*****
Mrs. Jell sedang menikmati makanannya di dalam kantin sekolah. Ia duduk di deretan kursi panjang yang juga sedang di duduki oleh beberapa guru di sana.
"Nilai beberapa murid di kelasku terlihat menurun. Kemarin aku baru melihat statistiknya," ucap salah seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran matematika.
"Ya itu karena kau terlalu sering memberikan pekerjaan rumah pada mereka." ujar Mrs. Jell sambil memakan makanannya.
"Bukankah bagus. Karena dengan begitu mereka akan lebih sering belajar." ucap Guru laki-laki yang usianya sekitar tiga puluh dua tahun.
"Ya betul tapi kau jangan lupa kalau mereka masih anak-anak. Dan mereka membutuhkan waktu untuk bermain. Jadi biarkan mereka menikmati masa kanak-kanaknya," ujar Mrs. Jell tegas.
Guru-guru yang lainnya hanya tertawa kecil mendengar perdebatan antara guru kesenian dan guru matematika.
"Hei anak muda kau sudah berdebat pada guru yang salah," ucap Salah seorang guru pada guru matematika yang duduk di sebelahnya. Guru matematika itu hanya tertunduk malu dengan godaan dari guru-guru yang lainnya.
"Baiklah aku harus kembali ke mejaku. Dan karena kau sudah mengajak wanita setengah tua sepertiku berdebat maka kau yang harus membayar makananku." Mrs. Jell berdiri lalu membalikan badanya ia tersenyum kecil karena telah berhasil mengerjai guru itu. Ia melangkah pergi meninggalkan kantin sekolah yang ramai dengan para murid yang kelaparan.
Mrs. Jell pergi keluar dari riuhnya kantin ia berjalan di koridor sekolah. Ada seorang petugas kebersihan yang sedang mengerjakan tugasnya. Beberapa murid terlihat mengobrol dengan teman-temannya. Ada pula orang tua yang baru saja di panggil ke sekolah karena anaknya melakukan kenakalan.
Mrs. Jell berbelok ke arah kanan ia akan menuju ruangan guru yang ada di ujung koridor sekolah. Dari kejauhan ia melihat Rupert seorang diri berdiri menghadap tembok. Rupert hanya diam tak bergerak ia menatap terus ke arah tembok yang ada di hadapannya.
Mrs. Jell melangkah semakin mendekati Rupert ia menggunakan matanya baik-baik untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Guru itu berhenti tepat di belakang punggung Rupert. Hanya ada mereka berdua di sana. Mrs. Jell mencoba untuk mendekati lebih lagi ke arah muridnya itu.
"Rupert....kau baik-baik saja," tanya dirinya.
Mrs. Jell menyentuh pundak Rupert dengan lembut. Ia lalu bertanya untuk yang kedua kalinya.
"Rupert kau baik-baik saja," tanyanya.
Rupert membalikan badanya. Ia menatap wajah gurunya itu dengan wajah polosnya. "Aku baik-baik saja," ucap Rupert. Ia lalu pergi begitu saja meninggalkan gurunya seorang diri di sana. Mrs. Jell mengerutkan kedua alis matanya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan anak didiknya itu. Ia lantas kembali berjalan dan masuk ke dalam ruangan guru.
Murid-murid berhamburan keluar sekolah. Bel pulang telah berdering sejak tadi. Para pelajar memenuhi halaman sekolah untuk berjalan ke gerbang sekolah mereka.
"Mungkin kau harus menghubungi departemen pengendalian hewan liar," ucap Glen yang melihat kejadian tadi pagi di depan rumah Aurell.
"Tapi apa ini pernah terjadi di sana sebelumnya," tanya Aurell
"Selama aku lahir dan besar di sana. Aku baru pertama kali melihat kejadian seperti itu. Makannya kau harus lebih sering mandi." ucap Glen.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN DEBORAH
HorrorA cover by, ELIN DESIGNS Di tengah kesulitan hidup, Lena tiba-tiba mendapatkan warisan sebuah rumah dari Neneknya yang selama ini sudah lama tidak ia temui. Akhirnya ia dan kedua anaknya, Aurell dan Rupert pindah kerumah itu. Namun... sebuah danau t...