BAB 23

60 4 0
                                    

Matahari pagi bersinar dengan terik. Cuaca sangat cerah hari ini burung-burung pagi berterbangan di udara dan saling berkicauan satu sama lain.

"Pagi ini aku harus pergi ke bank untuk mengurus semua tagihanku," ucap James. terduduk di kursi di depan meja makan. Victor sedang memakan roti lapis buatan ibunya. Sementara Mrs. Jell ia sedang meminum secangkir teh hangat buatan Lena. Mereka bertiga tadi malam menginap di rumah Lena.

"Kopi." Lena menawarkan kopi buatannya kepada James.

"Oh ya terima kasih," ucap James

"Ada hal yang jauh lebih penting dari semua tagihanmu James," ucap Mrs. Jell.

Aurell datang sambil membawa tasnya. Ia duduk di samping Victor. Aurell langsung mengambil roti isi lapis yang tersaji di atas meja.

"Sudah kubilang untuk membayar semua tagihanmu tepat waktu" ucap Mrs. Jell

James menyeruput kopi hangat buatan Lena.

"Aku sudah mencatatnya di papan tulis kecil yang aku pasang di dapur. Tapi aku tidak pernah membacanya." ungkap James.

"Mungkin karena kau sudah terlalu tua James," ucap Mrs. Jell sambil tertawa.

"Oh tidak... tidak... bukan bertambah tua tapi bertambah dewasa."

Lena tersenyum ia terduduk di kursi sambil memakan roti isi.

"Bu aku berangkat sekarang," ucap Aurell.

Lena mengantar Aurell ke depan teras. Ia mencium kening anaknya lalu memeluknya.

"Hati-Hati di jalan," ucap Lena dengan lembut. Lena memperhatikan anaknya dari teras.

Glen sudah menunggu Aurell di seberang jalan. Mereka lalu pergi ke sekolah bersama.

Di ruang tengah Mrs. Jell dan James membuka kotak kayu yang berisi tiga buah kamera. Mereka mengambilnya satu persatu dan memeriksanya.

"Tidak ada film-nya," ucap Victor.

"Seharusnya ada empat kamera," ucap Lena. Ia menunjukan bekas tanda kamera yang menempel di bagian dasar kotak itu.

"Kalian lihat tanda itu. Seharusnya ada kamera ke empat di samping kamera ketiga. Rupert yang menemukan kamera keempat itu di loteng. Lalu aku menaruhnya kembali. Tapi beberapa hari lalu ketika terjebak di loteng kamera ke empat itu sudah menghilang," ucap Lena ia merasa bulu kuduknya berdiri ketika harus menceritakan waktu ia terjebak di atas loteng.

"Jadi kamera-kamera ini sudah ada sebelum kau pindah kemari," ujar James.

Lena hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaan itu. Lena teringat akan kotak yang ia temukan di loteng. Lena berjalan menuju ruangan pojok. Ia lalu mengambil kotak kardus yang ia temukan di loteng. Lena membawanya dan memperlihatkannya ke mereka bertiga.

"Aku juga menemukan ini di loteng." Lena meletakan kotak kardus itu di atas meja di samping kotak kayu yang berisi kamera.

"Apa mungkin foto-foto itu di ambil dengan kamera itu," duga Lena.

"Itu bisa saja.... Tapi siapa orang-orang ini," ucap Mrs Jell. Ia melihat satu persatu foto-foto tua.

James menghela napasnya. Ia menutup mulutnya sambil menatap penasaran pada foto yang dilihatnya.

"Lihat beberapa foto yang ini." Victor menunjukan beberapa foto dengan gaya yang sama dan di tempat yang sama. Foto-foto itu terlihat seperti sebuah foto keluarga. Pada foto yang pertama ada dua orang tua dengan anak perempuan. Dan di foto berikutnya ada dua orang tua dengan tiga orang anaknya.

Di foto ke tiga ada sepasang suami istri dengan bayi yang di gendong oleh wanita yang ada di dalam foto itu. Dan di foto yang terakhir ada seorang wanita tua yang berfoto seorang diri. Lena mengerenyitkan dahinya ketika melihat foto yang terakhir. Ia seperti mengenali seseorang yang ada di dalam foto itu.

"Boleh aku lihat," ucap Lena. Ia mengambil foto terakhir itu dari tangan James. Lena menatap ke arah foto itu sangat tajam. Ia sangat lama menatapnya dari sorot matanya ia berusaha meyakini bahwa wanita yang ada di dalam foto itu adalah....

"Ini neneku Deborah," kata Lena.

Lena bangkit dari posisinya dan berdiri di samping Lena.

"Nenekmu. Apa kau yakin," tanya Mrs. Jell.

"Ya aku yakin. Meskipun aku sudah lama tidak bertemu dengannya tapi aku yakin ini neneku," ucap Lena.

"Dari siapa kau membeli rumah ini," tanya James.

"Aku tidak membelinya. Nenekku yang mewariskannya padaku," jawab Lena.

James menghela napasnya. Ia berpikir dan menyambungkan semua petunjuk-petunjuk yang ada.

"Kita harus mencari tahu mengenai rumah ini," ucap Victor ia terduduk di sofa sambil menyandarkan tubuh atletisnya pada sofa.

"Mungkin pengacara nenekku bisa membantu kalian

Dia juga yang membantuku mengurus semua warisan yang aku dapatkan," ucap Lena.

"Baiklah tapi sepertinya kita harus pulang terlebih dahulu. Dan kita akan membawa semua ini," ucap Mrs. Jell.

Akhirnya mereka bertiga membawa pergi semua petunjuk-petunjuk yang mereka temukan. Lena mengantar mereka bertiga sampai teras. Melihat mereka pergi membuat Lena sedikit gelisah. Apalagi sekarang ia seorang diri di rumah.

Mobil yang mereka bertiga tumpangi sudah jauh meninggalkan perkarangan rumah Lena. Lena berbalik ia menghela napasnya ketika akan masuk ke dalam rumahnya. Kali ini ia tidak bisa merasa nyaman seperti waktu pertama kali datang kerumah ini. Setelah ia melewati semua teror yang menyerang keluarganya ia jadi merasa takut untuk tetap tinggal di rumah warisan dari neneknya ini.

Mobil sedan itu berhenti di depan sebuah rumah. Mrs. Jell dan Victor turun dari mobil itu. James membuka bagasi yang ada di bagian belakang mobil. James dan Victor membawa kotak kayu berisi kamera dan kotak kardus berisi foto-foto dan piringan hitam.

Mereka mengangkatnya dari dalam bagasi mobil. James menutup rapat bagasi mobil miliknya. Ia dan Victor yang sudah di anggapnya seperti anaknya sendiri melangkah berjalan masuk kedalam rumah. Mrs. Jell yang sudah masuk terlebih dahulu membiarkan pintu rumahnya terbuka. Ia sudah masuk ke dalam kamar tidurnya.

Mrs. Jell membuka laci kecil yang ada di samping tempat tidurnya. Ia mengambil buku tebal berwarna cokelat yang memiliki tali pembatas buku. Ia membuka buku itu dan mencatat beberapa hal mengenai kasus ini. Ia selalu mecatat hal-hal penting dalam hidupnya agar ia selalu ingat dan tidak lupa akan ingatan yang harus dia ingat.

Mrs. Jell menutup buku itu dan kembali meletakannya ke dalam laci. Ia lalu membuka lemari baju miliknya. Mrs. Jell mengambil pakaian miliknya. Ia sudah harus mengganti baju yang di pakainya, karena keringat sudah membuat pakaian yang di pakainya terasa bau dan lengket. James dan Victor meletakan barang-barang yang mereka bawa di atas meja bundar yang ada di ruang keluarga.

"Bilang pada ibumu aku harus pergi ke bank untuk mengurus semua tagihanku," ucap James.

Victor hanya mengangguk dia membiarkan James pergi keluar dari rumahnya. James melangkah keluar menuju mobilnya. Ia membuka pintu mobil sedan yang terparkir di depan rumah Mrs. Jell. Ia lalu menjalankan mobilnya, meninggalkan rumah sahabatnya dan memasuki jalanan yang ramai.

Victor masuk kedalam kamarnya yang ada di lantai dua. Ia meninggalkan kotak kayu dan kotak kardus itu di atas meja tanpa ada yang mengawasi. Ia masuk ke dalam kamar mandinya sambil membawa handuk yang semula ia gantung di balik pintu kamarnya. Victor menyalakan shower yang menggantung ia membasahi seluruh tubuhnya dan menyingkirkan keringat dan debu yang menempel di kulit tubuhnya.

WARISAN DEBORAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang