-FN#31-

54.1K 4.2K 302
                                    

votenya brou

👑

Atas rayuan Albert dengan bantuan sang mama, akhirnya mereka berhasil membujuk Alissha agar pulang ke rumah.

Alissha pulang ke rumah di antar Albert, Alissha sempat menawari cowok itu untuk sekedar mampir. Namun Albert menolak dengan alasan Alissha harus segera menyelesaikan masalahnya.

Alissha menatap ragu pintu besar di depannya ini. Rumah yang ia tinggalkan beberapa hari karena rasa kecewa, marah, semuanya.

Membuka pintu secara perlahan, melangkahkan kaki ke dalam rumah besar nan mewah itu. Tubuhnya langsung di dekap oleh seseorang yang memiliki aroma tubuh tidak asing.

Siapa lagi kalau bukan sang kembaran?

Kali ini Alissha benar benar melihat Devan terluka. Devannya menangis. Alissha tidak membalas pelukan Devan, melainkan juga mengeluarkan air matanya.

Bahkan ia tidak tahu penyebab air matanya jatuh. Entah karna sikap Devan, atau karna melihat penyesalan dari wajah cowok yang mendekapnya itu.

Devan menggumamkan kata maaf berkali kali, Alissha tidak merespon apapun selain mengeluarkan air mata. Devan terus menenggelamkan wajahnya di pundak sang adik.

Lisshanya telah kembali, belum sepenuhnya. Tidak ada yang meninggalkan posisi tersebut sampai seseorang melepaskan pelukan mereka. Alistair.

"Mellow banget lo berdua!"

Devan menimpuk Alistair dengan boneka koala yang berada di lemari kaca pajangan ruang tamu. Alistair dengan sigap menghindar.

Alissha masih diam tak bergeming. Tak ada isakan yang keluar dari bibirnya. Tak ada kata-kata rindu yang ingin Devan dengar.

Alissha harus menyelesaikan semuanya, tapi bagaimana caranya? Ia bingung harus memulai darimana.

Masalah kecil yang berujung seperti ini. Ia dikuasai emosi, pikirannya membeludak.

Devan menangkup wajah adiknya. "Maaf, maaf, maaf. Gue gak berniat ngebentak lo. Tapi gue emosi karna Alex dijodohin dan maaf kalau gue gak bisa kontrol emosi gue."

Isakan pertama Alissha keluar. Air matanya jatuh lagi. Alissha segera memeluk Devan seerat mungkin. Acara pelukan itu terhenti oleh suara ponsel Alissha yang menandakan ada telepon masuk.

Cewek itu melepaskan pelukannya dan mengambil ponsel yang berada di tas kecil miliknya. Albert si penelepon.

Belum sempat Alissha mengeluarkan kata, Albert membungkamnya dengan ucapan.

"Dengerin gue. Gue harap lo bisa kembali sama Alex, biarin gue sama Sahila kembali juga. Ayok bahagia sama sama dengan pasangan masing-masing. Buang semua ego lo! Buang semua rasa gengsi! Gue tahu lo bisa, gue tahu lo punya cara lo sendiri untuk memaafkan seseorang.

"Sekarang, lo hanya perlu menerima. Ikuti kata hati lo, ingat, lo hanya perlu mengikuti satu kepingan dengan memori paling berharga. Biarin kepingan luka terbuang sia sia."

Dan sambungan telepon terputus. Apa maksud Albert? Dari sekian kalimat yang Albert ucapkan, Lissha terpengarah pada tiga kata. 'Hanya perlu menerima' apa yang harus ia terima? Kenyataan? Bahkan segala kebusukannya telah ia terima. Apalagi?

Karma? Ini bukan Roy Kiyoshi.g

Satu memori paling berharga, tidak ada. Semua memorinya berharga, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun. Kenapa? Karna itu yang mengajarkan Alissha akan kerasnya hidup.

Baru akan mengatakan bahwa ia memaafkan Devan, Alea memeluknya dengan erat. Membuat tubuhnya hampir terjungkal kebelakang.

"LISSHA GUE KANGEN AKHIRNYA LO PULANG JANGAN KABUR LAGI GARA GARA LO KABUR GUE NGERJAIN TUGAS LO SENDIRIAN MANA BANYAK BANGET SETIAP HARI GUE BERGADANG MINUM BANYAK KOPI BIAR GAK NGAN-"

Segumpal tisu menyumpal mulut Alea yang membuat cewek itu diam. Pasalnya ia berbicara panjang lebar dengan satu tarikan nafas untuk pertama kalinya.

Alea melepaskan pelukannya, beralih menjambak rambut Alistair sekuat tenaga. Alistair meringis mengunci pergerakan Alea.

"Cepet minta maaf!" Alistair menatap Alea tajam.

"Gak mau! Kan elo yang mulai!"

"Bener nih gak mau? Ya udah, kayak gini aja sampai lo mau minta maaf," Alistair tak bergerak, masih mengunci pergerakan Alea.

"Ribur mulu lo! Tuh liat di pintu!" Kata Devan tiba tiba.

Di ambang pintu, berdirilah seseorang yang memporak porakan hati Alissha. Dengan sebuket bunga di tangannya.

Alex datang dengan sejuta rasa permohonan maafnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alex datang dengan sejuta rasa permohonan maafnya.

Alex maju, ditatapnya Alissha yang kini sudah berdiri di depannya. Buket bunga tersebut sudah beralih ke tangan Alissha.

"Mungkin cara ini terlalu pasaran, tapi cuma ini yang bisa gue kasih. Gue minta maaf untuk apapun kesalahan gue. Gue rasa lo udah tau segala kebenarannya.

"Berhenti bilang kalau kita gak ada hubungan apa apa, berhenti bilang kalau kita sebatas rekan kerja." Alex berbicara dengan sangat tenang.

Alissha diam.

"Ayok jadi rekan hidup gue, kita mulai lagi semuanya dari awal. Gue yakin dan siap untuk terbuka sama lo."

Alex sadar, di luar perjodohannya dengan Sahila, Ia tidak terbuka dengan Alissha. Ia masih mementingkan egonya sendiri.

Alissha tertegun.

Alex benar-benar tidak sehat untuk jantung. Alissha tidak bisa menahan senyumnya, tanpa bicara apapun, Alissha menghambur ke pelukan Alex.

Alex mencium puncak kepala Alissha berkali kali. "Kali ini gue bakal tetep ada di samping lo, sampai lo yang minta gue untuk pergi."

"Maaf gue egois, gue gak mau dengar penjelasan lo. Maaf.."

Alissha lun sadar ia egois, menutup telingan akan perkataan Alex, mementingkan egonya, tidak mau kalah. Alissha sadar, dan Ia belajar banyak dari kejadian yang lalu.

Alex hanya memeluk Alissha.

"Papa mau ketemu."

"Ngapain?"

"Gue gak tau pasti, yang pasti kita sama sama lagi."

Alissha menjitak kepala Alex. "Apa sih? Ngawur jawabannya."

Alex hanya tertawa.

"Pulang sanaaa!" Alissha mendorong tubuh Alex yang masih memeluknya. Alex justru mengeratkan pelukannya.

Devan melepaskan pelukan keduanya dan memeluk Alissha. "WOY WOY WOY ADEK GUE NIH. Punya apa lo mau macarin adek gue. Baru punya SIM juga."

Alistair merangkul Alex dan menatap Devan malas. "Elo pacaran sama Haura punya apa? Hah? Baru bikin KTP kemaren kok blagu!"

Devan skakmat. Alistair rese!

"Sini ah pacar gue," Alex menarik Alissha dari pelukan Devan. "Lo kalo lagi diambekin Haura, resenya jangan ke kita."

👑

Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang