Stuck With The Past

55 0 0
                                    

Sebenernya aku capek sih, capek yang namanya pacaran atau cari pacar. Aku udah gak cari pacar sih sebenernya, lebih ke cari jodoh. Iya, emang ini kesannya terlalu berlebihan. "Jodoh", berat banget term-nya. Ya setelah kejadian yang lalu itu aku udah males sebenernya pacaran, banyak hal-hal yang sebenernya cukup toxic antara aku sama mantanku dan itu jadi satu dari sekian banyak alasan, aku berhenti cari pacar dan memilih cari jodoh aja. Dan dari situ aku mencoba kembali untuk masuk ke dalam pasar, dan sebisa mungkin menjual diri-ku ini.

Oke, mari kita bahas topik kali ini. "Stuck With The Past" alias terjebak masa lalu, atau terjebak nostalgia kata Raisa. Kita semua pernah terjebak masa lalu. Semua. Ada banyak alasan kenapa seorang insan masih terjebak di masa lalu. Ada yang masih nyaman, ada yang masih gak bisa ngelupain semua kenangan indah, atau bahkan ada yang gak bisa ngelupain karena itu cinta pertama-nya. Gak cuma itu sih sebenarnya, ada banyak lagi alasan-alasan kenapa manusia yang hidupnya terus berjalan kedepan masih sering aja hadap belakang. Tapi dari semua alasan itu kamu tahu kenapa melihat belakang adalah hal manusia sering lakukan? Manusia tidak pernah ingin kehilangan sesuatu pun. Melihat kebelakang sering diartikan sebagai melihat / mengingat hal yang pernah terjadi sebelumnya. Aku pun juga pernah melalui fase ini. Yang aku lakukan hanyalah berimajinasi, membayangkan, dan mengingat semua yang telah terjadi. Sedangkan waktu terus berjalan maju. Apa sih yang ingin kita capai dari melihat ke belakang? Kita ingin semua itu hadir kembali. Aku gak bilang bahwa hal tersebut gak akan datang lagi, aku cuma mau bilang hal tersebut pernah terjadi di masa lalu, sedangkan waktu terus berjalan kedepan. Sekarang kamu mau berusaha membuat hal itu terjadi lagi, atau masih ingin diam disitu terus. Sampai kapan? Iya, aku tau. Melepaskan sesuatu yang indah, memorable, dan membekas di hati itu susah. Bisa dibilang semua hal tersebut sudah tertanam dalam sanubari kita. Tidak akan mungkin dihapus. Semua hal itu sudah punya ruangan sendiri di pikiran kita dan tak semudah itu untuk digusur.

Dan di situlah problemku. Mencintai seseorang yang terjebak masa lalu adalah sebuah tantangan dimana aku berusaha sekuat tenaga untuk hadir buat dia, sedangkan aku merasa gak sama dia. Fisiknya sama aku, kita ngobrol, kita bahas semua hal, aku semakin mengenalnya, aku makin paham dan ngerti karakter dia. Isi kepalanya yang masih ada di masa lalu. Jiwanya, alam sadarnya semuanya masih nyangkut di masa lalu. Entah apa, dan siapa masa lalu itu. Yang pasti hal tersebut berhasil bikin dia sering gak yakin akan perasaannya sendiri. Terkadang aku memergokinya berusaha sekuat tenaga untuk move on, tapi tiba-tiba dia kembali teringat akan siapapun atau apapun itu. Dan ini bukan sekali, dua kali, sudah berkali-kali hal ini terjadi. Dan aku di saat kapan pun aku berusaha untuk selalu jadi moodboosternya, meskipun aku sendiri masih butuh moodbooster juga. Aku mencoba untuk selalu hadir ketika dia lagi bingung, butuh bantuan, atau apapun itu. Iya, emang itu terdengar sangat cheesy dan modus banget. Tapi percayalah, dari semua hal itu aku tidak pernah 100% berharap jika aku melakukan hal diatas dia akan mencintai-ku. Enggak. Yang aku minta hanyalah waktu berdua bersamanya. Bertemu dengannya pun sudah senang sekali, melihat mukanya saja membuat senyum-senyum sendiri. Bahkan meskipun hanya 1 menit, rasa bahagia itu selalu muncul. Cuma itu. Aku sudah lelah menjadi delusional dan mulai untuk menghadapi apa yang ada di depan saja ketimbang membayangkan hal yang belum tentu terjadi ya kan? Ketika cintaku kelak dia terima dengan lapang dada aku hanya bisa bersyukur dan menjaga hubungan tersebut. Dan jika suatu saat ternyata dia menolak cintaku, anggap saja itu konsekuensinya bermain-main dengan perasaan.

Aku kadang berpikir, "aku selama ini mencari cinta hanya karena rasa pengen, atau rasa butuh?" di satu sisi aku pengen, di satu sisi aku butuh. Jujur, di usia yang tak lagi remaja. Kita sudah mulai sibuk, mudah suntuk, dan mudah stress. Aku butuh pasangan bukan untuk status, aku butuh itu yang namanya, "soulmate". Dimana kita berdua punya tempat buat saling memuntahkan perasaan yang biasanya kita pendam, kita makan sendiri, kita habiskan sendiri, dengan adanya pasangan ada dia yang bisa bikin mood kamu baik. Dia yang bisa bawa itu senyuman di saat harimu buruk. Dia yang paham kamu saat tiba-tiba mukamu berubah masam. Dia yang memelukmu saat kamu memendam perasaan sedih dan kecewa, dia yang mencintaimu bukan hanya apa ada-nya tapi membuatmu menjadi manusia yang lebih baik lagi. Aku gak mau lagi terjebak oleh bayang-bayang masa lalu-ku. Masa-masa dimana semuanya isinya cuma nafsu, tanpa ada cinta. Raga kita satu, tapi hati kita terbelah. Aku mau yang lebih dari itu. Atau mungkin memang belum saatnya, atau aku yang kurang berusaha? Entahlah. Yang aku bisa lakukan hanyalah menatap itu jalan lurus dan berjalan terus sampai aku bertemu dengan ujungnya.

Diary Seorang JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang