"Apa yang terjadi?"
"Kau tidak tahu? Daiki baru-baru ini putus dengan kekasihnya."
"Bagaimana bisa?! Bukankah Daiki akan menikahi kekasihnya tidak lama lagi? Terlebih aku baru saja melihat mereka membeli sebuah mobil baru. Kau tahu, Nissan kembali memproduksi mobil listrik."
"Luar biasa. Lalu bagaimana nasib mobil itu? Kudengar Daiki membelinya untuk sang kekasih?"
"Itulah yang terjadi jika kau terlalu tunduk pada kekasihmu."
"Apa maksudmu?"
"Kita semua mengerti jika Daiki adalah seseorang yang sangat loyal dan terlalu baik, mungkin saja kekasihnya merasa tidak nyaman akan kedekatan Daiki dengan banyak wanita."
"Hey, kau terlalu cepat mengambil kesimpulan. Lagipula aku tidak setuju. Daiki memang baik pada semua orang namun dia juga sangat menjaga hubungan mereka, lalu mengapa tiba-tiba saja berakhir?"
"Entahlah. Namun yang aku lihat Daiki seolah diperas oleh kekasihnya, aku pernah dengar jika Daiki selalu menghadiahkan barang-barang mewah untuk kekasihnya, namun sang wanita tidak melakukan sebaliknya."
"Ey! Bukankah itu tidak adil? Meski dia seorang wanita, tidak harus selalu diberi bukan? Timbal balik itu harus ada dalam sebuah hubungan."
"Kau benar. Sudah sepantasnya Daiki mendapatkan wanita yang lebih baik. Lagipula kudengar jika kekasihnya adalah seorang konsultan sebuah perusahaan besar."
"Ini gila! Kekasihnya bukan wanita tidak mampu, namun selalu menadah seperti pengemis. Menggelikan!"
Manik bulat itu memandang kosong kedua pria yang mulai memasuki bus di hadapan mereka. Membiarkan beberapa penumpang lain berebut naik ketika dirinya hanya dapat termenung. Perkataan kedua pria itu terasa menganggunya.
"Timbal balik?"
Dirogohnya cepat ponsel dari dalam saku. Niatannya untuk mengenakan kendaraan umum lenyap sudah, kakinya melangkah cepat menuju sebuah taxi yang baru saja menurunkan penumpang. Jemari pendeknya menari-nari lincah pada layar ponsel dengan raut serius. Dahinya sesekali mengercit dalam, sebelum helaan napas panjang menjadi akhir pencariannya.
"Haruskah aku melakukan sesuatu?"
Dilihatnya pemandangan di balik jendela. Gedung bertingkat yang silih berganti. Namun hal itu sama sekali tidak menarik baginya. Keresahan telah membalut dirinya dengan berbagai pikiran yang terus menghinggapi kepalanya.
"Tapi kami sudah menikah. Bukankah ikatan kami lebih kuat?"
.
Jaejoong memainkan kakinya seraya menunggu lift yang akan membawanya pada lantai tujuan. Raut wajahnya memang terlihat biasa saja seolah tidak memiliki sesuatu yang membebani. Namun manik bulat itu berpendar gelisah. Dilihatnya pantulan tubuh pada dinding lift, merasa tidak tahu harus melakukan apa- Jaejoong memutuskan untuk mengambil gambar sebagian tubuhnya.
Membenarkan posisi kantung belanja sebelum merilekskan tubuhnya yang dirasa begitu tegang dan kaku. Bibir ranum itu mengulas senyum tipis dan mulai mengupload foto pada salah satu SNS miliknya. Tanpa sadar Jaejoong mulai mendengungkan sebuah nada ketika melihat puluhan komentar yang menyerbu dalam sekejap.
Menyenangkan namun hal itu tidak membuatnya lebih baik. Kembali jemarinya menari-nari pada layar. Saat ini puluhan gambar dengan lokasi tertentu yang dilihat. Entah bagaimana Jaejoong menelusurinya, namun Jaejoong cukup menikmati kegiatannya. Sesekali membalas pesan Kyungtae akan jadwal pekerjaan yang akan dimiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides
FanfictionDirinya memang dikenal sebagai seorang idol senior yang berperilaku baik dan sopan serta kepekaan sosial yang tinggi. Bahkan grup yang dipimpinnya selalu dielu-elukan penggemar dan dihormati para juniornya. Banyak penghargaan dari berbagai acara tel...