Stranger

71 4 0
                                    


Aku dari kejauhan melihatnya duduk sendirian. Ia bilang malam itu ia ingin sendiri, ia lagi nggak mau di ganggu. Dia sudah duduk di sana dari jam 11 malam, dengan alasan sedang menunggu seseorang. Sekarang? Sekarang sudah jam 2 pagi dan siapapun yang dia tunggu tak kunjung datang. Sebagai laki-laki aku jelas tidak sampai hati untuk membiarkannya sendiri. Aku memberanikan untuk berjalan dan menghampirinya. Dari jauh sepertinya sudah tau siapa yang menghampirinya, aku. "Mbak..." ucapku pelan. Ia sedang duduk sendirian, di antara tumpukan bangku-bangku Circle K yang sudah di rapikan. "Masnya ngapain?!" dia terlihat kaget. "Aku gak bisa lihat cewek sendirian, jam segini pula. Aku temenin aja deh" aku coba mengangkat satu kursi, hingga dia bilang, "Nggak usah lah mas. Aku gapapa kok..." ucapnya perlahan. "Aku di rumah juga lagi bosen kok mbak, jadi lebih baik aku temenin aja". Kemudian lampu di tempat itu padam, "Aku lagi pengen sendiri mas, masnya santai aja gak usah ikut bingung". Kupikir sejenak dan ku kembalikan kursi tadi. "Serius mbak?", ia mengangguk dan tersenyum, "Iya mas. Aku lagi pengen sendiri, masnya pulang aja". Kumasukkan tanganku ke saku jaket dan menarik nafas panjang, "Oke deh mbak, kalo gitu aku tak pulang..." aku tersenyum tipis. "Makasih ya mas..." ucapnya pelan. Aku berjalan menjauh sambil berpikir, "siapapun yang ia itu tunggu malam itu, dia gak berhak dapat rasa sayang dari seseorang sebaik mbaknya". Laki-laki gila mana yang tega membiarkan seorang cewek menunggu di tempat sepi, di tengah gila nya kota Surabaya hingga larut malam. Man, you don't derserve her.

Izinkan aku flashback bagiamana seluruh cerita ini berawal, dan siapakah cewek ini.

Aku pernah berpikir bahwa aku tidak akan siap dan berani untuk membuka hati buat cewek lain. Ya, kalian bisa baca di post-post sebelum postingan ini dimana aku merasa aku gak bisa klop sama orang lain kecuali sama mantanku. Ya, sebegitu tergila-gilanya aku. Hingga akhirnya aku berani untuk lepas dari rantai tersebut, mencoba kembali merebut kebahagiaan dan kebebasanku. Bismillah aku bisa. Dan muncullah orang yang berhasil merubah kehidupanku hingga sekarang.

Tanganku seluruhnya gemetar, sambil membawa gelas kertas aku terus menoleh ke arah pintu masuk bioskop. Banyak orang berlalu lalang, aku selalu takut jika itu dia. Terlebih lagi jika dia tidak sendirian. Itu akan terasa sangat aneh. Cukup lama aku menunggu, dari kejauhan ada sosok wanita berkacamata. Tidak gemuk, sedikit berisi dengan baju hitam dan kerudung panjangnya. Terlihat dia sedang berjalan masuk sambil memandang poster film yang akan tayang. Aku tersenyum kecil, dadaku terasa sesak. Dia menoleh, seakan akan mencari keberadaanku. Dan disanalah dia, sendirian.

"Halo mas!"
"Halo mbak..." aku masih sedikit gugup.
"Udah nunggu lama ta?"
"Enggak kok mbak, mungkin baru 10 sampe 15 menitan. Mbaknya dari kampus?"
"Enggak mas, dari rumah"
"Rumahnya dimana mbak?"
"Di Sidoarjo mas"
"Lho bukannya kalo rumahnya Sidoarjo bukannya malah lebih deket kalo nonton di TP ya?"
"Enggak mas, malah lebih deket sini. Toh aku juga bosen di TP, rame, udah bolak-balik nonton di TP"
"Iya juga sih, di TP crowded banget emang"
"Jam berapa mas mainnya?"
"Jam setengah satu mbak. Mau langsung masuk mbak?"
"Bentar mas, aku mau snack, aku gak bisa nonton gak pake snack"

Dia berjalan menjauh. Dalam hati aku tersenyum dan bertanya, "Tuhan, apakah ini orang yang akan kau pasangkan denganku?". Mungkin aku bukan laki-laki baik seperti teman dan saudaranya harapkan, tapi aku tak akan pernah berpikir untuk menyakiti hatinya. Karena aku tau, kita berdua adalah insan yang tersakiti. Kita tau rasanya dikecewakan, kita tau gimana rasanya hati hancur berkeping-keping dan mencoba bangkit meskipun masih sakit di tiap prosesnya.

Mungkin kamu tidak pernah pakai make-up, mungkin kamu memang orang yang sangat sibuk, mungkin kamu orang yang sederhana. Tapi dari kesederhanaan itu lah, semua perasaan ini muncul.

Diary Seorang JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang