Jaejoong menatap bosan pemandangan luar jendela. Dia baru saja menyelesaikan siaran program musik di studio Kojimachi. Dan kini Jaejoong tengah menuju restoran untuk makan siang. Jaejoong masih belum menentukan restoran yang hendak di tuju, namun Jaejoong ingin sushi sebagai makan siangnya.
Diliriknya ponsel yang tergeletak di sampingnya. Tidak ada pesan masuk sama sekali. Padahal dia mendapat kabar jika TVXQ akan mengadakan konser di Nissan lusa nanti, tapi Yunho belum juga memberinya kabar.
"Ahnjjang-ah, apakah kau sudah mendapat berita tentang Yunho?"
Pria yang duduk di samping kemudi menolehkan pandangannya pada Jaejoong yang menampilkan raut lesuh. Dia tahu apa yang pria cantik itu pikirkan kini.
"Belum, hyung. Portal berita hanya dipenuhi oleh konser TVXQ di Nissan lusa nanti."
Jaejoong mendengus malas mendengarnya. Apakah semua orang terfokus pada konser dibanding Yunho? Jaejoong sudah membuka semua sosial media, dan belum menemukan berita Yunho yang tiba di Jepang.
"Haruskah aku menjemput Jeyun saja? Setelah ini tidak ada jadwal lain, bukan?"
Ahnjjang hanya mengangguk singkat dan kembali memeriksa jadwal Jaejoong. Memang selama di Jepang, Jaejoong tidak memiliki jadwal yang terlalu padat. Lagipula ada Jeyun yang harus pria cantik itu urus, sehingga Ahnjjang tidak menerima banyak panggilan kerja untuk Jaejoong.
Jaejoong mulai membuka salah satu aplikasi sosial medianya. Manik bulatnya menatap bayangan dirinya pada layar ponsel. Membenarkan sedikit tatanan rambutnya. Memoleskan pelembab bibir. Lalu berkedip-kedip kecil. Memeriksa penampilannya sebelum melakukan siaran langsung.
"Ahnjjang-ah, kita pergi ke restoran sushi saja. Lalu temani aku belanja bahan makanan, oke?"
Baru saja Ahnjjang hendak menjawab ucapan Jaejoong, namun pemuda cantik itu telah memulai aksi centilnya pada ponsel diiringi godaan ringan kepada penggemar yang melihatnya. Ahnjjang hanya menggeleng kecil, membiarkan Jaejoong mencari kesenangan pada dunianya.
...
Seperti biasa, Yunho tengah mempersiapkan beberapa barang sebelum berangkat ke bandara. Cukup merepotkan, terlebih tidak ada Jaejoong yang biasa membantunya.
Yunho mendesah panjang. Dia merasa begitu lelah meski hanya merapikan beberapa pakaian ganti. Namun baginya itu adalah pekerjaan yang begitu sulit dan merepotkan. Manik musangnya menatap tiap helai pakaian yang berserakan pada lantai. Bibir hatinya berguman malas dan meraih ponselnya.
Biar saja bibi jang yang akan membersihkannya nanti setelah dirinya pergi. Lebih baik Yunho menghubungi Jaejoong. Yunho sudah sangat merindukan kekasih cantiknya itu, terlebih dengan si kecil Jeyun.
Uh, apakah putranya sudah bertambah besar kini? Yunho nyaris aja melupakan pertemuan terakhir keduanya. Seminggu? Dua minggu? Ah... sudah lama sekali rasanya.
Baru saja Yunho hendak menghubungi Jaejoong ketika teringat jika paspor dan peralatan penting lainnya belum dirapikan. Yunho segera memasukan ponsel kedalam ransel dan beranjak ke luar kamar.
Yunho mendesah panjang dengan raut menyedihnya. Beruntunglah dirinya tidak lupa. Biasanya Yunho hanya tinggal membawanya, tapi sekarang tidak ada Jaejoong.
Paspor sudah. Earphone sudah. Visa sudah. Lalu apalagi yang belum?
Yunho masih menatap sekitar ruang kerjanya. Manik musangnya menilik perlahan hingga sebuah benda terpenting masih tergeletak cantik pada sisi computer. Jika saja benda itu tertinggal, maka Jaejoong bisa menggerutu sepanjang hari ketika mereka bertemu.
Yunho meraih cepat dompetnya dan memeriksa tiap kartu didalamnya. Masih utuh. Dengan tiga buah lembar uang pecahan 50 ribu won.
"Dapat apa aku dengan tiga lembar uang ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides
FanfictionDirinya memang dikenal sebagai seorang idol senior yang berperilaku baik dan sopan serta kepekaan sosial yang tinggi. Bahkan grup yang dipimpinnya selalu dielu-elukan penggemar dan dihormati para juniornya. Banyak penghargaan dari berbagai acara tel...