Tangis kuat itu sama sekali tidak dapat mencegah keharuan yang kini membalut Jaejoong. Dilihatnya Yunho yang menggenggam erat salah satu tangannya dengan senyum penuh rasa terima kasih. Dengan kecupan lembut yang menyapa kening dan pipi bulatnya yang terlihat lebih bersinar dari sebelumnya, meski masih menampilkan pucat pasi.
"Aku mencintaimu, Jaejoong-ah. Sangat mencintaimu."
Bisikan itu berulang kali mengalun pada telinga Jaejoong diiringi sebuah dekapan hangat yang mulai dirasa. Lekuk lebar itu sama sekali tidak dapat Jaejoong tahan lagi, dengan selang oksigen yang masih membantu pernapasannya serta sebuah infus yang menghiasi salah satu tangan membuat Jaejoong tidak dapat berbuat banyak untuk melampiaskan perasannya kini.
Sejenak teringat akan keadaan lima jam lalu, dimana rasa sakit yang tiba-tiba saja mendera perutnya hingga bernapas terasa amat sulit bahkan untuk menggerakan tubuh dirasa begitu menyakitkan. Perjuangan yang tidak akan pernah Jaejoong lupakan, bahkan sama sekali belum pernah terbayangkan akan terjadi padanya. Semua kesakitan itu dirasa seperti mimpi.
Sempat dilihatnya seorang dokter yang mendekati Yunho dan sedikit berbincang dengan pasangan tampannya itu. Jaejoong tidak dapat menangkap terlalu jelas perkataan mereka, namun ketidakrelaan manik musang itu seolah menjelaskan padanya. Dengan ciuman singkat pada bibir serta bisikan Yunho membuatnya hanya dapat mengangguk lemas.
"Mereka memintaku keluar, aku akan menemuimu lagi nanti."
Perlahan kelelahan mulai melingkupi, dengan tangis sosok mungil yang terdengar layaknya lagu pengantar tidur. Bahkan senyum ramah salah satu petugas medis yang menanganinya perlahan mulai kabur dengan kesadaran yang melayang-layang.
.
Kerjapan lemah itu menyambut Yunho yang baru saja memasuki ruangan, dimana senyum lebar terus saja menghiasi bibir hatinya tanpa kenal lelah. Pagi ini, tepat pukul tujuh sesuatu yang selalu saja membayangi mimpinya telah hadir. Dengan tangis keras yang mengawali hari terbalut sinar mentari hangat yang kini perlahan mulai berkelabu. Bayi laki-laki dengan tubuh gemuk menyapa keduanya dua jam yang lalu.
"Bagaimana harimu, umma?"
Jaejoong tersenyum kecil ketika Yunho menggodanya dengan peran baru yang telah diterimanya "Aku merasa berbeda." bisik Jaejoong sedikit lirih dan mulai menyambut uluran tangan Yunho "Dimana baby?"
"Segera datang jika kau sudah siap untuk menyambutnya."
Sejenak Jaejoong terdiam. Perlahan lekuk cantik yang menghiasi wajah rupawannya lenyap, kepalanya kosong dan seolah dirinya berada pada dimensi berbeda dimana seluruh kehidupannya yang lalu terulang dalam waktu begitu singkat. Masa kecil, remaja sampai dewasa silih berganti memenuhi kepalanya hingga membuat Jaejoong mual bukan main.
Sama sekali tidak memahami apa yang terjadi, namun ketakutan itu tiba-tiba saja menyerbunya sangat kuat seolah menghimpit Jaejoong hingga sulit bernapas meski selang bantu pernapasan masih terpasang dengan baik. Air mata yang tertahan dengan bibir bergetar seolah hendak menangis, membuat Jaejoong frustasi tanpa sadar.
Yunho bangkit dari duduknya begitu melihat ada yang tidak beres dengan pasangannya, bahkan menekan kuat salah satu tombol untuk memanggil petugas medis. Ketika Yunho mendekap, Jaejoong yang masih saja bergeming. Tidak memahami hal yang terjadi pada Jaejoong, terlebih dengan tubuh yang menggigil kuat serta raut kosong.
Drap
Drap
Drap...
Perlahan Yunho melepaskan Jaejoong dan membiarkan dua orang dokter serta beberapa perawat yang mengambil alih keadaan sang pasangan. Sama sekali tidak ada respon positif yang Jaejoong perlihatkan hingga tiba-tiba saja tak sadarkan diri dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides
FanfictionDirinya memang dikenal sebagai seorang idol senior yang berperilaku baik dan sopan serta kepekaan sosial yang tinggi. Bahkan grup yang dipimpinnya selalu dielu-elukan penggemar dan dihormati para juniornya. Banyak penghargaan dari berbagai acara tel...