BAB 13

75 6 0
                                    

Bintang-bintang sudah menggantung di atas langit. Menghiasi malam sepi dengan kerlap-kerlipnya yang menyilaukan. Lena dan kedua anaknya sudah terbaring tidur di dalam kamar mereka. Suasana rumah besar peninggalan nenek Lena sangat sepi dan gelap. Lena hanya membiarkan lampu di beberapa ruangan saja yang menyala.

Lena sedikit meringkuk ia merasa kedinginan malam itu. Selimut tebal yang menyelimuti dirinya tak mampu menahan udara dingin yang masuk ke dalam kamarnya. Lena masih tertidur pulas, tubuhnya di bungkus oleh selimut yang mencoba memberikan rasa hangat pada tubuhnya.

Air tiba-tiba saja muncul dari dalam lantai dan dengan cepat semakin naik keatas. Entah datangnya darimana tapi air itu sudah memenuhi sebagian kamar. Air mulai sampai pada kasur Lena dan membasahi tubuh Lena yang sedang terlelap tidur. Air semakin meninggi dengan cepat dan menenggelamkan tubuh Lena di dalam kamarnya.

Lena terbatuk dan menciptakan gelembung air. Ia terbatuk-batuk dan tidak bisa bernapas. Lena membuka matanya. Ia terkejut sudah tenggelam di dalam air. Lena menahan napasnya yang membuat pipinya sedikit cembung. Ia menggerakan kaki dan tangannya untuk berenang ke atas tapi air itu sudah memenuhi semua sudut di dalam kamarnya. Lena lalu berenang menuju pintu kamarnya.

Ia mencoba membuka pintu kamarnya yang terkunci. Lena memegang gagang pintu dengan kuat untuk membukanya. Berkali-kali ia berusaha dengan kuat untuk membuka pintu itu namun hasilnya nihil. Gelembung-gelembung air mulai keluar dari dalam mulutnya. Ia mulai kehabisan oksigen ia merasakan sakit di dalam dadanya.

Lena sedikit kejang, udara sudah tidak ada di dalam paru-parunya. Ketika ia sedang menahan rasa sakit tiba-tiba pintu kamar yang ada di hadapannya terbuka lebar. Lena melihat Rupert sudah berada di luar kamarnya. Rupert hanya berdiri di sana sambil sedikit tersenyum pada ibunya. Meskipun pintu kamar sudah terbuka lebar tapi air yang ada di dalam kamarnya tidak mengalir keluar.

Seperti ada sebuah medan gaya yang menghalangi air itu untuk keluar dari dalam kamarnya. Lena mencoba untuk berenang ke arah luar tapi rasanya terlalu berat. Ia sudah kehilangan tenaganya. Lena mulai kejang-kejang ia merasakan sakit di dalam tubuhnya. Air masuk ke dalam tubuh Lena. Ia sudah tidak bisa lagi menahan sakitnya.

Lena lalu memejamkan matanya dengan kuat sambil menahan rasa sakit. Tanpa sadar Lena membuka matanya kembali. Napasnya terengah-engah ia sudah berada di atas kasurnya. Lena menghela napasnya ia merasa itu hanya sebuah mimpi. Tapi ketika ia menundukan kepalanya ia baru tersadar dirinya sudah basah kuyup. Rambut lena lepek seperti habis terkena hujan.

Pakaian tidur yang di kenakan olehnyapun basah. Kasur yang sedang di dudukinya juga basah. Lena melihat ke arah lantai kamarnya tapi ia tidak melihat ada sedikitpun jejak air di sana. Hanya dirinya dan kasur tidurnya saja yang basah. Lena merasa aneh ia bingung apakah itu mimpi atau sebuah kenyataan. Ia kembali menghela napasnya ia tidak mengerti dengan apa yang sedang di alaminya.

*****

Lena terbangun dari tidurnya ia tidur di atas sebuah sofa yang ada di dalam kamarnya. Matahari sudah bersinar cahayanya masuk melalui celah-celah pada gorden yang menutupi bagian jendela kamarnya. Lena berjalan ke arah kasurnya. Ia menyentuh kasur itu dengan tangannya ia merasa heran tangannya kering tidak ada air sama sekali. Ia terduduk di atas kasurnya Lena sedikit berpikir dengan apa yang di alaminya semalam.

Ia menguap membuka mulutnya lebar-lebar hingga udara masuk ke dalam paru-parunya. Lena merenggangkan tubuhnya. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas beberapa detik lalu menurunkannya kembali. Lena mengambil gelas yang berisi air putih. Ia membuka tutup gelas itu lalu meminumnya. Lena akhirnya berdiri dari tempat tidurnya ia berjalan ke arah gorden yang menutupi jendela.

WARISAN DEBORAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang