Hai.
Lama tak berjumpa, lama juga melihatku meluapkan perasaanku melalui tulisan singkat.
Sekiranya hampir satu tahun aku hilang dari dunia menulis, dan sekarang sudah 2019. Izinkan aku untuk menjelaskan kenapa aku menghilang.
Jika kalian tidak lupa, apa yang terakhir dengan kehidupan romansaku adalah aku jatuh cinta dengan seseorang. Seseorang yang aku rasa sangat cocok, sangat match denganku. Semenjak aku putus dengan mantanku, wanita inilah yang terus merwarnai hariku meskipun aku tidak tau apakah aku mewarnai harinya.
Tapi ada satu hal yang tidak aku sampaikan selama ini. Aku dekat dengan wanita yang lainnya lagi. Seseorang dari masa lalu. Bukan, bukan mantan. Lebih tepatnya, mantan dari seorang teman. Iya, aku menjalin hubungan yang begitu serius. Hingga aku harus melepas Diary Seorang Jomblo karena aku merasa Diary Seorang Jomblo hanya membawa bad juju alias pembawa sial. Mari kita mulai. Singkat saja jangan terlalu lama. Jika aku menulis cerita ini, hanya ada 2 kemungkinan, baik dan buruk. Dan sayangnya, ini berakhir buruk. No spoiler.
1 tahun lalu.Putri Nuky Rahmania Esa. Itu namanya. Wanita yang kurang lebih 1 tahun ini yang selalu ada di sisiku. Tidak benar-benar di sisiku, kita malah tidak pernah bertemu. Malah, kita sempat berpisah beberapa kali, meskipun tanpa status. Tapi entah bagiamana, Allah selalu memberiku jalan untuk kembali. We're perfect for each other. Aku merasa hubungan tidak akan bisa tercipta jika dua manusia ini adalah 'kembar'. Kita? Kita sangat berbeda. Aku adalah pemalas, manja, menye-menye. Sedangkan dia adalah wanita tangguh, pintar, mandiri. Tidak heran jika dia berhasil terbang ke Jerman. Meskipun untuk bekerja, sedetik pun aku tidak pernah merasa ragu dengan dia dan mimpi-mimpi besarnya. Kita selalu ada untuk satu sama lain. Hal ini yang membuatku yakin, aku harus settle dengan dia. Bahkan jika aku harus menunggu 2 tahun dia pulang dari Jerman, aku siap.
Sial.
Malam ini (29-Maret-2019), ada hal yang menggajal. Dari jarak 11rb kilometer jauhnya Surabaya, Indonesia - Trier, Jerman aku merasa ada yang aneh dengan dia. Aku tau dia sedang resah, sedang bingung. Jarak sejauh ini tidak menghilangkan kepekaanku.
"Kamu kenapa?"
"Gapapa"
"Udah deh, gak usah bohong. Aku tau kalo kamu lagi resah, bingung"
"Aku pengen sendiri dulu"
Perasaanku semakin tidak enak.
"Aku boleh cerita? Tapi kamu jangan marah"
"Cerita apa?"
"Mama gak setuju sama kita..."
"Kenapa?"
"Ya harusnya kamu tau kamu kurang apa"
Percakapan kami cukup panjang, tidak mungkin aku ketik semua. Intinya, aku keukeh untuk mempertahankan hubungan ini, bagaimana pun caranya.
"Aku pengen sendiri dulu, jangan chat aku untuk hari ini"
"Aku takut. Aku takut besok pagi aku buka WA, foto profilmu udah gak ada dan cuma centang biru"
"Please, aku pengen sendiri"
Percakapan itu berakhir dengan aku meninggalkan smartphoneku. Selang beberapa waktu, notifikasi video call pun muncul. Kami berdua hanya diam, DAN... dari Sheila On 7 versi piano terdengar dari smartphonenya. 11 ribu kilometer jaraknya, hanya whatsapp yang menyambungkan kami. Yang membentukan bahwa aku dan dia adalah kami. Kemudian ada hal yang aku ingin sampaikan ke dia, hal yang mungkin berat dan akan timbul kesalah pahaman.
"3 hari lalu aku bilang suka sama gebetanku yang dulu"
"Aku bilang suka ke dia bukan karena biar aku tau perasaan dia gimana"
"Aku mau clear antara aku sama dia"
"Aku pengen dia ngejauh dari aku, dan aku mau fokus ke kamu"
"Dia gak bales chatku cuma di read"
"Dari situ aku sudah plong, aku siap melangkah"
"Ke kamu"
Tiba-tiba, profile photo whatsapp tersebut hilang. Aku tau, aku di block. Dan hal ini terjadi lagi untuk kesekian kalinya. Tenang, aku masih bisa membuka instagramnya.
"Nuky, please aku pengen jelasin"
"Gak perlu"
"Aku pengen kamu lihat dari sudut pandang lain"
"Gak usah, makasih buat main-mainnya"
Percakapan panjang, soal komitmen, soal settle semua terlontar darinya. Rasa kecewa begitu besar itu terlihat. Aku tau, ini berat memang. Aku tidak mau kelak aku sudah menikah, dan aku baru jelaskan semuanya. Sedangkan 'yang lain' bisa dibilang dekat. Kita beberapa kali mengerjakan project bareng. Semenjak dengan Nuky, aku menghilangkan diri darinya. Beberapa kali hanya meminjam kamera, dan tidak lebih dari itu. Dan semua perdebatan berdasarkan amarah itu berakhir dengan semua sosial mediaku terblokir olehnya. Satu-satunya jalan yang menjembatani 11rb kilometer jauhnya. Hilang dalam sekejap. Aku tau aku salah, aku tak seharusnya menggangkat wanita lain. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah berdoa, memohon kepada Allah, bahwa jodoh tidak akan kemana.
11 ribu kilometer dari Surabaya, Indonesia ke Trier, Jerman.
Aku cuma bisa bilang, "Aku minta maaf, semoga kamu mengerti kenapa langkah ini aku ambil".
Ini memang berat, tapi aku harap dia tau, apa yang aku lakukan demi kebaikan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Jomblo
RomanceDiary Seorang Jomblo adalah sebuah kumpulan cerita pendek yang berdasarkan kehidupan romansa pribadi si penulis (saya). Semua yang tertulis adalah apa yang terjadi kepada saya di dunia nyata. Diary Seorang Jomblo akan penuh rasa sedih, senang, dan b...