We can't, "just be friend"

1.6K 27 0
                                    


"Kita temenan aja yah ?."
aku yakin banyak dari kalian yang udah hafal bahkan udah bosen sama kata-kata ini. Sama kok, aku tau perasaan kalian. Kata-kata itu bakal kelontar kalo dia gak ada rasa sama kamu dan lebih suka kalo cuma jadi temen aja.

Gak ada orang di dunia ini yang bisa nerima kata-kata diatas, dan gak ada yang bener-bener bisa jadi "temen" setelah insiden jatuh cinta itu. Aku yakin 100%. Gak ada yang namanya cerita cinta kalian kaya sinetron atau FTV, temen yang suka sama temen tapi tetep bersikap seperti temen. Bullshit. Transformasi dari temen ke crush (gebetan) itu udah keliatan banget. Bener nggak ?.

Mari kita ambil contoh. Waktu kalian jadi temen becandanya pasti bebas se-bebas-bebasnya, kan cuma temen. Coba kalo temen itu jadi gebetan kamu, aku yakin 100% kalian bakal mencoba untuk menjaga sikap becanda kalian jadi sedikit halus. Waktu kalian cuma temen, kalian chatting, "HOI !" pake emot ketawa atau emot ":v". Coba kalo itu gebetan kamu, semua bakal berawal pake, "hai" pake emot ":)". Waktu dia masih temen dan dia sakit, kalian pasti nanya, "Sakit apaan, epilepsi ?" kalian pasti coba bercanda. Coba kalo itu gebetan yang sakit, "Kamu sakit apa ?. Gak parah kan ?. Sorry yah gak bisa jenguk kamu" pake senyum sedikit, berharap dia bakal mikir, "dia perhatian yah sama aku ?" dan berharap bakal ada spark (percikan) yang muncul nanti kedepannya. It's all about making an impression. Gak ada namanya jadi diri sendiri, kalo kamu jatuh cinta atau suka sama orang kamu berusaha untuk menjadi orang yang sempurna. Sesempurna mungkin di mata dia. Kamu mencoba menyembunyikan semua kesalahanmu, kelakukanmu, semua hal buruk tentangmu dan berharap dia hanya melihat bagian putih dan tidak melihat bagian hitammu.

Tapi, ketika semua usahamu itu harus usai dan kamu dinyatakan bukan pemenangnya, dan kawan-kawan bilang ke kamu, "udah biasa aja, anggep aja cuma temen". Munafik, gak ada temen setelah semua hal itu terjadi. Apalagi permainan yang kamu mainkan juga dimainkan oleh temanmu sendiri. Saat kamu lihat dia dengan yang lain, di hadapanmu sekeras mungkin kamu berusaha menjadi biasa, berharap hal itu tidak pernah terjadi, dan kamu berharap nggak ikut permainan itu dari awal. Sebenarnya kamu tau sakitnya akan seperti apa, tapi sakit itu, rasanya berbeda, meskipun sudah ada ratusan "dia" yang nyakitin hatimu, satu rasa sakit ini masih tetap sakit. Di posisi itu kamu berharap jadi Severus Snape buat Lilly Potter, pengen ngelihat dia bahagia meskipun gak sama kamu. Tapi itu bukanlah kenyataannya, be realistic. Yang ada itu aku bahagia asal dia bahagia, sama aku. Mencoba bilang enggak ?, tatap wajahmu di cermin dan bilang ke dirimu sendiri, "sayangnya itu memang kenyataannya".

Banyak cara untuk "menjauh" dari rasa sakit itu dan rasa takut seandainya rasa suka itu datang lagi. Tapi buat aku satu-satunya cara adalah benar-benar menjauh. Banyak yang bilang aku kaya anak kecil, terserah kalian bilang apa dan ini adalah caraku untuk melupakan seseorang. Dengan tidak melihat sosoknya, tak ada kabar darinya, adalah cara terjitu—buatku—untuk melupakan orang tersebut. Aku takut, seandainya ada aku masih menghubunginya, mendengar kabar darinya, melihatnya bukan cuma merusak mentalku ke level yang lebih tinggi, aku takut hal itu juga akan membuatku semakin bersemangat untuk merangkak, mencoba mendapatkan hatinya kembali. Bahasa kerennya, nikung. Dan aku gak mau kaya gitu. Seorang laki-laki sejati gak pernah nikung.

Huh. Banyak dari kita menolak untuk setuju, tapi tanyalah pada dirimu sendiri, "apakah selama ini aku menjadi teman biasa ?". Seandainya kalian sadar, syukur. Seandainya kalian belum sadar, harusnya kalian sadar sebelum kalian benar-benar jatuh ke lubang yang aku jamin kalian gak akan suka dengan apa yang ada didalamnya.

Diary Seorang JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang