BAB 7

108 7 0
                                    

Malam sudah semakin larut. Aurell dan Rupert sudah tertidur pulas sejak tadi. Rupert selalu memeluk gulingnya ketika tertidur. Ia mengenakan pakaian tidur berwarna putih dengan kaos berlengan pendek serta celana panjang. Dinding kamar Rupert berwarna cokelat muda di salah satu dinding terdapat sebuah jendela yang tertutup.

Lantainya di lapisi oleh kayu imitasi dengan warna cokelat yang jauh lebih gelap di bandingkan dengan warna pada dindingnya. Aurell dan Rupert menutupi tubuhnya dengan selimut. Sepi dan gelap suasana di dalam rumah itu. Rumah itu rasanya terlalubesar untuk di diami oleh mereka bertiga.

Suasananya sangat tenang tidak ada kebisingan yang bisa di dengar. Sepi.... sepi... dan sepi udara terasa sangat nyaman sekali. Tidak ada apapun di sini selain kesunyian. Gelap hampir menutupi seisi ruangan di rumah ini. Hampir terasa seperti sebuah rumah kosong yang sudah terbengkalai. Lena dan kedua anaknya tertidur sangat pulas di atas ranjang mereka yang empul.

"Duukkkk....ddduuuukkkk." Sebuah suara terdengar dari kejauhan.

"Dddduuuuukkkkk.....dduuuuukkkkkk......"

Lena perlahan membuka matanya yang masih sangat berat. Sulit rasanya untuk bisa membuka kedua matanya. Tapi suara itu telah menganggu tidur nyenyaknya.

"Duuukkkkkkkk......dduuuukkkkk......"

Suara itu terdengar lagi. Kali ini lena membuka matanya dengan sangat lebar. Ia terbangun dari posisinya. Lena mengambil mantel dan langsung memakainya. Ia bertelanjang kaki dan melangkah. Ke arah pintu kamarnya.

"Ddukkkk...."

Terdengar suara itu lagi. Lena menghentikan gerak tangannya ketika telapak tangannya sudah berada pada gagang pintu. Lena berhenti sejenak ia menarik naasnya sangat dalam. Kali ini suara itu terdengar sangat jelas di telinganya. Lena melangkah keluar dari kamarnya. Ia berdiri di sana seorang diri. Lena menatap ke segala penjuru ruangan untuk mencari sumber suara itu.

"Dduuuukkk."

Lena langsung berpaling ke arah kanan ketika suara itu kembali terdengar. Ia memberanikan diri untuk melangkah. Lena berjalan ke arah tangga yang ada sudut ruangan tengah. Lena menghentikan langkahnya. Ia terkejut ketika melihat.......

"Rupert....." ucap Lena. Matanya menatap tajam pada anak tangga yang menuju lantai dua. Ia melihat sebuah selimut yang menutupi tubuh seseorang. Lena tidak bisa melihat siapa yang ada di balik selimut itu. Tapi jika melihat dari ukuran tubuhnya ia menduga kalau itu adalah anak laki-lakinya.

"Rupert...." Lena kembali memanggil. Tapi tidak ada tanggapan sedikitpun dari orang itu.

Selimut itu menutup semua bagian tubuhnya hingga lena tidak bisa melihat siapa itu. Pencahayaan yang sangat minim membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas. Lena melangkah mendekati anak tangga itu. Namun.....

Selimut itu bergerak ke atas. Selangkah demi selangkah secara perlahan. Lena yang terkejut menghentikan langkahnya. Ia melihat selimut itu bergerak melangkah ke atas dengan pelan.

"Rupert... ini sudah malam nak," ucap Lena nada suaranya sedikit gemetar.

Selimut yang menutupi tubuh seseorang itu sudah berada tengah tangga. Selimut itu bergerak secara perlahan selangkah demi selangkah. Lena menelan ludahnya sendiri terlihat dari gerakan mendorong yang terlihat dari tenggorokannya. Lena dengan cepat melangkah menghampiri selimut itu.

Ia bergerak cepat menaiki anak tangga untuk mendekati selimut itu yang sudah hampir berada di atas. Lena langsung mencengkram selimut itu dengan kuat lalu menariknya. Selimut itu berkibar seperti sebuah bendera yang terkena hembusan angin. Mata lena terbelalak sangat besar ketika ia tidak melihat ada siapapun di balik selimut itu.

WARISAN DEBORAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang