Di pinggir danau di belakang rumah Lena, Glen dan Aurell sedang memancing. Sementara Lena dan Nancy duduk di sebuah kursi kayu yang ada di tidak jauh dari danau. Di atas meja kayu sudah tersedia beberapa kudapan yang di bawa oleh Nancy dari rumahnya.
"Apa kau yakin di sini ada ikannya," tanya Aurell tidak sabaran. Sudah sekitar dua puluh menit mereka di sana tapi tidak ada satupun yang menyentuh umpan mereka.
"Biasanya hanya dalam beberapa menit aku pasti langsung mendapatkan ikan. Tapi entah kenapa saat bersamamu ikan-ikan itu enggan mendekat," jawab Glen sambil tersenyum kecil.
Aurell menatap wajah Glen kesal. " Maksudmu aku pembawa sial."
Glen hanya tersenyum tanpa menjawab pernyataan dari Aurell.
"Jangan-jangan ikan-ikan itu di makan oleh mereka."
"Oleh mereka," ucap Aurell
"Ya mereka... aku pernah dengar cerita dari Nenekku pada masa perang dunia ke dua. Banyak orang-orang tidak bersalah di bunuh oleh para tentara. Dan untuk menutupi jejak. Mereka membuang orang-orang yang mereka bunuh ke dasar danau." Rupert menarik tali pancingnya ia mengganti umpannya dengan yang baru. Ia lalu melemparnya kembali ke tengah danau.
"Jadi mungkin mereka di dasar danau kelaparan dan memakan ikan-ikannya," ucap Glen berusaha meyakinkan Aurell akan cerita bohongnya.
Aurell menatap sinis pada Glen yang duduk di sampingnya. Ia mencurigai laki-laki itu berbohong padanya.
"Bagus Glen, cerita bohongmu sangat membuatku takut," ujar Aurell sambil menggelengkan kepalanya. Ia sangat tidak mempercayai cerita yang baru saja di katakan oleh Glen.
"Kau tidak percaya, aku berkata jujur." Glen berusaha meyakinkan Aurell ia tertawa ketika mengucapkan kata-katanya untuk meyakinkan Aurell.
Angin berhembus sangat kencang membawa udara dingin yang membuat tubuh Aurell sedikit kedingingan. Angin mengerakan ranting-ranting pohon menciptakan suara gesekan ranting dan dedaunan yang masih menempel pada dahan pohon. Tercipta gelombang kecil ketika angin itu berputar-putar di atas permukaan danau. Permukaan air danau yang semula tenang menjadi bergerak tak beraturan. Aurell dan Glen memegang alat pancing mereka agar tidak terbawa angin.
Rupert memejamkan matanya ketika angin menerpa wajahnya. Rupert sedang terduduk di atas sebuah ayunan di halaman rumput tidak jauh dari Lena dan Nancy yang sedang mengobrol. Rupert dengan pelan mengerakan ayunan itu. Ia membiarkan dirinya terbawa kedepan dan kebelakang oleh ayunan yang sudah ada sejak mereka pindah kesini. Rupert menikmati hembusan angin yang datang ke arahnya. Ia menyandarkan kepalanya pada tali rantai yang mengikat bangku dengan tiang penyangganya.
"Apa kau sakit," tanya Nancy.
"Oh...tidak aku hanya sedikit kelelahan." Lena menyentuh pipinya dengan telapak tangannya. Ia meminum air putih yang ada di depannya. Ia memperhatikan Aurell dan Glen tengah asik memancing di pinggir danau meskipun sejak tadi tidak ada satupun ikan yang mereka dapatkan. Ia lalu memperhatikan anak laki-lakinya yang duduk di atas sebuah ayunan tua. Lena sedikit tersenyum melihat Rupert begitu menikmati ayunan itu.
"Dimana yang lainnya?" tanya Lena menanyakan keberadaan teman-teman barunya.
"Jessy dia sibuk dengan anaknya yang terkena demam. Elinna di pergi menemui ibu mertuanya sementara Lucy dia adalah seorang penulis lepas di surat kabar kota dia menemui pemimpin redaksinya untuk membicarakan soal pekerjaannya," ungkap Nancy ia memakan biskuit cokelat yang di bawanya dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN DEBORAH
KorkuA cover by, ELIN DESIGNS Di tengah kesulitan hidup, Lena tiba-tiba mendapatkan warisan sebuah rumah dari Neneknya yang selama ini sudah lama tidak ia temui. Akhirnya ia dan kedua anaknya, Aurell dan Rupert pindah kerumah itu. Namun... sebuah danau t...