Hari-hari ketemu Bang Tsukki itu bawaannya jadi pengen nyantet, ya? Sebeeeel banget. Apalagi kalau dianya ngajakin kencan, dia yang ngancam-ngancam kalau kamu telat bakal dibuat malu, dan dianya sendiri malah belum muncul setelah satu jam lewat dari waktu janjian yang ditentukan.
Saat itu kamu sedang duduk manis di bangku kayu yang tersedia di sepanjang trotoar. Iyaaa, mirip kayak yang di Yogya itu, lo. Bolak-balik kamu mengirim spam stiker Scrambled (bukan promo) ke Tsukki yang sampai saat ini belum terlihat adanya tanda-tanda kehidupan.
Wah, payah nih si Tsukki. Masa kemarin dia tingkahnya sok sadis pakai ngancam-ngancam kamu segala, namun sekarang batang hidungnya saja belum terlihat.
"(Name)?" Kamu menoleh ke arah sumber suara. Seorang perempuan dengan fashion chick dan casual yang kira-kira usianya sepantaran denganmu muncul ke hadapanmu.
"(Old bf name)?" Kamu terkejut. "Eh, benar, (old bf name)?"
"Hehe, iya. Lama nggak bertemu, ya? Bagaimana kabarmu?"
Dan, sesi reuni pun berlangsung selama-lamanya, eh ... bukan-bukan. Lama deh pokoknya.
Banyak hal yang kalian ceritakan satu sama lain. Mulai dari hal-hal biasa, seperti menanyakan ukuran dada, sampai yang luar biasa, seperti siapa bapak dari anak kucing jalanan yang baru saja lewat di hadapan kalian. Senang rasanya bisa bertemu dengan kawan lama yang satu ini.
"Ngomong-ngomong, (Name), kau sedang menunggu siapa di sini?"
"Aku?" Kamu menunjuk diri sendiri. "tidak ada. Hehe. Aku di sini hanya sekadar menghabiskan waktu saja, karena bosan. Sebentar lagi aku akan pulang."
"Benarkah? Kalau begitu kenapa tidak menemaniku shopping saja? Daripada gabut di rumah."
Well, benar juga kata kawanmu ini. Daripada gabut di rumah, terus kesel gara-gara Tsukki yang nggak ada kabar maupun kejelasan. Mending juga shopping. Mendinginkan kepala, menenangkan jiwa dan menyembuhkan hati yang entah sengaja atau tak sengaja disakiti si babang, serta yang lebih pasti adalah menguras dompet.
"Yuk, lah! Capcus."
***
Sudah tiga kali khatam naik-turun lantai 1 sampai lantai 4, tetapi kamu masih belum menemukan lapak mana yang srek untuk dimasuki dan diubek-ubek. Paling juga ujung-ujungnya kamu belok sendiri ke food court yang tetanggaan dengan bioskop dan tak jauh dari sana adalah surganya buku, Grahambell Media.
"Meja nomor 15," kata seorang pengatar makanan di salah satu lapak kamu memesan Mie Sedhaap goreng. Pengantar makanan tersebut menyebutkan pesananmu sebagai bentuk formalitas atau klarifikasi? Entahlah. Yang pasti ini waktunya makan.
Eh, bentar-bentar, tunggu dulu. Rasa-rasanya ada yang kurang, deh. Apa, ya?
...
Oh, iya! Itu, lo .... Duh, masa harus saya sebutin, sih? Itu ... yang itu. Jepret-jepret unfaedah. Hehe...
Iya, sebelum makan pamer dulu ke Tsukki. Pamer betapa miskinnya dirimu yang cuma pesan mi instan. Biarin aja, ya? Yang penting makan.
"IttaBismillah"
Drrt- Drrt-
Mungkinkah? Mungkinkah itu pesan balasan dari Tsukki-suki? Yak, betul-betul-betul. Bang Tsukki membalas pesan.
Name: (picture) (lokasi)
Name: Ngoahahaha (ง°̀ロ°́)งTsukki: Enak ya jadi orang bodoh ( •᷄ὤ•᷅)( •᷄ὤ•᷅)( •᷄ὤ•᷅)( •᷄ὤ•᷅)
Tsukki: Makan indomoe sampai ke food court mall xxName: ( '-' )ノ)'-' )
Eits, sabar. Biasalah yang namanya netijen, ada aja yang disirikin. Iya, gak?
Tapi, sedih juga ya jadi pacarnya Bang Tsukki. Balas chat cuma buat lambe nyinyir. Ini kencannya gimana, bang? Kok nggak ada kejelasan, sih?
Sebuah notif pesan singkat baru saja muncul di layar hp-mu. Dari kawan lama. Dia bilang kalau kamu lebih baik tidak menunggunya karena ia nggak sengaja bertemu dengan pacarnya pas belanja-belanja tadi. Makanya dia modus sekalian kencan gitu. Kelihatanya seperti ... ketidak sengajaan yang disengaja.
Lekas kamu habiskan mi instan pesananmu dengan ganas, lalu beranjak menuju rumah calon. Pokoknya kamu harus minta pertanggungjawaban dari Mas Tsukki atas perbuatannya terhadapmu.
Ibunya Tsukki menyambut dirimu di depan pintu. Dengan senyum yang terukir di bibirnya, ia mempersilakanmu masuk.
"Ojamashimasu."
Ibunya Tsukki itu ramah sekali. Berbanding terbalik dengan anak bungsunya yang punya kesan senggol bacok. Jangankan ibunya, dengan kakaknya saja sifatnya sudah sangat berlawanan. Kakaknya Tsukki itu kesannya seperti 'kau senggol, kupeluk-cium'.
Baru saja digibahin, orangnya sudah muncul. Dengan sangat menyebalkan dia muncul dari salah satu pintu dengan kaos lusuh yang dipakai compang-camping, rambut berantakan setelah bangun tidur, dan di matanya masih ada belek yang belum dibersihkan. Dia muncul sambil garuk-garuk perut, mungkin sekalian pamer badannya yang mulus dan ramping kepadamu.
Nah, kan. Tsukishima ini kelihatannya minta diadili secara sepihak, ya? Berani-beraninya dia berpenampilan seperti itu di hadapanmu. Oke, sebentar lagi ibunya Tsukki akan meninggalkan kalian. Sabar...
"Kei, ajak (Name) ke kamarmu, ya?"
Dan, Ibunya Tsukki menghilang di balik pintu yang tadinya menjadi tempat kemunculan Tsukki. Saatnya memicu Perang Dunia Ketiga. Latar belakangnya: pacar yang ngajakin kencan tapi nggak datang ke tempat janjian, bahkan tidak ada kabar kejelasannya.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Kamu mulai pukul dadanya Tsukki, nggak cuma dada, pokoknya mana saja bisa menjadi target bogemanmu. Sebal, amarahmu keluar semua. Jangan! Jangan ada yang berani menghentikan amukanmu atau PD 3 benar-benar akan terjadi di kawasan Asia. "Hei!"
Tsukki tidak melawan. Dia terima-terima saja dipukul, maklum, pasti efek micin. Hehe.
Bukan, kok. Dia tahu kalau hari ini ada kencan. Apalagi sejak pagi-pagi sekali, sekitar jam enam, kamu terus-terusan spam stiker. Tapi, mau bagaimana lagi. Tsukki mendadak diserang demam. Dia sudah ngotot ke ibunya buat pergi, tidak disebutkan ingin pergi ke mana, pokoknya pergi. Ibunya menolak, nggak boleh. Dia harus sembuh dulu, baru deh boleh main.
Badan Tsukki rasanya sudah remuk setelah kena pukulanmu di sana-sini. Kali ini sudah cukup, Tsukki nggak tahan lagi. Dia memasukkan sesuatu ke saku celananya, kompres demam yang sampai barusan masih ia pakai. Ia melepasnya saat mendengar suaramu di pintu masuk tadi.
Dengan kedua tangannya ia menghalau serangan membabi buta milikmu. Dan tidak sampai dalam hitungan menit, kedua tanganmu tertahan di kedua sisi kepalamu. Kamu pandangi wajah Tsukki yang sama sekali tidak kehilangan ketenangannya. Dengan tatapan mengintimidasinya, kamu berhasil dijinakkan.
"Sudah?" Mendengar suaranya saja kamu jadi siap tersulut lagi. "dasar, kau marah seperti babi yang mengamuk, ya? Jelek sekali."
Iya, tau kok, Tsukki. Intinya pacarmu ini mirip babi, gitu kan?
Tsukki bergerak mendekatimu. "Mau apa kau?" Kamu menghardik. Dia bukannya menjawab, malah bergerak semakin mendekatimu. "Tsu-Tsukki?"
Kamu tidak bisa kabur dengan kedua tanganmu yang ditahan olehnya. Makin kamu melawan, makin dia menarikmu mendekat.
"Giliran..." Giliran apa maksudnya, Bang Tsuk? "Giliran aku yang marah."
"Hmph!"
***
Oke, sip, tydac jelas. Sudah lama nggak nyenggol HQ. Tebak, Ibunya Tsukki panggilannya siapa hayoo?
A: Bu Tsuk (´ㅍωㅍ')
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu!! Fanfiction
Fanfiction"Karena berbagi (suami) itu indah"-optimuspride. I don't own chara. I don't own pictures. I don't own u. Haikyuu created by Papa/Mama (?) Haruichi Furudate tersayong || Story written in Bahasa Indonesia.