"Aku pulang," ucap Aurell kencang. Ia masuk ke dalam rumahnya melalui pintu depan. Sementara Rupert hanya diam mengikutinya dari belakang. Aurell langsung masuk ke dapur. Ia membuka kulkas dan langsung mengambil yogurt yang ada di dalam kotak kecil bergambar buah pisang. Aurell membuka pelastik yang menutupi bagian atasnya. Ia lalu mengambil sendok dan langsung memakannya. Sementara Rupert ia langsung naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya.
Lena sedang mengangkat pakaian yang tadi pagi ia jemur di halaman belakang. Wanita itu langsung memasukan pakaian yang sudah kering ke dalam keranjang kotak berwarna biru yang terbuat dari pelastik. Ia mengangkat keranjang itu lalu masuk ke dalam menuju dapur.
"Dimana adikmu," tanya Lena ia mengangkat keranjang berisi pakaian kering dengan kedua tangannya.
"Entahlah, mungkin dia di atas. Sikapnya sedikit aneh hari ini," jawab Aurell yang sedang duduk di kursi dan memakan yogurt rasa pisang.
"Aneh... maksudmu," tanya Lena penasaran. Sebagai seorang ibu ia harus selalu tahu mengenai keadaan dari anaknya. Dan jika ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan anaknya ia pasti akan langsung menyelidikinya.
"Aku juga tidak tahu. Tapi belakangan ini dia lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya." Aurell berbicara sambil menatap mata ibunya dan sesekali ia berpaling ke bawah untuk memakan yogurt yang ada di tangannya.
"Apa mungkin ada yang menganggunya di sekolah," ujar Lena, curiga.
Aurell mengangkat kedua bahunya secara bersamaan ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apakah Rupert ada yang mengganggunya di sekolah atau tidak. Aurell hanya fokus pada yogurtnya saja sambil menyilanglan kedua kakinya di kursi. Lena menyimpan keranjang itu di atas meja besar yang ada di sudut tembok di dapurnya. Ia berjalan melangkah ke arah tangga.
Lena menuju kamar Rupert yang pintunya setengah terbuka. Tanpa mengetuk ataupun mengucapkan salam ia langsung masuk begitu saja kedalam kamar anak laki-lakinya itu. Lena melihat Rupert sedang duduk di meja belajarnya. Ia melihat Rupert sedang mengerjakan sesuatu.
Lena melangkah mendekati Rupert ia melihat dari belakang Rupert sedang menggambar. Rupert menggambar di atas selembar kertas kosong yang putih. Ia menggunakan crayon warna-warni untuk membuat gambar seorang laki-laki dewasa yang hanya terlihat tubuhnya saja.
Rupert tidak menggambar kepala maupun wajah dari gambar laki-laki yang di buatnya. Selain gambar itu Rupert juga sudah banyak mengambar karakter yang lainnya. Gambar-gambar itu tersimpan di balik kertas yang sedang di gambar olehnya.
"Hei kau sedang apa," tanya Lena lembut.
"Kau bisa melihatnya aku sedang mengambar," jawab Rupert ketus.
Anak itu masih terus menggoreskan crayonnya ia seakan acuh dengan keberadaan dari ibunya yang berada di belakangnya dan mengelus-elus rambut Rupert dengan lembut.
"Boleh ibu lihat." Lena menarik lembaran kertas yang sudah berisi dengan gambar-gambar di atasnya. Ia melihat pada salah satu kertas ada gambar dua orang anak yang sedang bermain di pinggir danau. Lalu pada kertas yang lainnya Rupert menggambarkan sebuah keluarga dengan dua orang anak serta sepasang orang tua dari anak itu.
Sementara pada kertas yang berikutnya Rupert mengambar ada sebuah keluarga yang sedang di foto di sebuah ruangan. Dari gambar-gambar itu Lena melihat ada satu kesamaan yaitu selalu ada seseorang yang membawa kamera dan terlihat pada gambar orang itu seperti sedang memfoto semua orang yang ada pada gambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN DEBORAH
HorrorA cover by, ELIN DESIGNS Di tengah kesulitan hidup, Lena tiba-tiba mendapatkan warisan sebuah rumah dari Neneknya yang selama ini sudah lama tidak ia temui. Akhirnya ia dan kedua anaknya, Aurell dan Rupert pindah kerumah itu. Namun... sebuah danau t...