9.Aku Malu Terhadap Ibu.

61 6 1
                                    

Aku sangat malu menceritakan ini semua pada Ibu. Masalahnya, dirimu selalu aku bangga-banggakan kepada ibuku. Aku pernah berucap padanya bahwa dirimu; wanita terbaik yang senantiasa setia padaku. Sampai-sampai ketika ada acara keluargaku pun kau aku undang selalu. Bercanda serta tertawa di depan orang-orang yang aku sayangi, tanpa beban dirimu menerima perbincangan keluargaku. Terutama Ibu.

Lantas, aku harus mulai bicara dari mana? Jika suatu saat nanti Ibu menanyakan dirimu? Apakah aku harus berbohong padanya, bahwa dirimu sedang baik-baik saja di sana. Atau aku jujur saja kepada Ibu, bahwa kau belum lama ini sudah pergi beranjak dari semestaku? Kupikir itu sangat membuat diriku malu di hadapan Ibu. Atau bahkan Ibu akan sangat kesal terhadapmu, karena dirimu dulu pernah berjanji akan menemaniku hingga pelaminan nanti.

Ah sudahlah, aku putuskan sekarang, aku akan membicarakan tentang keadaan hatiku pada ibu saat ini. Meskipun akan sedikit berat mengatakannya, tapi aku yakin kepada Ibu. Mungkin ibu mempunyai solusi untuk mengatasi hati yang sedang di rundung sepi ini.

Dengan rasa sedih dan sedikit malu, aku memberanikan diri menyapa Ibu. Hingga perlahan-lahan mulai mengajaknya berbincang. Seperti yang sudah aku duga. Seorang Ibu selalu mempunyai solusi terbaik bagi anaknya. Bahkan Ibu menasihati dengan bijak perihal kata-kata yang aku ucapkan padanya.

Setelah bercerita panjang lebar tentang dirimu pada Ibu. Dia menjawab percakapanku. Bahwa aku harus tetap kuat, walaupun tanpa dia. Jika memang wanita itu jodohmu, dia akan balik lagi untukmu. Tidak perlu malu untuk mengakui bahwa dirimu sudah tidak berhubungan lagi dengannya, akui saja karena itu adalah bagian dari pertemuan. Meskipun dirimu belum bisa menerima keadaan, cobalah terus menjadi dirimu sendiri yang dulu, sebelum dia datang di kehidupanmu. Memang terasa sulit, namun jika di barengi dengan niat yang besar maka hidupmu akan kembali indah, ucap ibu.

Mendengar perkataan-perkataan Ibu, aku menjadi lebih semangat kembali. Meskipun hati masih meronta-ronta menginginkanmu kembali. Tapi, aku percaya pada perkataan Ibu. Bahwa dengan niat yang besar maka apa pun yang aku lakukan akan menjadi indah akhirnya.

“Akui saja status hubunganmu dengan pasanganmu; walaupun kau sudah tidak lagi bersamanya; walaupun kau malu mengucapkannya. Ingatlah, bahwa hatimu juga butuh pengakuan”

***
Menulis adalah sebagian hobiku. Dengan menulis, aku bisa mencurahkan isi hatiku yang selama ini terpendam

Menulis ibaratkan peninggalan sejarah, meskipun telah lama tiada, namun pasti peninggalan sejarah masih tetap ada. Dan jika aku nanti mati, tulisanku masih tetap ada dan bisa di baca ;)

IKHLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang