BAB 10

82 6 0
                                    

Aurell sedang memindahkan semua barang belanjaan yang di di belinya ke dalam kulkas. Ia menyimpan buah-buahan yang di belinya ke bagian bawah kulkas sementara nuget dan potongan ayam di simpannya di bagian atas kulkas yang memiliki suhu jauh lebih dingin.

Selesai makan malam Lena dan kedua anaknya berada di ruangan tengah. Mereka sedang menyaksikan sebuah acara situasi komedi di saluran tv nomor enam. Mereka tertawa sambil menyantap cemilan. Aksi konyol dari para pemerannya mampu mengocok perut Lena. Aurell berbaring di sofa ia menggunakan bantal untuk menopang kepalanya. Lena dan Rupert duduk saling berdampingan di tengah-tengah mereka ada buah anggur yang baru mereka beli di super market tadi sore.

"Semuanya terserah padamu sayang," ucap Lena memberikan jawaban ketika Aurell sedang mempertimbangkan tawaran Glen untuk bergabung dengan klub teater di sekolah mereka.

"Aku tidak memiliki bakat untuk berakting menjadi orang lain. Tapi aku tertarik dengan dunia seni peran," ujar Aurell.

"Justru kau harus mencobanya. Agar kau tahu seperti apa berakting." Lena memberikan pendapatnya pada Aurell. Ia mengambil dua butir anggur hijau lalu memakanya secara bersamaan.

"Kau ingin masuk ke dalam klub teater bukan karena kau tertarik dengan akting. Tapi kau tertarik dengan Glen. Iya kan," celetuk Rupert meledek kakanya yang tengah bebaring di sofa.

"Apa!!!!" Aurell kaget dengan perkataan adiknya. Ia lalu melempar beberapa keripik singkong ke arah Rupert. Lena hanya diam dan tertawa ia sudah biasa melihat mereka berdua bertingkah seperti itu. Kali ini ia tertawa bukan karena acara komedi di layar televisi melainkan karena tingkah pola kedua anaknya.

Malam sudah semakin larut. Lena dan kedua anaknya tertidur pulas di atas ranjang mereka masing-masing. Aurell selalu menutup rapat pintu kamarnya tanpa di kunci sementara Rupert yang mengenakan pakaian tidur tidak pernah menutup pintu kamarnya.

Ia selalu membiarkan pintunya setengah tertutup agar cahaya masih bisa masuk ke dalam kamarnya. Rupert tertidur sangat pulas selimut menutupi sebagian tubuhnya ada sebuah guling yang terletak di pojok kasurnya yang hampir terjatuh. Gelap menyelimuti seisi kamar Rupert hanya ada sedikit cahaya yang masuk ke dalam kamarnya. "Krreekkk..." Suara pintu kamarnya yang mendadak bergerak.

"Kreeekkkk....." Entah kenapa pintu kamar Rupert bergerak maju lalu bergerak mundur dengan sendirinya. Pintu kamar itu tidak mau berhenti bergerak seperti ada seseorang yang memainkannya. Suaranya membuat anak itu terbangun dari mimpinya. Ia perlahan membuka matanya. Rasa kantuk masih berusaha untuk menguasi dirinya.

Namun ia membuka matanya lebar-lebar ketika melihat pintu kamarnya bergerak-gerak dengan sendirinya. Jatung Rupert berdegub kencang rasa takut menghantui dirinya. Ia masih menatap ke arah pintu kamarnya yang berada tepat di hadapannya. Pintu itu bergerak maju dan mundur semakin kencang suara dari gesekan engselnya semakin terdengar kencang.

Rupert perlahan menarik selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Ia menarik selimut itu ke atas secara perlahan. Rupert menggunakan selimutnya untuk menutupi dirinya hingga mencapai hidungnya. Rupert mencoba berlindung dari rasa takut di balik selimutnya. Napasnya tidak beraturan ia sangat ketakutan dan pergerakan pintu itu semakin cepat.

Ia masih saja menatap ke arah pintu yang bergerak dengan sendirinya. Tapi pintu itu berhenti secara tiba-tiba. Rupert menghela napasnya ia masih berusaha untuk menghilangkan rasa takutnya. Dengan sangat perlahan Rupert menurunkan selimut yang menutupi sebagian wajahnya. Ia bangkit dari posisi tidurnya dengan sangat hati-hati. Rupert masih menatap pintu yang terbuka lebar di jadapannya.

WARISAN DEBORAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang