BAB 3

109 11 0
                                    


Pagi menyingsing cahaya mataharinya menyinari seluruh kota. Tidak ada hujan, hari ini langit menggantinya dengan sinar matahari yang hangat. Lena terlihat sibuk dengan cucian piring bekas makan kedua anaknya. Ia dengan cepat menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

"Cepat pakai sepatumu nanti kita terlambat," ucap Aurell memperhatikan adiknya sedang memakai sepatu.

"Oh maaf sayang. Ibu bangun kesiangan." Lena berjalan cepat menghampiri kedua anaknya itu yang sudah menunggu di depan pintu. Lena dengan cepat memakai sepatu berhak sekitar dua sentimeter berwarna hitam yang terbuat dari kulit imitasi.

Mereka berjalan keluar dari apartemennya yang sederhana.

"Ok hati-hati dijalan. Dan jangan lupa makan bekal makanan kalian sampai habis." Lena mengecup kening kedua anaknya. Mereka biasa berpisah di depan pintu masuk gedung apartemen. Aurell dan Rupert bersekolah di satu lingkungan. Jarak sekolah mereka hanya tiga blok dari apartemen sehingga mereka terbiasa jalan kaki menuju sekolah mereka.

Rupert dan Aurell pergi kesekolah bersama dengan anak-anak yang lainnya yang memang tinggal di dekat apartemen mereka. Lena pergi berlalu ketika melihat kedua anaknya sudah pergi sekolah berasama teman-temannya. Satu aktifitas yang biasa ia lakukan ketika masuk toko adalah memeriksa kebersihan lantai toko.

Ia selalu teliti dalam hal kebersihan. Semuanya itu ia lakukan hanya untuk menjaga agar para pelanggannya selalu merasa nyaman untuk berbelanja di sana. Hari kamis pagi ini sangat sedikit pelanggan yang berbelanja di toko sehingga Lena tidak terlalu sibuk dan bisa sedikit bersantai. Waktu terasa berjalan dengan cepat hari sudah hampir gelap waktunya Lena untuk pulang ke rumahnya.

Namun ia teringat akan janjinya kamarin untuk membelikan buah kiwi yang sangat di sukai oleh anaknya Rupert si little superman. Lena berjalan keluar tokonya dan seperti biasa Kimmy selalu sudah siap menyambutnya di luar.

"Aku harus berbelanja sebentar. Isi kulkasku sudah hampir kosong," ucap Lena.

Kimmy mengatakan hal yang hampir sama isi kulkas di rumahnyapun hampir kosong karena suaminya yang entah kenapa akhir-akhir ini memiliki hobi memasak. Namun seperti sebuah proyek yang kerap gagal suaminya juga lebih sering gagal dalam memasak. Dan setiap kali gagal Kimmy adalah orang pertama yang harus mencicipi masakan buatan suaminya yang sangat aneh.

Mereka pergi ke pasar malam yang ada di dekat sebuah taman. Pasar itu buka hanya pada malam hari saja. Di sana para pedagang menjajakan barang dagangannya kepada orang-orang yang berjalan di depan lapaknya berjualan. Meskipun tidak terlalu besar tapi pasar malam ini terbilang lengkap dengan barang-barang yang di perjual belikan di sana.

Tidak hanya ada perabotan rumah tangga pasar ini juga menjual pakaian, sayuran, buah-buahan bahkan permen dan cokelat juga dijual di sini. Lena dan Kimmy berjalan di antara lapak pedagang yang saling berhadapan. Mereka melihat lihat sambil berjalan ke tempat para penjual buah. Pasar ini cukup ramai bisanya mereka yang datang kesini bersama pasangannya hanya sekedar untuk melihat-lihat atau memang untuk berbelanja kebutuhan hidup mereka.

Lena memilih-milih terlebih dahulu kiwi yang akan di belinya. Ada seorang pria tua berambut jarang yang sudah memutih alias uban yang berdiri sedikit membungkuk di sampingnya. Pria itu memperhatikan buah apel merah yang pegannya. Pria itu terlihat kesulitan memilih apel yang baik. Matanya sudah tidak berfungsi dengan baik terlihat dari ia harus sedikit menyipitkan matanya jika ia ingin melihat buah itu dari jarak dekat.

"Apel ini terlihat segar kau bisa memilihnya," ucap Lena membantu pria tua itu memilihkan apel merah yang sejak tadi di perhatikannya.

"Oh iya...terima kasih. Mataku sudah tidak dapat melihat dengan baik. Maka dari itu aku lebih sering memakan buah-buahan," ucap pria itu. Lena hanya tersenyum ramah ia kepada pria itu ia lantas kembali fokus untuk memilih buah yang akan di belinya.

WARISAN DEBORAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang