Aria cepat-cepat berteduh di depan sebuah kafe. Hujan tiba-tiba saja turun dengan derasnya, membuat dia terjebak berteduh di bawah atap kafe yang tak pernah dia kunjungi.
Cewek itu menggosok kedua tangannya untuk mendapatkan sedikit kehangatan.
Aria sedikit melongok ke dalam, siapa tahu dia bisa masuk dan memesan segelas cokelat hangat.
Namun, mata Aria langsung bersirobok dengan mata Annan.
Aria sempat mematung beberapa detik, tapi Annan langsung mengalihkan pandangannya ke semua pengunjung kafe.
“Sejak kapan Annan nyanyi di kafe? Di pentas seni sekolah aja nggak pernah,” gumam Aria, cewek itu lalu masuk ke kafe, suasana di dalam juga tak begitu bagus, lagu yang dinyanyikan Annan membuat suasana makin gloomy.
Aria juga melihat Aga yang bermain gitar. Dua Mahavira ini sepertinya memiliki kemampuan bermusik cukup baik dan saling melengkapi. Aria tahu jelas suara Aga benar-benar jelek, jauh dari kata lumayan.
Aria memesan segelas cokelat panas dan duduk di salah satu meja kosong, berusaha bersikap biasa saja.
Annan memang tiba-tiba menghilang, tak pernah meneleponnya lagi sejak malam dia berkata, ‘Nanti gua telepon lagi.’ tapi, telepon itu tak kunjung datang. Beberapa kali Aria mencoba menelepon, tapi tak pernah ada jawaban maupun telepon balik.
Ke mana Annan dengan pikirannya yang terlalu positif itu?
Aria menyesap cokelatnya sambil menatap ke arah jendela, melihat hujan yang masih turun dengan derasnya.
Melihat Annan juga untuk apa? Cowok itu memang sepertinya tidak ingin diganggu, dan Aria yakin ini bukan saat yang tepat untuk menanyainya apa yang sedang terjadi.
Dia akan menertawakan dirinya sendiri sampai tujuh hari tujuh malam kalau memang lagi-lagi terjebak dalam lubang yang sama.
Aria terlonjak ketika sebuah tangan menggebrak pelan mejanya. Nampaklah Aga dengan raut wajah datar, tapi membuat Aria menahan napas beberapa detik.
“Gua tau kalo selama ini teleponan sama Annan, dan gua juga tau kalo akhir-akhir ini Annan emang nggak nelepon lo lagi, tapi cukup percaya sama dia, oke? Suatu saat nanti lo juga bakal paham.”
Belum sempat Aria menjawab apa-apa. Cowok itu sudah pergi dan menyusul Annan yang sudah lebih dulu masuk ke mobil.
Menyapa Aria pun cowok itu tampak malas.
"Apa pula maksudnya ‘cukup percaya sama Annan’?" geram Aria, pusing dengan semua keadaan yang seolah kompak menjadi tanda tanya besar di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me it's okay
Cerita Pendek"KAN, GILA LO TAHU NGGAK?" "..." "Gini, tadi tuh, Pak Bowo udah hampir aja ngelihat gua ketiduran." "..." "UNTUNG AJA BEL BUNYI." "Salah sambung." "HAH?" ©2018 | cover by @worteloren