Memories

53 1 0
                                    

Apa yang paling kamu ingat dari hubunganmu yang sekarang ataupun yang telah lalu? Kalau aku paling rindu bagaimana ia memelukku hangat ketika aku menjemputnya pulang kerja di tengah malam, aku rindu bagaimana kita bercanda tentang hidung kita yang sama-sama pesek, aku rindu panggilan khasnya–Gembrot–untukku, aku rindu datang ke rumahnya dan menyapa lembut keluarganya, aku rindu berjalan di gang rumahnya yang sempit dengan rasa bangga, aku rindu bagaimana kamu memeluk sayang keponakanku layaknya itu anak kita, aku rindu kamu. Salah, aku rindu berada dalam sebuah hubungan dimana kedua belah pihak saling membangun untuk tumbuh bersama. Aku rindu situasi seperti itu.

Ya, mungkin kalian sudah sangat bosan karena sudah berapa kali aku bercerita soal dan mungkin di titik ini kalian mengira aku masih belum bisa melanjutkan hidupku. Tidak. Sejujurnya aku sudah benar-benar ikhlas atas kepergiannya. Banyak fase yang telah aku jalani, mulai dari sedih, marah, kecewa, dan lain sebagainya. Pada bulan-bulan awal kita putus (ini sudah berjalan 4 bulan, FYI), dadaku benar-benar terasa sesak ketika aku melihat fotonya dengan laki-laki lain. Aku melontarkan sumpah serapah bahwa mereka tidak akan bisa bersama, aku murka. Tapi takdir berkata lain, alih-alih dia putus, dia malah beberapa minggu yang lalu. Aku semakin terguncang. Aku kembali berpikir, "apa aku yang salah selama ini hingga aku harus menelan semua rasa sakit ini?". Hingga akhirnya aku menyentuh titik, dimana aku benar-benar bisa merelakan dia pergi. Sekarang aku tak lagi sesak saat melihat foto pertunangannya, aku tak lagi sesak ketika ingin membuka instagramnya, aku tak lagi sesak ketika membuat akun facebooknya. Ya, aku Ikhlas.

Kenangan. Fragmen-fragmen ingatan dari sebuah momen. Menurutku, apapun yang kita lakukan dengan pasangan kita adalah kenangan. Tiap detik, menit, jam yang kita lalui dengan pasangan kita adalah momen. Setiap momen memiliki kisah dan hikmah sendiri-sendiri. Terkadang, aku tidak rindu pada orangnya, aku rindu pada bagiamana waktu kuhabiskan bersamanya. Apakah itu menyedihkan? Tentu saja, tapi terkadang aku tersenyum kecil dan berpikir, "mulai saat ini, bukan aku lagi yang kau peluk saat menjemputmu pulang kerja, bukan aku lagi yang kau ajak bercanda soal ukuran hidungmu, bukan aku lagi yang menerima panggilan khasmu, bukan aku lagi yang dengan bangganya berjalan melalui gang sempit rumahmu, bukan aku lagi yang menyapa lembut keluargamu. Bukan aku". Jujur terkadang masih mencoba menolak kenyataan dan membangun sebuah fantasi dimana semua kisah sedih ini tidak pernah terjadi. Bagaimana pada akhirnya kita bersama dan menghabiskan waktu bersama hingga ajal nanti. Tapi kenangan hanya kenangan, tersusun rapi dalam rongga-rongga ingatan otak kita. Aku memohon bisa melupakan segala. Segalanya, kita bertemu hingga kita . Karena tiap kali aku memikirkan memori itu, aku terdiam dan merasakan segalanya. Sakit, senang, bahagia, kecewa, marah.

Sekarang aku tak lagi merindukan dia, aku merindukan kenangan-kenangan tersebut. Aku ingin segera menimpa semua kenangan tersebut dengan kenangan lain, aku butuh orang yang buatku tergila-gila. Aku sudah lelah dengan semua kenangan ini, aku terlalu sering merasakan perasaan yang campur aduk ini. We've had a great time. I admit it. Tapi aku juga berpikir, "mau sampai kapan aku tenggelam dalam kenangan ini?".

Terima kasih semuanya. Teman-teman, keluarga, netizen, atas bantuan moralnya dalam menghadapi benturan paling parah dalam kehidupan asmaraku. Tanpa kalian mungkin aku tidak akan berada di titik ini. Terima kasih telah membantuku untuk bangkit kembali setelah semua kegilaan yang terjadi. Terima kasih kawan.


Diary Seorang JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang