alex ingin yang terbaik untuk Papa? Apa Papa akan terima? Papa nggak bisa melakukan semuanya atas keingin Papa,

"Nggak selamanya yang menurut Papa baik itu baik. Sebelum Papa buat janji itu, seharusnya Papa tahu kalau Alex belum tentu setuju. Papa gak bisa seenaknya.

"Apa sih yang Alex dapatkan karena menikah dengan orang yang nggak Alex cinta? Papa pikir menikah atas dasar perjodohan itu selalu berakhir bahagia? Papa pikir pernikahan tanpa cinta itu menyenangkan?

"Alex hanya ingin menikah dengan orang yang Alex cintai, seperti Lissha. Alex nggak mau membenci sisa hidup Alex cuma karena menuruti kecerobohan Papa." Alex berjalan menjauhi sang papa. Ia benar-benar menangis.

Suara Thomas menghentikan langkahnya. "Papa akan cabut semua fasilitas kamu jika kamu menolak." Ucap Thomas tegas.

Alex berbalik, tersenyum remeh. "Hak saya atas hidup saya tidak akan pernah bisa dibeli dengan fasilitas yang anda berikan," Alex melanjutkan langkahnya.

Sosok dirinya yang sempat hilang kini kembali lagi. Sosok yang lebih dingin dari sebelumnya. Sifat pendiam, pemarah, sensitif yang dulu kembali lagi.

Terlalu banyak pertanyaan di dalam hatinya. Bagaimana dengan Lissha? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Jika itu terjadi apakah bisa ia mencintai Sahila? Apakah Sahila juga mencintainya? Bagaimana masa depannya? Jika ia menikah dengan Sahila apakah hatinya akan tetap untuk Lissha?

Itu semua terlalu sulit untuk remaja sepertinya. Terlalu banyak pertanyaan yang timbul setiap detiknya. Jiwanya yang rapuh memancing semua kenegatifan.

Seolah rumah adalah tempat yang paling ia benci, ia mengemasi barang-barangnya dan pergi ke sebuah club menggunakan mobil yang ia beli hasil kerja kerasnya.

Merasa sama sekali tidak terpengaruh oleh sebotol minuman beralkohol, kini di depannya terdapat banyak gelas berisikan minuman memabukkan beraneka ragam. Mulai dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi.

Satu hal yang ia syukuri setelah meminum semua minuman di depannya adalah kini ia benar benar mabuk.

Penglihatannya mulai buram dan berbayang, kepalanya juga pening. Sebelum hilang kesadaran ia melihat sosok Devan yang menghampirinya.

👑

Tak sadarkan diri beberapa jam membuat Alissha khawatir. Namun rasa khawatirnya berubah biasa saja saat tau penyebabnya. Alex mabuk.

Hal yang sudah biasa terjadi itu membuat Alissha lebih tenang. Walaupun tetap khawatir karena sudah beberapa jam namun Alex tak kunjung sadar, masih betah menutup matanya di dalam kamar tamu keluarga William.

Saat yang ditunggu tiba, Alex tersadar. Yang pertama ia lihat adalah Alissha yang sedang menatapnya lurus.

Alex duduk dan bersandar di kepala ranjang. Matanya belum sepenuhnya terbuka, kesadarannya juga belum utuh.

Alissha mengusap rambut cowok itu. Alex sedikit terkejut karena yang dilakukan Alissha jauh dari ekspetasinya.

Ia berfikir bahwa Alissha akan memarahinya habis-habisan karena mabuk. Ternyata tidak, cewek tersebut justru berlaku sangat lembut.

"Emangnya gue nggak cukup nyaman untuk dijadiin peringan beban?"

Alex hanya diam memancang Alissha.

👑

Keesokannya, setelah Alissha juga Devan dan Alea berangkat sekolah. Alex menghubungi Sahila tanpa sepengetahuan siapapun.

Alex: bisa ketemu?

Sahila: Alex?
Sahila : bisa kok, dimana?

Alex: cafe X

Sahila: kapan?

Alex: sekarang

Sahila: tapi ini masih jam pelajaran

Alex: izin

Sahila: oke

Keduanya benar-benar bertemu. Kini mereka—Alex dan Sahila— tengah duduk dengan perasaan campur aduk.

"Lo udah tau soal perjodohan ya?"

Alex mengangguk.

"Gue nolak perhodohannya, gue udah punya pacar, tapi semalam putus karena bokap gue maksa untuk nepatin janjinya sama bokap lo. Apa lo setuju?"

Alex menggeleng kuat-kuat.

"Jadi gimana?"

"Kita buat rencana untuk gagalin itu semua."

👑

bisa yuk vote dulu

Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang