Hai, apa kabar kau? Sudah berhasilkah dia membahagiakanmu, seperti apa yang selalu aku lakukan padamu. Meskipun selalu kau anggap acuh dengan usahaku untuk membahagiakanmu. Semoga lelaki yang bisa membuatmu jatuh cinta itu selalu membahagiakanmu. Aku akan berterima kasih dengan sangat rendah hati, jika nanti kau memamerkan wajah bahagia bersamanya.
Lihat, sekarang aku sedang membuat kopi. Tidak senikmat kopi buatanmu, memang. Namun, setidaknya kau tahu bahwa sekarang aku bisa membuat kopi, walaupun bukan dari campur tangan barista hebat sepertimu. Mengapa aku panggil kau dengan sebutan barista hebat? Iya, karena seburuk-buruknya kopi buatanmu, sepahit-pahitnya itu, akan terasa nikmat ketika kau yang membuatnya.
Kopi yang kubuat ini jauh dari kata manis, karena sering kali aku tidak menaburinya gula. Karena aku sudah muak dengan janji-janji manis dari mulutmu. Mungkin, jika janji-janjimu kuaduk dalam cangkir kopi ini, aku sudah enggan untuk menyeruputnya.
Apakah kau disana sering membuatkan kopi untuk pacarmu, seperti kau selalu membuatkan kopi ketika aku bosan? Jika sering, aku yakin pacarmu akan menyeruputnya sambil tersenyum ke arah wajahmu. Aku tidak tahu kau menaburi apa di dalam kopi yang kau buat sehingga bisa kubilang nikmat. Ada rasa yang lebih ketika aku meneguk kopi dalam cangkir yang kau buat.
Delusional, ketika aku meneguk kopi yang telah mencapai titik ampas, kau akan membuatkan kopi lagi untukku. Ternyata, tidak. Kau malah berhasil membuatku ketagihan untuk terus-menerus kau buatkan. Lalu, kau berubah menjadi seperti ampas, yang tidak bisa kuteguk kembali karena kepahitan-kepahitan yang menyelimuti. Dan aku hanya bisa ikhlas, karena aku tidak mungkin meneguk bulir-bulir ampas yang ada di cangkir kopi itu.
Lalu, setelah kepergianmu itu, aku jadi lebih suka menikmati malam. Kenapa? Karena kau pernah selalu menyajikan kopi di malam hari sebelum aku berbaring di ranjang empuk. Meskipun sekarang kau dan secangkir kopi hanya tersisa pahitnya saja, tapi aku akan terus menyukai malam karena kenangan-kenangan tentang, cerita dan rasa kopi selalu saja membuatku berharap kau pasti kembali datang walaupun hanya menyajikan secangkir kopi lalu kau pergi lagi.
Untuk semua itu, sepahit-pahitnya ini. Nanti, kau harus bisa menerima semuanya; kau harus bisa rela terhadap kejadian tersebut. Suatu hari nanti aku akan dibuatkan kopi yang sangat nikmat, yang dibuat dengan tulus serta bertabur bulir-bulir cinta. Dan, tentunya itu dibuatkan oleh seseorang yang bukan dirimu.
"Malam hanyalah kepingan-kepingan sepi, yang memaksa diri untuk selalu mengingat semua kenangan-kenangan yang pernah terjadi."
-ElgiRizkiansyah

KAMU SEDANG MEMBACA
IKHLAS
No FicciónBukan novel. Aku menulis catatan ini, hanya untuk mengutarakan isi hati. Mengingat kejadian-kejadian yang enggan untuk Aku lakukan kembali. Atau bisa jadi catatan ini mengutarakan juga isi hati kalian yang membacanya, bahkan ada kejadian yang sama p...