-FN#29-

49.2K 3.9K 144
                                    

Next? 100+ Vote dan 30+ komen

Sekuat apapun orang itu, ia akan tetap membutuhkan sandaran ketika sedang rapuh

👑

Mobil yang dikendarai Albert sudah berhenti di depan rumah Alissha, namun cewek itu enggan untuk turun.

Alissha menatap ke kaca mobil yang menampakkan rumah mewah milik keluarga William. Alex masih memenuhi pikirannya.

Albert membuka seatbelt cewek itu, menangkup kedua pipi Alissha yang sebelumnnya di arahkan ke wajahnya.

Menatap mata Albert malah membuat tangis Alissha tumpah. "Jangan nangis."

Alissha menggeleng, membantah apa yang dikatakan kakak kelasnya.

"Dia udah minta maaf, dia juga udah ngejelasin semuanya. Semua keputusan ada di elo, kalau lo mau, lo bisa buka hati untuk dia lagi."

Alissha masuk ke dalam pelukan Albert. "Bahkan hati gue masih terbuka lebar untuk dia," kata Alissha diselingi isak tangis.

"Ayok belajar memaafkan, pada awalnya mereka gak mau dijodohin kan? Jangan terlalu negatif. Lo gak boleh egois Sha, jangan menutup telinga sama penjelasan Alex. Gue yakin mereka punya alasan kenapa mereka bisa bareng."

"Albert.."

"Hm?"

"Makasih."

"Untuk?"

"Makasih udah jadi yang terbaik saat dia pergi. Makasih karna selalu ada buat gue. Makasih makasih makasih. Gue sayang sama lo."

Albert mengecup puncak kepala Alissha. "Itu tugas gue, sebagai seorang kakak yang sayang sama adiknya."

Ya, ucapan Albert malam itu.

"Gue suka Sha sama lo. Tapi gue tahu kalau gue gak akan bisa milikin lo walaupun peluang gue besar saat ini. Gue tahu di hati lo masih ada Alex, dan gue tahu di hati gue belum sepenunya diisi sama lo. Jadi, perlahan gue ubah rasa sayang ini jadi rasa sayang dari kakak untuk adiknya."

Lagi lagi Alissha terisak. Ia memeluk erat tubuh Albert. "Jangan pergi sekalipun lo punya pendamping nantinya. Gue iri sama cewek yang bisa dapetin lo."

"Enggak, lo gak boleh iri. Lo punya tempat khusus di hati gue. Gak ada yang bisa isi ruang itu selain elo, Alissha,"

Albert mengecup lagi puncak kepala Alissha. "Beberapa tahun yang akan datang, kehidupan berubah. Gue gak bisa selalu ada di samping lo kayak sekarang. Lo harus bisa kuatin diri lo sendiri."

"Gak akan, gue rapuh. Gue akan selalu butuh lo ketika gue rapuh."

"Gak boleh. Lo gak boleh bergantung sama gue atau orang lain. Pada akhirnya, lo cuma punya diri lo sendiri. Sekarang lo masuk rumah gih, udah malem. Istirahat."

"Gak mau, gue mau nginep di rumah lo."

"Enggak, lo harus baikan sama Devan,"

Memang Albert sudah tahu perihal Alissha kabur dari rumah dan juga Alissha yang bertengkar dengan Devan. Cewek itu bercerita di mobil saat perjalanan menuju rumahnya.

"Gue masih gak bisa."

Albert pasrah, ia membawa Alissha pulang ke rumahnya. Hanya untuk kali ini karna cewek itu sama sekali tidak terlihat lebih baik.

Alissha masuk ke dalam rumah Albert dengan senyum merekah, alasannya adalah si kembar yang sudah menyambutnya di depan pintu. Arka dan Arthur.

"Yeay! Kak Lissha datang lagi!!!" Arka berlari kesana kemari sambil melompat dan bersorak girang. Sedangkan Arthur berteriak memberi tahu sang mama bahwa Alissha datang.

Farah keluar dari dalam kamarnya sendiri. "Lho, Lissha kenapa? Habis nangis ya?" Farah mengusap rambut Alissha lembut. Kemudian melangkahkan kakinya ke depan putra sulungnya.

"Heh! Kamu apain Lissha? Hah?'" Farah menarik telinga Albert kencang. Arka dan Arthut cekikikan di atas sofa melihat kakaknya yang dijewer oleh sang mama.

"Mama apaan deh, bukan Albert kok."

Farah melepaskan tangannya dari telinga Albert, kemudian mengambil gagang sapu yang diletakan di ujung lemari pajangan.

Tak lama terdengar suara gaduh, Farah memukul bokong Albert menggunakan gagang sapu tersebut. Alissha juga ikut cekikikan melihat Albert yang dihukum.

Merasa iba, Alissha membuka suara. "Enggak kok tante, Albert gak buat aku nangis. Kasian tuh Albertnya tan hahah."

Farah menghentikan aksinya, tatapan garangnya berubah menjadi lembut saat menatap Alissha. "Biarin aja Sha, biar dia tahu rasa. Pulang malam terus, bawa anak perempuan pula. MAU MAMA GILING? HAH?!"

Albert menggeleng lesu.

"Kamu nginep ya Sha?" Alissha mengangguk.

"Tidur di kamar sama tante gak apa? Temani Tante. Papanya Albert lagi di luar negeri soalnya."

"Jangan Ma, Lissha tidur di kamar Albert aja. Nanti biar Albert tidur di kamar tamu."

"Lissha di kamar tamu aja gak apa kok tante."

"Eh enggak boleh, kamar tamu khusus tamu. Kalo kamu kan anak mama."

"Iya deh, kalo ada Lissha pasti Albert jadi anak tiri."

"Mau dipukulin sapu lagi? HAH?!"

"Ampun.."

👑

Alissha mengganti bajunya dengan piama hitam polos milik Farah yang sedikit kebesaran di tubuhnya.

Mengikat rambutnya asal dan memakai krim wajah yang ia bawa di tasnya.

Merasa haus, Alissha keluar dari kamar Albert, sekalian mencari sang pemilik kamar.

Dari lantai dua, Alissha mendengar samar-samar suara Albert dan perempuan yang pastinya bukan Farah.

Alissha seperti mengenal suara itu, suara itu sangat tidak asing baginya. Ia mencoba mengingat pemilik suara itu.

Sulit.

Ingin mendengarkan lebih lanjut, Alissha berdiam diri di pinggir tangga lantai dua rumah Albert yang persis dibawahnya terletak ruang tamu.

"Kak Lissha ngapain bengong disini?" Arka mengejutkannya dari belakang.

Alissha memutar tubuhnya menghadap Arka. "Hah? Eh, enggak kok. Tadinya aku mau turun, tapi kayaknya di bawah ada tamu ya? Makanya aku aku gak jadi turun."

"Ooo~ iya, di bawah ada mantan pacarnya Kak Albert lho. Kak Lissha mau lihat?"

"Enggak deh hehe."

"Ya udah, aku mau ke bawah dulu ambil minum."

"Aku nitip dong Ar, ya ya ya ya?"

Arka mengangguk dan berlari menuju dapur. Mengabaikan rasa penasarannya, Arka mengejutkannya dari belakang. masuk ke dalam kamar, kembali merenung, memikirkan jawaban yang akan ia berikan pada Alex nanti.

Ketukan pintu membuyarkan lamunannya, Alissha membuka pintu kamar Albert. Nampak lah Arka dengan dua gelas air putih di tangannya.

Arka menyerahkan salah satu gelas kepada Alissha, setelah mengucapkan terimakasih Alissha menutup pintu dan Arka kembali ke kamar.

👑

Alissha mencari ponselnya di nakas, tidak ada. Ia teringat bahwa ponselnya tertinggal di meja ruang tamu saat berbincang dengan mama Albert tadi.

Ia menuruni anak tangga satu persatu, telapak kaki kanannya baru saja menapak di anak tangga yang terakhir. Namun matanya sukses membola, jadi.. Ternyata dia adalah pemilik suara tak asing itu.

Dia adalah...

👑

Dia siapa hayoo?
Sorry update lama, aku sibuk sama urusan sekolah nih
Maafkaan yaa, btw, aku menanti 1K followers lho:(

Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang